Kisah pilu para korban gempa bumi Pidie Jaya
Merdeka.com - Gempa berkekuatan 6,5 SR yang terjadi Rabu (7/12) membuat duka mendalam bagi warga. Yusra Fitriani (31) hanya bisa pasrah saat mengetahui calon suaminya, Suharnas (31) ditemukan meninggal dunia tertimbun bangunan ruko di jalan Iskandar Muda, Pidie Jaya. Rencananya, dua sejoli ini hendak melaksanakan akad nikah, Kamis (8/12) di Desa Dayah Timur, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
"Kami sudah menerima undangan dari korban, acaranya besok akad nikah sekaligus antar linto baro (pengantin laki)," kata Kepala Desa Kota Meureudu, T Zikri.
Sedihnya lagi, calon pasangan pengantin itu sudah melakukan foto prewedding di Lhokseumawe. Semua persiapan sudah di siapkan untuk acara resepsinya besok hari.
-
Apa kerusakan akibat gempa di Bali? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung.'Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh,' kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Bagaimana kerusakan bangunan akibat gempa Bandung? Bangunan rumah yang hancur rata-rata sudah terbuat dari tembok batu bata. Kondisi hancurnya juga beragam, ada yang rusak ringan hingga cukup berat.Salah satu yang mengalami kerusakan parah adalah bangunan SDN Cirawa, di Kertasari, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Bandung.Mengutip Jabar Quick Response, dampak dari gempa ini membuat atap dari beberapa ruang kelas roboh.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Bagaimana kondisi mereka setelah gempa? Saat gempa usai, anak perempuan dan ibunya itu ditemukan warga sedang menangis histeris. Wajah dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan debu yang sangat tebal karena kondisi rumah mereka yang sudah hancur.
Kesedihan terpancar dari raut wajah Yusra. Sesekali dia tak kuasa menahan air matanya sambil memeluk ibunda yang setia menemani di sampingnya. Sejak kejadian nahas yang menimpa calon suaminya, Yusra belum makan. Hanya air gula beberapa sendok yang sudah diminumnya. Itu pun setelah diminta oleh kedua orang tua dan sanak familinya yang selalu mendampingi.
"Trauma, lemas dia, mungkin juga karena dia lelah," kata M Yunus (62), ayah Yusra saat ditemui di rumahnya, Kamis (8/12).
Yunus tak memiliki firasat rencana pernikahan anak pertamanya berakhir tragis seperti ini. Yusra yang sehari-hari berprofesi sebagai guru honorer di SMP 1 Meureudu telah mempersiapkan semua kebutuhan untuk hari pernikahannya. Keluarganya juga telah menyiapkan satu ekor sapi untuk makanan 1.000 orang tamu. Takdir tak bisa dilawan. Kini mereka hanya bisa merelakan kepergian Suharnas menghadap sang pencipta.
"Kita hanya berencana, yang kabulkan hanya Allah," singkatnya.
Trauma gempa dan tsunami 2006 juga membuat sejumlah warga tidak berani tidur di dalam rumah. Mereka takut kembali terjadi gempa susulan. Korban gempa, Muslahuddin Daud mengatakan, ada 3 desa di Mukim Beuriweuh yaitu Pulo U, Kudrang dan Pohroh memilih tidur di teras rumah. Bahkan ada juga yang mendirikan posko di badan jalan tempat menginap malam ini.
"Semalam hampir seluruh warga tidak berani tidur dalam kamar tidur, sebagian besar menggunakan teras rumah, balai pengajian dan meunasah," kata Muslahuddin Daud via telepon genggamnya, Kamis (8/12).
Dia menyebut kurang lebih ada 300 kepala keluarga yang membangun tenda darurat dan tak berani tidur di rumah. Kondisi saat malam gelap gulita karena sarana penerangan dipadamkan. Sedangkan untuk logistik, warga masih swadaya.
Selain tidur di teras rumah, sejumlah warga juga memilih menginap di kedai kopi dekat kantor DPRD Pidie Jaya.
Nurma (53), warga Desa Manyang Lancok, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya merasa lebih nyaman dan aman menginap di kedai kopi.
Hal senada disampaikan pengungsi di Dayah Al Hijrah Desa Masjid Tuha. Ainun Mardiyah (47) mengatakan mereka takut kembali ke rumah, bukan hanya karena gempa susulan masih terjadi. Listrik yang padam sejak gempa pada Rabu (7/12) subuh membuat mereka tidak bisa pulang ke rumah saat malam hari.
"Gelap kita tidak bisa lihat apa-apa. Di sana kan masih banyak kaca berpecahan," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
total rumah yang rusak akibat bencana gempa magnitudo 6,2 mengguncang Garut berjumlah 110 unit
Baca SelengkapnyaSelain ada warga yang mengalami luka, tidak sedikit diantara masyarakat yang mengalami trauma.
Baca SelengkapnyaBPBD Jabar juga mencatat jumlah korban luka-luka sebanyak 82 orang.
Baca SelengkapnyaWarga mengungsi karena masih trauma gempa susulan yang hingga kini masih terjadi.
Baca SelengkapnyaSelain korban tewas, pemerintah setempat menyebutkan jumlah korban luka yang tercatat ada sebanyak 736 orang.
Baca SelengkapnyaPadahal puluhan rumah itu baru diresmikan pada 2022.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini BPBD Jabar masih melakukan identifikasi tingkat kerusakan maupun pendataan dampak lain pascagempa.
Baca SelengkapnyaDi sepanjang jalan, banyak bangunan luluh lantak. Bahkan bangunan bertingkat pun banyak yang hancur.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 6,2 yang mengguncang Garut, Sabtu (27/4) malam menyebabkan 27 rumah rusak dan 4 orang luka.
Baca SelengkapnyaGempa dengan magnitudo 6,5 terjadi pukul 15.52 Wib yang berpusat dari 130 kilometer timur laut wilayah Tuban, dengan kedalaman 10 kilometer.
Baca SelengkapnyaGempa 5,6 magnitudo mengguncang wilayah terpencil di Nepal. Akubatnya, rumah-rumah hancur dan ratusan orang tewas. Simak fotonya!
Baca SelengkapnyaSebanyak 700 unit rumah warga mengalami kerusakan usai gempa melanda wilayah Kabupaten Bandung pada pukul 09.41 WIB.
Baca Selengkapnya