Kisah Profesor pertama Indonesia berasal dari Banten
Merdeka.com - Selama ini masyarakat Banten dipersepsikan masih terbelakang dan tak berpendidikan. Tapi siapa sangka gelar Profesor pertama di Indonesia lahir dari Provinsi Banten.
Adalah Hussein Djajadiningrat membalikkan fakta tersebut. Lahir di Banten pada 8 Desember 1886, pemilik nama lengkap Pangeran Aria Husein Djajadiningrat ini tergolong anak pintar pada saat itu. Berkat kemampuannya, ia sukses mendapat gelar akademik profesor dan doktor (Prof. Dr)
Kala itu bapaknya adalah seorang Bupati Banten. Sehingga ia mampu mengenyam pendidikan barat sampai tingkat Hogere Burger School (HBS) atau sekolah menengah lima tahun yang hanya dapat dinikmati kalangan tertentu saja.
-
Apa pusat peradaban Kerajaan Banten? Pada masanya dulu, Banten merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Pulau Jawa.
-
Mengapa Kesultanan Banten runtuh? Saat itu Kesultanan Banten yang sebelumnya berdaulat otomatis runtuh karena dimonopoli VOC.
-
Siapa pendiri Kerajaan Banten? Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Banten? Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
-
Dimana letak kerajaan kuno Banten Girang? Kerajaan itu letaknya berada di hulu teluk Banten.
-
Kenapa Banten kekeringan? Masuknya musim kemarau ditambah dengan adanya fenomena El Nino membuat sejumlah daerah di Provinsi Banten mengalami kekeringan.
Setelah lulus dari HBS, Husein melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Universitas Leiden. Hal itu, lantaran sang ayah kenal dengan salah seorang penasihat pemerintah kolonial untuk urusan pribumi Hindia, yakni Snouck Hurgronje.
Sebelum masuk Universitas Leiden, awalnya ia belajar bahasa latin dan Yunani Kuno. Husein akhirnya lulus menjadi sarjana pada jurusan bahasa dan sastra kepulauan Indonesia. Tidak puas atas hal itu, Husein melanjutkan pendidikannya hingga tingkat Doktor.
Husein yang kala itu tertarik dengan ilmu sejarah, berniat membuat karya ilmiah tentang Hindia Belanda (kini Indonesia). Bahkan, dirinya pernah ikut sayembara menulis di Universitas Leiden tahun 1908.
Anak Bupati ini berhasil menang dengan judul tulisan 'Critisch Overzicht van de Maleische Werken Vervatte Gegevens van het Sultanaat van Aceh' (Gambaran penting dari karya-karya Melayu yang terkandung rincian Kesultanan Aceh). Bahkan, ia membuat kamus Aceh-Belanda yang dianggap paling lengkap.
Masa mahasiswa Husein diakhiri dengan mengeluarkan disertasi tentang sejarah tempat kelahirannya berjudul 'Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten' (Pandangan Kritis Tentang Sejarah Banten) pada tahun 1913. Atas dasar itu, dia menjadi orang Indonesia pertama yang mempertahankan disertasinya di Universitas Leiden.
Setelah 10 tahun melanglang buana di negeri kincir angin, akhirnya dia kembali ke Indonesia. Bahkan saat di Indonesia lulusan Universitas Leiden ini tetap bergelut di dunia ilmu pengetahuan. Dan bekerja sebagai peneliti bahasa di Indonesia pada Kantoor voor Inlandsche Zaken (kantor Urusan Bumiputra) hingga tahun 1918.
Selain bekerja di Kantoor voor Inlandsche, ia juga bergerak dibidang jurnalistik dan pendidikan mengenai kebudayaan Jawa. Bahkan, tahun 1919 Husein mendirikan Java Institut dan menerbitkan majalah bulanan 'Djawa' pada tahun 1921 dan menjadi seorang redaktur.
*Dirangkum dari berbagai sumber
Topik Pilihan: Partai Golkar | KPK
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia dikenal sebagai Pribumi Indonesia pertama yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu serta diakui di kalangan para tokoh ilmiah.
Baca SelengkapnyaSeorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.
Baca SelengkapnyaNamanya hingga kini tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor di Universitas Gent, Belgia.
Baca SelengkapnyaSisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang
Baca SelengkapnyaKerajaan tua itu bahkan sudah ada sebelum era Padjadjaran
Baca SelengkapnyaTokoh berkebangsaan Jerman ini pernah melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan karyanya yang berjudul The People of East.
Baca SelengkapnyaIlmu bisa bermanfaat untuk mengangkat derajat hidup seseorang.
Baca SelengkapnyaKampung ini punya mitos yang diduga ditakuti para pejabat. Kabarnya, tak ada pejabat yang berani datang ke kampung ini.
Baca SelengkapnyaBerikut momen tangis haru pemuda tukang gula berhasil menjadi polisi pertama di desanya.
Baca SelengkapnyaSosok Mohammad Nasroen, cendekiawan filsafat dari Sumatra yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatra Tengah.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto mengungkapkan refleksi selama hidupnya.
Baca SelengkapnyaBupati Trenggelak Mochamad Nur Arifin menceritakan perjuangannya yang tidak mudah untuk lulus dari pendidikan tinggi.
Baca Selengkapnya