Kisah pendaki yang panik saat Gunung Slamet 'batuk'
Merdeka.com - Seorang pendaki asal Purwokerto, Himawan L Nugraha (22), tak menyangka jika hari yang dipilihnya untuk mendaki Gunung Slamet menjadi hari bersejarah dalam hidupnya. Dia bersama delapan pendaki dari Kota Mendoan, merasakan dari dekat saat Gunung Slamet aktif dari kawahnya.
"Saya berangkat dari pos pendakian Bambangan (Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja) Purbalingga sekitar pukul 20.00 WIB hari Minggu malam," ujarnya saat ditemui, Selasa (11/3).
Pendakian tersebut merupakan yang kesekian kali dilakukannya untuk menikmati alam bebas yang menjadi hobinya. Mahasiswa pecinta fotografi ini mengaku, saat itu tidak mendapatkan firasat apa pun kalau Gunung Slamet akan 'batuk'.
-
Dimana pendaki ditemukan? 'Korban yang hilang ini kita tidak tahu masuk kelompok mana dia. Pencarian juga kita mempertimbangkan cuaca, jangan sampai nanti korban bertambah,' sebutnya.
-
Kenapa pendaki tersesat di Gunung Singgalang? Lima orang pendaki itu tersesat di jalur pendakian karena kondisi cuaca ekstrem sehingga mereka kehilangan arah.
-
Bagaimana pendaki turun dari Gunung Dempo saat erupsi? Dalam keadaan gelap gulita, mereka tunggang langgang menyelamatkan diri turun ke bawah dan selamat hingga ke kaki gunung.
-
Apa yang dilakukan di gunung? Beberapa di antaranya bahkan menjadi tempat bertapa bagi orang-orang yang mencari berkah, hikmah, atau ilmu.
-
Bagaimana pendaki mencapai puncak? Ada beberapa jalur yang dapat ditempuh untuk mendaki Gunung Salak. Puncak yang umumnya menjadi tujuan pendaki adalah Salak I. Alternatif jalur lainnya termasuk melalui 'jalan belakang' melalui Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu, yang berdekatan dengan Gunung Bunder.
-
Apa yang terjadi pada pendaki Gunung Marapi? Sebanyak 74 dari 75 pendaki Gunung Marapi telah ditemukan. Di antara korban yang sudah ditemukan terdapat 22 orang meninggal dunia.
"Setelah perjalanan sekitar 8 jam, kami tiba di pos 5 pendakian. Saat itu, kami beristirahat untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak," ujarnya.
Bersama anggota tim lainnya, dia berencana melakukan perjalanan sekitar pukul 05.00 WIB dari pos 5. Namun niat tersebut urung dilaksanakan lantaran hujan lebat mengguyur kawasan tersebut. Ketika hujan reda sekitar pukul 06.30 WIB, Himawan bergegas menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan. "Sekitar pukul 07.00 WIB kami melanjutkan perjalanan dan tiba di puncak sekitar pukul 10.00 WIB," katanya.
Sesampainya di puncak gunung, mereka disambut letusan untuk kali pertama. "Saat itu, kami santai-santai saja, karena masih berniat ingin mengambil foto dari puncak dan saat itu arah asap belum ke kami. Tetapi saat letusan kedua, kami terkejut karena disertai dentuman yang besar. Setelah itu, kami lari karena rasa panik yang luar biasa dan memutuskan untuk turun ke bawah," ucapnya.
Saat letusan kedua terjadi, menurut Himawan, arah asap belum mengarah ke rombongannya. Setibanya kembali ke pos 9, dia kembali mendengar letusan ketiga dan dentumannya terdengar lebih besar dari letusan kedua. Dengan rasa panik yang luar biasa, mereka kemudian bergegas turun secepatnya.
"Saat letusan ketiga suaranya lebih besar, bahkan asap sampai di atas kepala, untungnya ada angin jadinya asap pecah," ujarnya.
Himawan mengakui, saat itu berada di puncak sekitar 1,5 jam sebelum memutuskan untuk turun menuju pos pendakian awal di Dukuh Bambangan. Akhirnya, sekitar pukul 16.30 WIB, mereka berhasil sampai di Pos Bambangan.
"Sesampainya di bawah, kami baru tahu kalau status Gunung Slamet sudah berubah menjadi waspada pada malam harinya. Saya juga sempat dapat 'oleh-oleh', kuku jempol saya lepas tersandung batu karena panik," tuturnya sambil tersenyum.
Petugas SAR Kutabawa, Slamet Hardiansyah mengaku, pada Senin sore masih belum ada tanda-tanda kalau status Gunung Slamet akan dinaikkan. "Saat sore memang terlihat asap membumbung tinggi dari puncak gunung. Tetapi, kami sempat memeriksa status Gunung Slamet dari PVMBG dan masih normal," ujarnya.
Selain itu, dia mengemukakan, pada Senin malam sekitar pukul 19.00 WIB masih ada dua pendaki dari Tegal yang melakukan pendakian. Menurutnya, saat itu sempat diperbolehkan.
"Namun ketika status berubah, mereka sudah sampai di Pos 2 dan kami berusaha berkomunikasi. Mereka yang mendaki juga akhirnya memutuskan untuk kembali ke pos Bambangan karena merasa tidak aman, lantaran sudah merasakan getaran dan mendengarkan gemuruh dari Gunung Slamet," ucapnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam keadaan gelap gulita, mereka tunggang langgang menyelamatkan .
Baca SelengkapnyaKeduanya memulai pendakian pada hari Selasa (24/12) sekitar pukul 02.00 WITA bersama tiga orang lainnya.
Baca SelengkapnyaDua pendaki Gunung Agung Bali yang sempat dikabarkan hilang sejak Rabu (25/12), akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat, Jumat (27/12).
Baca Selengkapnya13 pendaki tersebut terpisah menjadi dua kelompok. Masing-masing 10 orang dan 3 orang.
Baca SelengkapnyaDia menyebutkan tidak ada peningkatan level saat Marapi mengalami erupsi. Karena saat itu Gunung Marapi mengalami erupsi freatik.
Baca SelengkapnyaPendaki Wanita Dievakuasi Usai Tergelincir di Gunung Klabat
Baca SelengkapnyaSaat kejadian, rombongan korban sempat mengirim video kondisi korban ke kerabat dan keluarga.
Baca Selengkapnyahipotermia menyebabkan otot kaki kiri Gigih kaku sehingga tidak bisa berjalan saat menuruni medan terjal
Baca SelengkapnyaSeorang pendaki mengalami hipotermia saat menuruni puncak Gunung Bawakaraeng.
Baca SelengkapnyaEmpat pendaki yang sempat dikabarkan tersesat di Gunung Sanghyang, Kabupaten Tabanan, Bali, akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat.
Baca SelengkapnyaBelasan pendaki tersebut merupakan jemaah Majelis Buni Kasih.
Baca SelengkapnyaBelakangan diketahui, para pendaki itu mendaki tanpa mengantongi izin.
Baca Selengkapnya