Kisah Suriandi, penjual koran difabel yang ditinggal calon istri
Merdeka.com - Asap hitam yang menyelubungi Kota Palangkaraya tak menyurutkan tekad Suriandi (57) untuk menjalankan aktivitasnya sebagai penjual koran keliling. Dengan kaki yang hanya sisa sebelah, lelaki tak beristri itu penuh semangat menjajakan koran-korannya melalui sebuah gerobak dorong.
"Aku enggak bisa pakai masker. Aku malahan sesak napas kalau pakai masker," ujarnya sembari menunjuk masker yang dikenakan reporter (merdeka.com) di depan RSU Dr Doris Sylvanus, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/10).
Suriandi mengalami kecelakaan pada tahun 1997. Ketika itu ia berumur 35 tahun. Saban hari ia bekerja di sebuah perusahaan kayu untuk mengumpulkan dana buat pernikahan dengan calonnya yang ia cintai.
-
Siapa yang mengalami kecelakaan? Chisa Anne stri dari vokalis band Repvblik Ruri Wantogia, membagikan kondisi terkini dari sang suami yang dikabarkan mengalami kecelakaan pada Jumat (6/9).
-
Bagaimana insiden kecelakaan terjadi? Bagnaia pun mengambil peluang untuk menyalip di Tikungan 12, tetapi terjadi kontak antara keduanya di Tikungan 13, di mana Marquez tetap mempertahankan kecepatan saat Bagnaia mencoba memasuki tikungan tersebut.
-
Kapan kecelakaan tragis itu terjadi? Kembali ke tahun 1980-an, di mana kejadian memilukan ini berlangsung.
-
Kapan kecelakaan itu terjadi? Oriza mengalami kecelakaan beberapa minggu setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Bakrie.
-
Apa yang terjadi pada kecelakaan di Ciater? Kecelakaan maut bus rombongan pelajar dari Depok di turunan kawasan Ciater bukan yang pertama terjadi.
Namun nasib berkata lain, sebuah kayu menimpa kaki kirinya. Kaki kiri itu pun diamputasi.
"Kaki kiri patah dan diamputasi," tuturnya.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Melihat Suriandi cacat karena kehilangan kaki kirinya, sang calon pun lantas meninggalkan ia dengan luka yang dalam. Sejak saat itu ia memilih hidup sendiri hingga sekarang.
"Kami awalnya mau nikah. Aku lalu cari dana buat nikah tapi ketika aku cacat, dia pun meninggalkanku," cerita lelaki yang memeluk keyakinan Kristen ini.
Sejak ditinggal pergi oleh sang calon, kenangan indahnya masa lalu senantiasa menghantui hari-hari Suriandi. Pernah ia mengelilingi Kota Palangkaraya dengan berjalan kaki hanya untuk mengusir bayangan dan kenangan bersama sang calon istri.
"Aku tahu dia sudah milik orang lain dan aku sudah ikhlas. Tapi bagaiamana pun juga aku tetap ingat dirinya," ujar dia.
Rasa pahitnya hidup ditinggalkan telah ia lalui berhari-hari. Lantas ia pun bertanya, kenapa orang cacat selalu dipandang sebelah mata.
"Saya enggak depresi waktu kecelakan tapi waktu calon saya enggak mau itu yang buat saya ingat sampai sekarang. Kok kenapa ya mereka enggak mau dengan kami orang cacat. Emang kami enggak bisa ya?" tuturnya.
Cacat tubuh dan ditinggalkan sang calon istri bukan halangan bagi Suriandi untuk melanjutkan hidupnya. Hidup sebatang kara ia jalani tanpa beban. Ia menggantungkan nasibnya pada kerja yang ia lakoni sekarang. Sehari-hari, dikurangi biaya makan, ia mengantongi uang Rp 50 ribu dari hasil penjualan korannya.
Kerja itu ia lakoni setiap hari. Ketika sang jago berkokok pukul 03.00 WITA, Suriandi pun menyiapkan diri lalu bergegas menuju ke tempat agen koran.
"Pukul 04.00 WITA aku sudah di agen koran. Dari sana aku menuju ke RS ini. Aku kan bukan cacat bawaan, jadi sebelum cacat, aku sudah tahu bagaimana mengurus diri," tukas lelaki yang pernah mengikuti workshop bagi kaum difabel tahun 2002 di Solo, Jawa Tengah ini.
Ketika berbicara tentang asap yang kini melanda Kota Palangkaraya, Suriandi mengatakan jika hal itu tak lepas dari Pemprov Palangkaraya sekarang. Dibandingkan tahun lalu, kata dia, kabut asap tidaklah sehebat tahun ini.
"Sebenarnya pemerintah sekarang lambat tangani. Kalau dari awal mereka sudah tangani api sewaktu masih kecil. Kami berharap, kalau ada kebakaran tahun depan jangan meluas seperti ini. Tahun lalu ada persiapan anggaran dan helikopter," pungkas dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sariyani (62) hidup dengan begitu pilu. Di usianya yang kini telah senja, dia tak lagi hidup bersama sang suami sejak belasan tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaKisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Baca SelengkapnyaKisah tragis seorang tuna wisma yang sudah hidup di jalanan selama puluhan tahun.
Baca SelengkapnyaKisah tragis terjadi di Desa Pagung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Seorang pria nekat gantung diri karena tak sanggup menikahkan putrinya dengan meriah.
Baca SelengkapnyaIstri Sayidiman Suryohadiprojo, Ibu Sri Suharyati Djatioetomo, dengan kisah hidup menginspirasi dan cinta sejati melawan segala tantangan. Simak Detailnya
Baca SelengkapnyaMemakai dress hitam sambil duduk di kursi plastik, Putri mengaku pernah menikah dengan pria warga negara asing atau WNA.
Baca SelengkapnyaMantan model majalah dewasa kini hidup sebatang kara, tinggal di rumah terbengkalai tanpa listrik dan air bersih.
Baca SelengkapnyaDi saat bersamaan, korban melintas membelakangi loader sambil membawa tumpukan kardus berisi tomat.
Baca SelengkapnyaSetelah Sayidiman dicopot jabatan, Sri Suharyati dikabarkan mengalami penurunan pada kondisi kesehatannya setelah peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaHidupnya sebatang kara. Tinggal di rumah reyot di tengah gemerlap ibu kota Jakarta. Dia adalah Diah Aristy Kusuma Putri (42) alias Diah Putri.
Baca SelengkapnyaPenjual mainan ketemu Ganjar dan diajak untuk mampir ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaDi tengah proses perceraiannya, Rendy Kjaernett dan Lady Nayoan dikabarkan mengalami kecelakaan tunggal di tol.
Baca Selengkapnya