Kisah pilu Jakmania nonton laga Persija untuk terakhir kalinya
Merdeka.com - Duka kini tengah menyelimuti suporter klub sepakbola Persija yang biasa disebut Jakmania. Pasalnya, salah satu suporter meregang nyawa usai menonton laga Persija vs Persela di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (13/5) lalu.
Laga tersebut merupakan pertandingan terakhir kalinya yang disaksikan Muhammad Fahreza. Pemuda 16 tahun ini saat itu pergi bersama kakak kandungnya, Suyatna dan Jakmania lainnya ke Stadion GBK. Sayang, Fahreza menjadi bulan-bulanan diduga aparat kepolisian lantaran dianggap sebagai provokator.
"Jadi pas antre tiket tiba-tiba rusuh polisi pada ngejar anak Jakmania. Terus adik biasanya bareng sama saya kok terpisah," kata kakak Fahreza, Suyatna di Rumah duka gang Sawo Ciganjur, Jakarta (15/5).
-
Siapa yang terjaring razia? Hasilnya, puluhan muda-mudi yang bukan suami istri terjaring razia saat asyik berduaan di sejumlah kamar kos.
-
Siapa yang menyerang Polisi? 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Apa yang terjadi saat penggerebekan? Di sana lah penyerangan terhadap anggota polisi terjadi dan diduga dilakukan keluarga GS. Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Kenapa Polisi diserang? Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Kenapa para pemain Timnas masuk polisi? “Mereka masuk lewat jalur prestasi. Mereka mau menjadi polisi karena kemauan sendiri,“ ucap Sumardji.
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
Suyatna yang nonton bersama adiknya Fahreza sudah berpamitan bersama keluarganya. Mereka berangkat bersama naik bus dengan rombongan Jakmania lainnya.
"Memang biasa nonton Persija kalau kemana-mana. Tapi biasanya selalu disamping saya biar aman kok pas itu pisah," kata dia.
Sementara itu, kakak korban lainnya, Soleh mengungkapkan almarhum tiba di rumah dengan kondisi penuh luka di sekujur tubuhnya. Meski demikian, saat itu korban masih bisa diajak berkomunikasi, alhasil keluarga pun menanyakan perihal kejadian yang menimpanya.
"Adik (korban) saya itu dibawa pakai ambulans ke rumah sekitar jam 00.30 Wib, sedangkan Yatna pulang naik motor. Nah namanya pulang dengan kondisi luka-luka begitu akhirnya ditanya-tanya sama orangtua saya sama saya juga itu kenapa bisa lebam-lebam parah gitu. Adik (korban) saya bilangnya gitu dipukulin sama polisi," tutur Soleh.
Namun, lanjut Soleh, tak dapat keterangan yang lebih dalam dari korban lantaran masih mengalami trauma. "Abis itu adik (korban) saya enggak ditanya-tanya lagi. Masih trauma dia. Akhirnya keluarga sepakat bawa almarhum ke rumah sakit terdekat. Tapi kata dokter almarhum kepalanya harus di CT Scan karena ada pendarahan di dalam kepala," ungkapnya.
"Tapi di rumah sakit itu enggak ada alatnya dan kita dirujuk ke rumah sakit di Cilandak. Karena sudah malam, enggak ada kendaraan cuma motor satu aja jadi kita putusin bawa ke rumah sakitnya besok aja pas pagi," tambah Soleh.
Selama menerima perawatan seadanya di rumah, lanjut Soleh, kondisi korban kian memburuk. "Dikasih makan malah muntah-muntah. Muntah darah," ucapnya.
"Pas pagi-pagi keluarga langsung bawa ke rumah sakit Cilandak. Ternyata CT Scan itu mahal. Lalu keluarga musyawarah, saya sampai gadein surat tanah buat ngumpulin uangnya. Selang beberapa menit kita pindah ruangan di RS Cilandak dan dokter bilang Fahreza (korban) ini harapannya sudah tipis. Terus tadi sudah meninggal," tandasnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono saat dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan itu. Menurut dia, tidak ada kerusuhan antara Jakmania dengan polisi saat di GBK saat itu.
"Yang ada anggota kita ditimpukin sama penonton sampai ada yang kepalanya luka," ucapnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Bagus, terhadap ke-13 remaja tersebut itu masih dilakukan pemeriksaan maraton di Polsek Warudoyong.
Baca SelengkapnyaSabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaPetugas keamanan di sekitar Stasiun Manggarai langsung mencoba menahan dan melakukan pengamanan melihat peristiwa tersebut.
Baca SelengkapnyaPolres Tangerang Selatan mengamankan 25 terduga pelaku kerusuhan dalam kompetisi lanjutan BRI Liga 1 antara Dewa United vs Persib.
Baca SelengkapnyaPertandingan antara Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta di pekan ke-11 BRI Liga 1 berhasil menarik perhatian banyak penonton.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan WS sebagai tersangka dan mengamankan barang bukti sepeda motor.
Baca SelengkapnyaDalam laga yang tersaji di Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Persib Bandung menang dengan skor 2-0 atar Persija.
Baca SelengkapnyaAkibatnya mobil yang berada di lajur satu terpaksa berhenti sesaat.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang suporter Persija yang disuruh ke Palestina karena membentangkan bendera Palestina di stadion.
Baca SelengkapnyaSaat ada kereta api yang akan lewat, sudah seharusnya kendaraan lain berhenti. Namun belum lama ini, yang terjadi justru kereta api yang mengalah.
Baca SelengkapnyaSatreskrim Polresta Surakarta berhasil mengungkap kasus dugaan perundungan terhadap suporter Persib Bandung usai mengamankan 2 orang pelaku
Baca SelengkapnyaPenggemar idol grup JKT48 meninggal dunia, saat menonton konser di salah satu mal Semarang, Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya