Kisah para mahasiswa asal Bima, menunggu 'durian runtuh' demi mudik
Merdeka.com - Ratusan pemudik asal Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bertahan di pintu gerbang pelabuhan Soekarno Hatta. Nasib mereka pun ibaratkan menanti 'durian runtuh'.
Hal ini karena sudah seminggu berburu tiket di kantor cabang PT Pelni dan di sejumlah travel, tak kunjung dapat namun nekad ke pelabuhan dengan harapan bisa dapat tiket di travel-travel dekat kawasan pelabuhan.
Rata-rata pemudik ini adalah mahasiswa yang sementara menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi di Makassar. Mereka memilih duduk dan tidur-tiduran bersandar masing-masing barangnya sembari menunggu kakak kerabat atau kakak seniornya yang dapat bagian tugas mencari tiket.
-
Siapa yang mudik? Tahun ini, diprediksi 123 juta orang akan melakukan perjalanan mudik.
-
Siapa yang akan mudik Lebaran? 123 Juta orang diperkirakan mudik Lebaran.
-
Kapan masyarakat harus punya tiket mudik? Karena itu, sebisa mungkin masyarakat sudah memiliki tiket pada H-1.
-
Kapan orang mudik? Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Lebaran.
-
Siapa yang ikut mudik gratis? Tempo Scan kembali menyelenggarakan mudik gratis bagi para karyawan dan karyawati mitra usaha yang berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.
-
Kenapa orang mudik saat Lebaran? Pantun ini seringkali menyiratkan makna tentang kebersamaan, kerinduan, serta harapan untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta di kampung halaman.
Salah seorang di antaranya adalah Nadia, (21) mahasiswa semester 2 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Dia duduk di tenda posko lebaran di depan pintu gerbang pelabuhan, menunggu Saruwan, (24), kakak sepupunya yang masih hunting tiket kapal menuju Bima, NTB dengan menyusuri travel-travel yang tidak jauh dari kawasan pelabuhan.
Kata Nadia, dia bermaksud mudik bersama kakak sepupunya ke Desa Melaju Kilo, Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu, Propinsi NTB. Di sana, orang tua dan saudara-saudara sudah menanti. Namun hingga Minggu siang ini, (3/7) belum juga mendapatkan tiket padahal sudah menyisir sejumlah tiket sejak seminggu. Mulai di daerah Maccini, perintis kemerdekaan hingga daerah daya namun hasilnya masih nihil.
"Sudah telepon keluarga di kampung kalau belum tiket untuk mudik. Orang tua bilang, kalau memang belum atau tidak akan dapat tiket, sabar saja. Belum rejeki mudik," tutur Nadia, mahasiswi berpostur mungil ini.
Dengan gestur seolah merajuk, Nadia berharap Saruwan kakak sepupunya bisa dapat tiket Ferry Nusantara sebagaimana informasi beredar kalau ada kapal type ferry akan merapat di pelabuhan. Karena KM Tilongkabila yang semula diharap sudah tidak bisa karena kehabisan tiket. Sementara KM Tilongkabila ini sudah akan lepas jangkar usai magrib nanti.
Di sisi mahasiswi ini terdapat beberapa paket barang yang hendak dibawanya ke kampung. Di antaranya beberapa botol minuman markisa khas Makassar. Untuk dijadikan oleh-oleh dibeli dari hasil tabungan tatkala mendapat kiriman uang bulanan dari orang tua yang hari-harinya bekerja sebagai petani.
"Baru tahun ini rasanya susah dapat tiket. Tahun-tahun sebelumnya lancar karena biasanya kalau tiket habis maka PT Pelni keluarkan penambahan tiket," kata Nadia.
Nasib serupa dialami kakak beradik, Nisa, (22) dan Riani, (18). Tujuan mudiknya ke Desa Sandue, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima. Di sana orang tua sudah menunggu. Nisa adalah mahasiswi semester 2 di Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar sementara Riani adiknya masih calon mahasiswa. Masih mencari kampus yang cocok karena kemarin gagal dalam ujian SPMB di Universitas Hasanuddin (Unhas).
Juga sudah seminggu mereka mencari tiket bantuan dari Ilham, kakak senior satu kampung tapi belum juga dapat. "Kita datang ke pelabuhan ini spekulasi saja, kalau-kalau nanti dapat tiket, bisa langsung jalan," ujar Nisa seraya menambahkan, beredar informasi harga tiket Rp 350 ribu lebih padahal di musim mudik tahun ini hanya kisaran Rp 250 ribuan.
Satu tradisi yang selalu dirindukan saat mudik lebaran yakni tibanya pawai takbiran. "Bersama saudara dan teman-teman biasanya kita ikut ramaikan malam takbiran dengan membawa obor keliling kampung dengan jalan kaki," tutup Nisa. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral momen perpisahan mahasiswa KKN dengan warga setempat, penuh air mata.
Baca SelengkapnyaSementara itu, Ishak pemudik asal Tangerang mengaku sudah terjebak macet selama 3 jam mulai dari Tol Cikande hingga saat ini di Tol Cilegon.
Baca SelengkapnyaKapal yang diperbantukan mengangkut pemudik ke Pulau Raas Madura, tidak ditarik tiket atau gratis
Baca SelengkapnyaKeberangkatan ribuan jemaah calon haji diiringi isak tangis keluarga
Baca SelengkapnyaMomen sedih siswa Seba Polri dihampiri komandan karena keluarga tak datang.
Baca SelengkapnyaKementerian Agama Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku masih menyelidiki travel yang memberangkatkan jemaah umrah ini.
Baca SelengkapnyaMemilih untuk duduk di depan masjid sambil menunggu ojek online yang tak kunjung datang, pria ini terkejut ketika pengurus masjid menawarkan tumpangan.
Baca SelengkapnyaSaat kapal mulai meninggalkan Pulau Wakatobi, warga desa yang mengantar hingga dermaga pun melambaikan tangan mereka.
Baca SelengkapnyaDua bus yang selamat tiba di Depok sekitar pukul 04.59 WIB. Bus dikawal Satuan Lalulintas Polres Metro Depok.
Baca SelengkapnyaRupanya alih-alih hanya video call karena gagal mudik, Nambunan memilih membawa orang tuanya ke perantauan.
Baca Selengkapnya