Kisah pisau komando Sarwo Edhie di Rumah Raja Bawomataluo
Merdeka.com - Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo pernah mengejar sisa kekuatan PKI sampai ke Nias. Ada kisah menarik soal Sarwo Edhie di Bawomataluo, sebuah desa di Nias Selatan.
Desa ini terkenal bukan hanya arsitekturnya yang menjadikan desa itu kini jadi salah satu kandidat warisan dunia di Unesco, PBB. Tapi juga aksi-aksi kebudayaannya yang mendunia, terutama lompat batu.
Ceritanya saat itu pasukan Sarwo Edhie tiba di Desa Bawomataluo. Di desa itu tidak ditemukan adanya anggota PKI ataupun organisasi sayapnya.
-
Apa yang diibaratkan seperti pedang? Al waqtu kaa assaifi fa in lam taqto'hu qotho'aka.(Waktu itu seperti pedang. Jika kau tidak memotongnya, maka Ia akan memotongmu)
-
Siapa pemilik pedang tersebut? Pemilik senjata ini ada kaitannya dengan Dinasti Piast, dinasti yang sangat berpengaruh dalam sejarah Eropa Timur dan Kristenisasi di Polandia.
-
Apa jenis pedang yang ditemukan? Tiga dari pedang tersebut adalah pedang saptha Romawi dengan mata pedang sepanjang 60-65 sentimeter. Satunya lagi merupakan pedang dengan ujung gagang berbentuk cincin yang lebih pendek dengan mata pedang sepanjang 45 sentimeter.
-
Siapa yang memiliki pedang itu? Senjata dan perlengkapan besi tempa merupakan barang dengan status tinggi atau mahal yang dimiliki oleh orang kaya atau berpengaruh bagi bangsa Viking.
-
Siapa yang memakai pedang kuno tersebut? “Pedang ini digunakan oleh seorang tentara Salib yang menetap di negara tersebut setelah Perang Salib Pertama dan mendirikan Kerajaan Yerusalem pada tahun 1099,“ ujar Jacob Sharvit, seorang peneliti dari IAA.
-
Dimana pedang itu dipamerkan? Pedang-pedang tersebut, rencananya akan dipamerkan di British Museum sebagai koleksi besar yang diperdagangkan sebelum dipulangkan ke Iran karena terbukti palsu.
Sarwo Edhie takjub melihat desa itu. Baik arsitektur desanya maupun kebudayaannya. Lalu, Sarwo bertanya sejarah desa itu termasuk orang-orang yang berada di balik pendirian desa itu. Seperti biasa, Sarwo Edhie selalu tampil ramah dan simpatik.
Dia kemudian mendatangi makam raja Saonigeho sebagai raja kedua Desa Bawomataluo. Saonigeho merupakan salah satu pemimpin perlawanan paling hebat terhadap kolonial Belanda wilayah Nias Selatan. Di sana Sarwo Edhi berdoa dan kemudian memberi hormat.
"Saat itu saya berusia sekitar 10 tahun, masih di Sekolah Dasar. Saat itu, keterkenalan nama Sarwo Edhie di sana setenar nama Jokowi saat ini. Sampai sebegitu familiarnya nama itu karena kehadirannya di desa saat itu sangat mengesankan," kata Waspada Wau, tokoh masyarakat setempat kepada merdeka.com, Selasa (1/10).
Sebagaimana tata krama dalam kebudayaan di sana, Sarwo Edhie disambut dan diberikan cinderamata. Melihat penghormatan besar tidak terduga yang diterimanya, Sarwo Edhie pun memberikan balasan yang setimpal. Komandan pasukan baret merah ini memberikan pisau komandonya.
Sekarang, pisau itu disimpan di Omo Sebua (Rumah Besar) yang juga disebut Omo Nifolasara, rumah raja. Sebuah rumah panggung kayu terbesar di dunia yang masih utuh berdiri saat ini.
Pisau itu dipajang di dinding ruang keluarga di area belakang, diletakkan sejajar dengan beberapa pedang kerajaan yang diyakini sakti.
"Kakek Ama Fima Fau sendiri yang menerima pisau komando itu dari Sarwo Edhie saat itu. Saya pernah pakai pisau itu untuk aksesoris pada sebuah drama Paskah di gereja. Karena saat itu saya berperan sebagai tentara Romawi," kata Marselino Fau, tokoh masyarakat yang lain.
Namun kini pisau itu tak lagi digunakan. Posisinya kini diletakkan di tempat yang sulit dijangkau dan dilihat pengunjung agar pisau bersejarah itu aman.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lubang yang ada di Batu Batikam itu merupakan simbol dari perdamaian antar suku yang tengah berkuasa pada saat itu.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan panglima perang Suku Dani, Moro Kogoya yang menyimpan senjata perang berbahaya di rumahnya.
Baca SelengkapnyaAndi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan Letjen Muhammad Saleh yang bercerita saat masih bertugas di Kandang Menjangan Kartasura, temukan keris Pakubuwono X.
Baca SelengkapnyaHingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Baca SelengkapnyaMakamnya banyak dikunjungi orang yang ingin cari jodoh, kekayaan, hingga jabatan
Baca SelengkapnyaMardiono menegaskan bahwa pernyataannya hanya untuk menceritakan tradisi dan sejarah senjata Solo.
Baca SelengkapnyaSebuah senjata ampuh yang selalu digunakan untuk berburu hewan di hutan dan sudah menjadi simbol sandangan para kaum laki-laki di Mentawai.
Baca SelengkapnyaMakam yang berada di Desa Simpang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ini lokasinya sangat dekat dengan aliran Sungai Batanghari.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata tajam, tapi juga punya makna mendalam.
Baca Selengkapnya