Kisah pengikut Gafatar asal Sulsel, dilepas warga dengan tangis
Merdeka.com - Tidak sedikit selentingan negatif yang muncul tentang pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) jika dikaitkan dengan ideologi. Misalnya bagi penganut Agama Islam berdasarkan pengakuan mantan pengikut Gafatar yang keburu keluar karena merasa disesatkan, mereka pernah diminta buka hijab atau jilbab. Bahkan ada yang sudah tidak meyakini salat, puasa dan Haji.
Situasi lain akan berbeda jika bicara seputar eksistensi warga mantan pengikut Gafatar ini di tanah rantauannya misalnya di daerah Kalimantan Timur. Justru cerita positif yang ditemui.
Dengan warga setempat, mereka justru berbaur dengan damai, tidak saling mengganggu. Oleh warga Sulsel mantan pengikut Gafatar merasa disenangi oleh warga setempat seperti di Kecamatan Samboja. Buktinya kepulangan mereka diiringi tangis warga setempat. Sementara mereka juga tentu tidak bisa ngotot tetap berdiam di tanah rantauannya karena organisasi yang menaunginya telah dinyatakan terlarang oleh pemerintah.
-
Kenapa warga Jati Padang bagi-bagi barang? Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan suci Ramadan dengan tujuan saling berbagi di antara warga yang mampu kepada warga tidak mampu.
-
Apa yang dibagikan ke warga? Pihak perusahaan ternyata mengizinkan warga mengambil susu tersebut.
-
Apa yang dibuat warga Tangerang untuk raup untung? Seorang warga Kota Tangerang berhasil meraup cuan hingga belasan juta rupiah dari usaha pembuatan tas plastik rajut.
-
Bagaimana warga Jati Padang berbagi? Warga memilih pakaian saat bazar sayuran, bahan makanan dan bahu bekas layak pakai gratis di Jalan Jati Padang VI, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (29/3/2024).
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Siapa yang bisa mendapat manfaat dari Kacang-Kacangan? Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai makanan yang kaya akan nutrisi dan memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
"Warga Samboja yang melepas kepulangan kami dengan menangis karena memang selama ini hubungan kami dengan warga di sana terjalin baik," tutur Jalil, (28) yang mengaku sebagai koordinator lapangan rombongan warga Sulsel yang berangkat ke Kalimantan Timur sejak empat bulan lalu.
Jalil mengaku adalah alumnus Fakultas Teknik dari jurusan Teknis Sipil Universitas Hasanuddin (Unhas). Dia adalah salah satu dari 232 warga Sulsel mantan pengikut Gafatar yang dipulangkan oleh pemerintah dan tiba dengan selamat di Makassar setelah KM Bukit Siguntang yang mereka tumpangi sandar di pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Rabu, (27/1) pukul 19.30 Wita tadi.
Sebelum dipulangkan, mereka sesama warga Sulsel ini disatukan di Desa Karya Jaya, Kecamatan Samboja, kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Lalu diantar ke Pelabuhan Semayang, Balikpapan untuk selanjutnya dilayarkan ke Makassar. Daerah asal warga yang dikoordinir Jalil ini dari Makassar, Maros, Sinjai, Bantaeng, Takalar, Enrekang, Gowa dan Luwu Utara serta Pinrang.
Menurut Jalil, salah satu hal yang membuat mereka disenangi warga setempat adalah karena selama mereka bertani, hasil-hasil pertanian yang diperoleh disisihkan ke warga sekitar setelah untuk konsumsi sendiri bersama keluarga dirasa cukup. Hasil pertanian yang mereka peroleh dari hasil garapan itu seperti singkong dan jagung.
"Jika kami kelebihan produksi setelah untuk kita makan sendiri sudah cukup, sebagiannya kita bagikan ke warga sekitar. Kita tidak menjual hasil panen pertanian karena target sesuai program kami adalah nanti di bulan ke tujuh baru bisa dijual. Sementara baru bulan ke empat kita berdiam di sana, kita sudah harus dipulangkan," jelas Jalil seraya menambahkan, lahan garapan itu selain dibeli sendiri oleh warga Sulsel yang datang ini, ada juga yang status pinjam di warga setempat.
Adapun nasib yang mengharuskan mereka kembali ke daerah asal masing-masing, kata Jalil itu sebagai bukti bahwa mereka kooperatif dan mau diatur oleh negara.
"Saat pemukiman warga Gafatar di Kecamatan Mempawah, Kalimantan Barat dibakar, kita bertemu dengan unsur Pemprov Kaltim. Dan kita ditanya soal itu, yah kami jawab kami siap dipulangkan yang penting suasana kondusif," tutur Jalil.
Adapun soal pro kontra terkait ibadah salat, Jalil mengaku, tidak ada itu warga pengikut Gafatar yang tidak lagi jalankan ibadah salat karena bergabung di Gafatar. "Kami tetap salat," ujarnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah dan karunianya dalam bentuk melimpahnya hasil panen.
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena banyak warga yang menjadi petani dadakan
Baca SelengkapnyaKesenian banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dari suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung sebagai lambang kegembiraan dan juga ramah tamah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca SelengkapnyaDengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
Baca SelengkapnyaRelawan Mas Gibran kian gencar menggelar sejumlah kegiatan. Kali ini di Sukabumi, Jawa Barat dengan membagikan sejumlah sembako di beberapa titik.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaMengenal Sedekah Rame, Tradisi Gotong Royong dari Melayu Lahat dalam Kegiatan Pertanian.
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaAtta datang ke Rua Ternate untuk membantu warga terdampak bencana. Seperti diketahui disana dilanda bencana banjir bandang yang menyebabkan jatuhnya korban.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku senang bisa bertemu masyarakat yang dominan berasal atau keturunan dari Tanah Jawa.
Baca SelengkapnyaPetani muda yang tergabung dalam kelompok tani muda Fakatoto telah meraup jutaan rupiah dari budidaya cabai.
Baca Selengkapnya