Kisah off roader tangguh jalur Manokwari-Bintuni
Merdeka.com - Papua dikenal dengan kondisi alamnya yang menantang. Salah satunya, infrastruktur jalan yang kurang memadai. Ini kisah para sopir jalur Manokwari-Bintuni dengan mobil double cabin mereka.
Bagi warga Kabupaten Manokwari, Papua Barat, pilihan transportasi yang tersedia untuk menuju Kabupaten Teluk Bintuni melalui jalan darat adalah mobil jenis double cabin. Jarak antara dua kabupaten ini membentang sejauh 290 kilometer.
Di Manokwari, ada ratusan mobil jenis ini yang siap mengantar warga. Ongkosnya cukup mahal, Rp 500.000 per orang untuk yang duduk di dalam mobil. Bagi yang ingin berhemat mereka terpaksa duduk di bak belakang bersama barang-barang. Ongkosnya, Rp 300.000. Namun, risiko hujan dan kepanasan dan cipratan lumpur menjadi 'bonus' selama perjalanan.
-
Mobil double cabin untuk apa? Kendaraan double cabin cocok untuk Anda bagi yang memiliki usaha barang dan jasa, termasuk pertanian dan pertambangan.
-
Bagaimana double cabin mengatasi medan sulit? Kendaraan ini didesain dengan sistem penggerak 4 roda atau 4WD agar mampu melewati jalanan berbatu.
-
Apa saja kendaraan yang terlibat? Kecelakaan tersebut terekam kamera CCTV di lokasi kejadian. Terlihat, truk sudah menabrak dua kendaraan Brio plat B 2780 TYB dan expander hitam E-1505-MR sebelum jarak 300 meter dari TKP. Alhasil setelah di GT Halim Utama MI tidak bisa mengendalikan truknya langsung menabrak menabrak mobil Isuzu pick up Z-8445-AH sampai terpental ke gardu 5.Kemudian menabrak mobil hyundai putih B-1061-SPW selanjut berturut-turut menabrak mobil Box putih D-8633-YR dan truk kuning terbalik.
-
Siapa yang butuh double cabin? Kendaraan double cabin cocok untuk Anda bagi yang memiliki usaha barang dan jasa, termasuk pertanian dan pertambangan.
-
Bagaimana bus Sibual-buali melewati medan sulit? Selama beroperasi, bus Sibual-buali ini begitu terkenal dengan bus yang kokoh dan mampu melibas jalanan dengan kondisi apapun, mulai dari bebatuan hingga jalanan lumpur, semua telah dilibas olehnya.
-
Apa yang membuat penumpang jalan jauh? Banyaknya Pesawat Besar yang Menjadikan Bandara Memiliki Lahan Luas Pesawat yang lebih besar kini mulai dioperasikan untuk mengangkut lebih banyak penumpang karena maskapai penerbangan telah berhenti menggunakan beberapa pesawat kecil.'Ada alasan bisnis yang kuat untuk menggunakan pesawat yang lebih besar, yang mendorong maskapai penerbangan untuk memperbesar ukuran armada mereka,' kata Wilson Rayfield, wakil presiden eksekutif penerbangan di Gresham Smith.'Ketika Anda memarkir 10 pesawat dengan jarak 75 kaki di antara mereka, secara alami akan memakan waktu lebih lama untuk berjalan,' tambah Wilson.
Uniknya, di Manokwari bos-bos pemilik mobil merupakan pendatang yang sebagian besar adalah suku Bugis. Mereka mendatangkan mobil double cabin dari luar Papua dengan kapal laut. Jadi jangan heran jika melihat mobil pelat B (Jakarta), pelat L (Surabaya), dan pelat DD (Makassar) berseliweran. Sebab, untuk membeli dari dealer di Manokwari atau di Jayapura, inden mencapai 6 bulan.
Dengan kondisi normal, cuaca tidak hujan dan jalan kering, waktu tempuh Manokwari-Bintuni mencapai minimal 8 jam. Jika kondisi sedang ekstrem, jalur akan berubah menjadi kubangan lumpur di beberapa titik dan sungai meluap. Waktu tempuh bisa mencapai 10-12 jam, bahkan ada yang terpaksa menginap di tengah hutan menunggu air surut.
Ernest (40), salah satu warga asli Papua yang menjadi sopir jalur Manokwari-Bintuni, mengaku sejak tahun 1998 sudah melahap jalur tersebut.
"Dulu mobilnya Toyota Hardtop, sebelum jalan diaspal, jalur ditempuh selama satu Minggu. Kalau kita mau jalan, bawa perbekalan beras, lauk pauk, kopi, gula dan lain-lain untuk di jalan. Di mana mobil terjebak lumpur, di situ kita istirahat bikin api, memasak," kata Ernest yang asli suku Wasior di Kabupaten Teluk Wondama.
Saat merdeka.com dan rombongan pegawai Ditjen Pajak menuju kantor Kantor Pelayan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Bintuni pekan lalu, Ernest cukup cekatan di balik kemudi Toyota Hilux double cabin milik bosnya.
Aksinya bak off roader. Jalur curam dan terjal penuh lumpur diterabas dengan mantap. Bapak empat anak itu mengaku sudah hapal dengan jalur yang dilalui. Kecepatan mobil pun dipacu cukup tinggi, yang kadang membuat penumpang yang baru pertama kali menikmati jalur ini dag dig dug sepanjang perjalanan.
Mobil yang dipakai untuk menempuh jalur ke Bintuni pun sudah dimodifikasi. Rata-rata ban yang dipakai jenis ban pacul alias ban off road dengan ukuran diameter 31 inci hingga 33 inci. Selain itu modifikasi dilakukan pada bagian kaki-kaki terutama anting per dan shockbreaker yang dibuat lebih tinggi.
"Kalau pake ban standar, sudah pasti tidak bisa tembus, terjebak di lumpur," ujar Ernest.
Keganasan jalur ke Bintuni sering mengakibatkan mobil-mobil itu rusak. Seperti yang dialami merdeka.com. Salah satu dari tiga rombongan mobil mengalami patah di bagian as roda depan. Mobil pun terpaksa ditinggal di tengah hutan untuk menunggu onderdil dan mekanik dari Mankowari.
Selama 15 tahun menjadi 'off roader', Ernest mengaku enjoy menjalani profesinya. Setiap pekan, minimal dua kali dia mengantar penumpang dari Manokwari-Bintuni. Setiap kali jalan, dia menghabiskan 100 liter solar, termasuk cadangan 30 liter dalam jeriken di bak belakang.
Jumlah penumpang yang dibawa minimal 4 orang. Uang sebesar Rp 2 juta disetor semua kepada bosnya. Dia mendapatkan persentase 20 persen dari total setoran itu.
"Kalau sebulan setoran Rp 20 juta, saya dapat gaji Rp 4 juta. Kalau setoran lebih besar, dapat lebih besar juga," tuturnya.
Meski begitu, Ernest juga mengaku mendapat tambahan dari penumpang yang naik dan turun selama perjalanan. "Minimal saya dapat Rp 600.000 untuk beberapa penumpang yang naik turun," imbuhnya.
Duka menjadi sopir jalur Manokwari-Bintuni menurut Ernest, ketika mobil terjebak lumpur atau mengalami kerusakan. Sukanya adalah, saat melintas di jalur yang berada di tengah hutan, kadang ada rusa yang melintas.
"Kalau ada rusa di tengah jalan, saya tabrak terus saya bawa ke Manokwari. Dagingnya enak," ujarnya.
Menikmati jalur Manokwari-Bintuni memang melelahkan. Meski begitu, pemandangan alam bumi Papua menawarkan eksotisme yang luar biasa. Salah satu spotnya adalah kawasan Gunung Botak. Sebuah gunung batu besar dengan landscape yang menawan. Dari kawasan ini kita bisa melihat sebuah teluk dengan airnya yang biru. Setengah perjalanan awal dari Manokwari, jalur yang dilalui berada di pesisir pantai.
Sisanya merupakan kawasan transmigrasi yang dihuni pendatang asal Jawa, perkebunan cokelat, dan kawasan hutan. Di sepanjang perjalanan juga ditemui camp-camp pekerja perusahaan kayu dan depot kayu. Produk kayu unggulannya adalah kayu besi atau kayu hitam yang harganya mencapai hingga Rp 5 juta per meter kubik.
Tertarik mencoba perjalanan off road dengan keindahan alam yang luar biasa? Silakan datang ke Manokwari dan lanjutkan perjalanan Anda ke Bintuni. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen-momen perjalanan yang dibagikan tersebut sontak membuat publik terpukau dan salut.
Baca SelengkapnyaBerbeda dari biasanya, dua pemuda kedapatan ke luar negeri justru menggunakan ojek.
Baca SelengkapnyaAdapun perjalanan mudiknya kali ini yakni dari Kendari ke Kota Pinrang, Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaKeberanian pengendara tersebut sekaligus menyoroti pentingnya perhatian terhadap infrastruktur dan keselamatan di jalan raya.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang menghabiskan hari liburnya dengan berkendara mobil offroad bersama artis papan atas.
Baca SelengkapnyaKemampuan wanita ini melewati akses jalan yang ekstrem bikin takjub warganet.
Baca SelengkapnyaPT Hino Motors Sales Indonesia menyerahkan 2 unit bus Hino RM 280 ABS pada PT Putra Simalungun Atas (PO Putra Simas) di Bengkulu.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto motoran dari Bandung ke Yogya terabas hujan dan tetap semangat meski basah kuyup
Baca Selengkapnya