Kisah sukses pria bertato asal Yogya jadi pengusaha semir sepatu
Merdeka.com - Salah satu hal yang mendorong Faris Juniarso (28) untuk berbisnis yaitu karena kesadarannya sebagai orang bertato memiliki stigma buruk di masyarakat. Dari pengalamannya, dia susah mendapat kerja karena tato yang menghiasi lengan tangan kanan dan kirinya.
"Orang bertato itu bakal susah dapat kerja. Karena itu saya milih bikin kerjaan sendiri, usaha sendiri supaya bisa bertahan hidup," katanya di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta, Sabtu (7/2).
Sejak pertama mendirikan usaha pembersih sepatunya itu, dia merekrut anak-anak muda bertato untuk menjadi pegawainya. Dia ingin menunjukkan kepada masyarakat dan juga orangtuanya bahwa orang bertato itu bisa berkarya dan bekerja.
-
Dimana Faisal menemukan peluang pasar untuk jualan keripik? Disampaikan guru ngaji itu, awal dari niatnya berjualan bermula dari adanya peluang pasar di wilayah Kabupaten Bekasi.Ini karena kudapan serupa kebanyakan terbuat dari singkong, dan belum ada yang terbuat dari ubi.
-
Bagaimana Dio Arli melebarkan bisnisnya? Dio semakin melebarkan sayap bisnisnya berkat aktifnya dia di organisasi pengusaha muda.
-
Dimana Farida berjualan sayur? Setiap hari Minggu, Farida berjualan sayur di Car Free Day (CFD) Colomadu, Karanganyar.
-
Bagaimana Raffi Ahmad ingin mengembangkan bisnisnya? Raffi Ahmad merasa optimis bahwa bisnis barunya ini akan berkembang pesat dengan keyakinan tersebut. Ia bahkan berencana untuk membuka banyak cabang di masa depan.
-
Dimana Warteg ingin dibuka di pasar dunia? Dia berharap, Warteg bisa dibuka di New York, Jerman. Selain itu, banyak juga permintaan di Timur Tengah ini yang akan kita fasilitasi.
-
Dimana produk Fera dijual? Menariknya, produk gatot dan tiwul Fera tidak hanya menjangkau pasar lokal. Olahan singkong yang bisa diproduksi dengan biaya minim itu laris di pasar Asia hingga Eropa.
"Waktu cari pegawai, saya cari yang bertato. Orangtua menentang ketika saya bertato, padahal orangtua kerja di departemen agama, ancur pokoknya," tutur Faris lalu tertawa mengingat masa-masa itu.
Dia pun mengaku sejak duduk di bangku SMA kelas 3, dia sudah memiliki tato. Setelah kuliah dia kemudian menambah beberapa tato lagi.
"Waktu itu lulusan SMA, sembunyi-sembunyi juga. Ketika kuliah saya ikut teater, terus kenal dengan seniman-seniman yang bertato, akhirnya ikut-ikutan," tambahnya.
Demi bertahan hidup, dia pun bekerja serabutan. Mulai dari jadi tukang sampah, tukang cuci piring dan menjadi bartender pernah dia jalani untuk mendapatkan sesuap nasi. Dia pun sempat mendirikan usaha kue lekker di Semarang.
"Modalnya jualin barang-barang yang masih nempel, nggak ada bantuan dari orang tua," ungkapnya.
Kini dia sudah memiliki delapan pekerja untuk menjalankan usahanya. Pasar luar negeri pun sudah dijajahnya. Mulai dari Singapura, Malaysia hingga Australia.
"Pertengahan tahun ini kita akan buka kantor distributor di Australia," katanya.
Dia pun memberi nama toko semir sepatunya itu Andrrows. Andrrows merupakan nama sahabat Faris dalam merintis usaha pembersih sepatu yang meninggal dunia sebelum sempat mencicipi kesuksesan bersama.
Faris bercerita, Andrrows merupakan teman bermainnya saat dia masih kuliah. Dia dan Andrrows bersama-sama membuat racikan pembersih sepatu yang kini sudah dikenal sampai luar negeri.
"Saya pakai nama Andrrows supaya nama dia tetap ada dalam usaha ini. Dia belum sempat menikmati hasil kerjanya, karena itu saya ingin mempersembahkan produk ini untuk dia," katanya di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta, Sabtu (7/2).
Dia dan Andrrows sama-sama pencinta sepatu. Mereka berdua kerap pergi bersama menghabiskan waktu luang untuk hunting sepatu-sepatu. Ide pembersih sepatu itu juga datang dari obrolan bersama Andrrows.
"Idenya juga bareng kita pikir, sampai awal kita gagal coba bikin itu," ujarnya.
Awal mulanya mereka berpikir membuat produk khusus untuk para kolektor sepatu, khususnya sepatu sneakers. Namun mereka ingin mengembangkan produk supaya bisa digunakan untuk semua jenis sepatu.
"Sekarang semua jenis sepatu bisa, mau yang dari kulit, kain, atau yang jenis pantofel bisa, termasuk sepatu cewek yang aneh-aneh bahannya," terangnya.
Saat ini bisnis yang digeluti Faris sudah berkembang pesat. Dia merencanakan membuat kantor distributor di Australia untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
"Produksi tetap di sini, tapi nanti distribusi ke negara-negara lain lewat Australia> Selain itu pasar di Australia juga besar, anak-anak muda konsumtif banget kalau dengan sepatu," tandasnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaDunia entertainment yang tidak stabil membuat 11 artis ini berinisiatif membuka berbagai macam bisnis, mulai dari kuliner, aksesoris dan lain sebagainya.
Baca SelengkapnyaPT Sukses Komerindo melepas ekspor perdana sarung tangan ke Australia
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaSelama merantau di Jakarta dirinya tinggal di kos kosan berukuran 2 kali 3 yang ditinggali bersama kedua temannya.
Baca SelengkapnyaIa memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca Selengkapnya“Total karyawan gue sekarang 9 orang, dengan omset tahunan yang gue dapet sekitar Rp6 miliar," kata Ilham
Baca SelengkapnyaUntuk mendapatkan omzet yang besar itu, Farida menjual sayurannya secara bertahap.
Baca SelengkapnyaUMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaUMKM Kupu Sutera dihadirkan dalam PRS BRI Pandaan 2023 sebagai momentum dalam memperkenalkan produknya kepada masyarakat luas.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan ungkap akan berjanji memfasilitasi anak muda Indonesia di Negeri Kanguru itu agar bisa menjadi pengusaha sukses.
Baca SelengkapnyaKerja keras Nathan berbuah manis. Panama menjadi salah satu merek sandal jepit terbesar di Indonesia.
Baca Selengkapnya