Kisah sopir hidup pas-pasan miliki 27 anak asuh
Merdeka.com - Kemampuan finansial tampaknya tidak menjadi ukuran kebesaran hati seorang manusia. Kondisi ini tercermin dari pribadi pasangan suami-istri, Joko Mulyanto (48) dan Tatik Musyarofah (48).
Bekerja sebagai sopir, Joko mampu menampung hingga 27 anak yatim dan terlantar di rumahnya. Salah satunya menderita Cerebral Palsy.
Joko dan Tatik menjadi orangtua bagi 27 generasi muda penerus bangsa. Jumlah ini diakui terus bertambah lantaran banyak juga anak-anak kurang mampu yang sering datang ke tempatnya meski tak menginap.
-
Bagaimana cara menyantuni anak yatim? Berikut beberapa hadis tentang menyantuni anak yatim:'Orang yang menanggung (mengasuh) anak yatim miliknya atau milik orang lain, aku dan dia seperti dua jari ini di surga.' Malik (perowi hadits) mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah.' (HR. Muslim)
-
Apa keutamaan menyantuni anak yatim? Setiap orang yang memberikan perhatian dan berbuat baik kepada anak-anak yatim sekalipun sebesar zarrah akan mendapatkan pahala yang besar.'Dan jika ada kebijakan sebesar zarrah niscaya Allah akan melipatgandakan dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar.' (An-Nisaa:40).
-
Bagaimana Bapak Joko bisa menyekolahkan anaknya? 'Ya suatu kebanggan bagi saya, memang dari dulu sebelum menikah, bahkan saya itu punya cita-cita nanti kalau sudah berkeluarga dan punya anak, yang saya utamakan memang segi pendidikan, walaupun bapaknya kondisinya kayak begini, yang penting anaknya bisa sekolah,' jelas Joko.
-
Kenapa anak yatim memiliki kedudukan istimewa? Anak yatim memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Maka dari itu, sudah seharusnya setiap muslim menyayanginya.
-
Bagaimana cara kata-kata mutiara anak yatim memberikan motivasi? Jangan ragu untuk bermimpi, karena semua orang punya hak untuk itu dan bisa mewujudkan setiap mimpinya dengan doa dan usaha.
-
Apa doa anak yatim? Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan istimewa dan doanya memiliki kekuatan tersendiri karena keadaan yang mereka hadapi.
Joko mengaku tidak ingin menolak kehadiran anak-anak tersebut lantaran dirinya yakin mereka datang sudah dengan rezekinya masing-masing. Ini lah yang membuat Joko dan Tatik yakin anak-anak tersebut tidak akan kekurangan dalam asuhan mereka.
"Saya tidak ingin berhenti (menampung anak-anak yatim dan terlantar). Ya terserah Allah (siapa saja yang datang)," kata Joko saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/6).
Tatik memaparkan, semua bermula dari sekitar tahun 2002 di mana imbas krisis 1998 masih tersisa. Semula, Tatik yang saat itu masih bekerja, menawarkan bantuan untuk mengasuh anak pencuci baju di rumahnya. Dari situ, muncul anak-anak lain yang membutuhkan pertolongannya.
"Ada 2 lagi, anak yatim piatu, ibunya meninggal kanker rahim, setahun kemudian bapaknya meninggal kanker paru. Lama-lama tambah lagi," papar Tatik.
Hingga mencapai 15 orang anak, Joko banting tulang menjadi sopir untuk memenuhi kebutuhan anak kandung serta anak-anak asuhnya. Joko bahkan bekerja sebagai sopir di tiga tempat hingga waktunya untuk istirahat sangat terbatas.
"Kerjaan Bapak waktu itu masih jadi sopir antar jemput sekolah. Saking ngejar biaya sekolah anak, bapak kerja malam, jam 10 malam sampai jam 4 pagi Bapak antar-jemput grup musik kelab malam. Pulang jam 4, tidur sebentar, jam 5 berangkat lagi antar-jemput anak TK, pulang jam 12, jam 1 antar-jemput anak SMP. Jadi Bapak bertahun-tahun begitu," papar Tatik.
Semakin banyak anak yang ditampung, ruangan di rumahnya semakin tak mencukupi. Pada 2010, Joko dan Tatik memutuskan untuk pindah rumah dengan membangun tempat yang lebih besar.
Niat ini diakui Joko dan Tatik tidak didukung oleh kemampuan finansial. Modal mereka hanya pekerjaan Joko menjadi sopir dan sejumlah tabungan. Untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar, Joko pindah bekerja menjadi sopir di sebuah rumah produksi.
Bangunan yang kini ditempati Joko dan Tatik bersama anak-anak asuhnya dibangun dari kerja keras, tambal sulam dan kebaikan hati orang-orang di sekitarnya, bahkan pekerja bangunan dan pemilik material turut membantu berdirinya bangunan tersebut.
"Saya sama Bapak nabung bukan nabung uang, tapi nabung material. Ada uang sedikit, saya kasih ke material untuk semen sama besi. Ada untuk material, untuk gaji tukang (bangunan) enggak ada. Setiap minggu kami bingung gimana bayar tukang. Alhamdulillah yang kerja itu ngerti, mereka hanya minta beras," jelas Tatik.
Seiring waktu, bangunan tempat Joko dan Tatik bersama anak-anak asuhnya pun berdiri. Semakin banyak anak-anak yatim dan terlantar yang datang ke rumahnya. Joko dan Tatik tak pernah menolak siapa pun yang datang. Ada 27 anak menetap di bangunan tersebut, selebihnya datang dan pergi.
Kini, Joko dan Tatik bersama anak kandung dan anak-anak asuhnya menempati bangunan di Jalan Warung Silah, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (mdk/efd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang warga transmigrasi asal Wonogiri bekerja banting tulang demi anaknya agar bisa kuliah.
Baca SelengkapnyaSeorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca SelengkapnyaGuna menyambung hidup putra-putrinya, pria tersebut banting tulang menjadi pengemudi ojek online.
Baca SelengkapnyaDia rela banting tulang 20 jam sehari agar sang adik dapat melanjutkan pendidikan.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaDitinggal istri wafat, pria ini harus mengurus tiga balita seorang diri.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah hidup seseorang yang pernah menjadi gelandangan dan PRT kini sosoknya terkenal di Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkawati merupakan salah satu dari semakin banyak perempuan Indonesia yang mencari pekerjaan informal di luar rumah.
Baca SelengkapnyaDriver ojol ini buat panti lansia di rumahnya dan penuhi semua kebutuhan lansia, bikin salut.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menabung seribu rupiah hingga Rp15 ribu.
Baca Selengkapnya