Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Tante Dolly dan legenda gang prostitusi di Surabaya

Kisah Tante Dolly dan legenda gang prostitusi di Surabaya gang dolly. ©blogspot.com

Merdeka.com - Baru-baru ini ada kisah siswi SMP menjadi mucikari di Surabaya. Berita itu tentu mengagetkan, mengingat usia mucikari ini tergolong ABG. Dia telah menjual teman dan kakak kandungnya sendiri. Sebelumnya juga ada kisah mucikari lain di Surabaya; kisah mucikari Keyko, Dea Ayu alias Lia, dan Hartono.

Satu lagi kisah lawas tentang mucikari Surabaya yang melegenda, yakni tante Dolly. Namun kisah tentang mucikari siswi SMP, Keyko, Dea Ayu dan Hartono sudah ditulis di halaman lain. Kali ini fokus tulisan hanya tentang legenda tante Dolly.

Bicara tentang Kota Surabaya, memang tak bisa lepas dari cerita gang Dolly, lokalisasi pelacuran yang konon disebut-sebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Benar atau tidak, belum ada catatan perbandingan resmi dengan komplek lokalisasi di negeri lain, misalnya; kawasan Phat Pong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura.

Namun demikian, image bahwa Dolly disebut yang terbesar di Asia Tenggara, itu agaknya diamini sebagian orang yang pernah berkunjung ke sana. Lokalisasi ini hampir menyelimuti seluruh jalan di kawasan itu.

Nah, omong-omong soal Dolly ini, tentu tak lepas dari kisah tante Dolly, perempuan keturunan Noni Belanda yang katanya sebagai perempuan pertama yang membuat kawasan itu. Bahkan keturunan tante Dolly juga disebut-sebut masih ada hingga kini namun tidak meneruskan bisnis lendir lagi.

Sebagai pencetus komplek lokalisasi di Jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, ini maka perempuan dengan sebutan tante Dolly itu kemudian dikenal sebagai tokoh melegenda tentang asal muasal terbentuknya gang lokalisasi prostitusi tersebut.

Dalam beberapa kisah tutur masyarakat Surabaya, awal pendiriannya, tante Dolly hanya menyediakan beberapa gadis untuk menjadi pekerja seks komersial. Melayani dan memuaskan syahwat para tentara Belanda. Seiring berjalannya waktu, ternyata pelayanan para gadis asuhan tante Dolly tersebut mampu menarik perhatian para tentara untuk datang kembali.

Dalam perkembangannya, gang Dolly semakin dikenal masyarakat luas. Tidak hanya prajurit Belanda saja yang berkunjung, namun warga pribumi dan saudagar yang berdagang di Surabaya juga ikut menikmati layanan PSK. Sehingga kondisi tersebut berpengaruh kepada kuantitas pengunjung dan jumlah PSK.

Dolly juga menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk di sana. Terdapat lebih dari 800 wisma esek-esek, kafe dangdut dan panti pijat plus yang berjejer rapi. Setidaknya setiap malam sekitar 9.000 lebih penjaja cinta, Pelacur di bawah umur, Germo, ahli pijat siap menawarkan layanan kenikmatan kepada para pengunjung.

Tidak hanya itu, Dolly juga menjadi tumpuan hidup bagi ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir, dan calo prostitusi. Semua saling berkait menjalin sebuah simbiosis mutualisme.

Kisah lain tentang Dolly juga pernah ditulis Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar dalam buku berjudul "Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly" yang diterbitkan Grafiti Pers, April 1982. Dalam buku itu disebutkan dulu kawasan Dolly merupakan makam Tionghoa, meliputi wilayah Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede.

Baru sekitar tahun 1966 daerah itu diserbu pendatang dengan menghancurkan bangunan-bangunan makam. Makam China itu tertutup bagi jenazah baru, dan kerangka lama harus dipindah oleh ahli warisnya. Ini mengundang orang mendapatkan tanah bekas makam itu, baik dengan membongkar bangunan makam, menggali kerangka jenazah, atau cukup meratakan saja.

Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur wanita bernama Dolly Khavit di kawasan makam Tionghua tersebut. Dia kemudian menikah dengan pelaut Belanda, pendiri rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I. Wisma miliknya antara lain bernama T, Sul, NM, dan MR. Tiga di antara empat wisma itu disewakan pada orang lain. Demikian asal muasal nama Dolly.

Dolly semakin berkembang pada era tahun 1968 dan 1969. Wisma-wisma yang didirikan di sana semakin banyak. Adapun persebarannya dimulai dari sisi jalan sebelah barat, lalu meluas ke timur hingga mencapai sebagian Jalan Jarak. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penampakan Boker Tempat Prostitusi yang di Apit Dua Masjid di Siang Hari Begitu Sepi
Penampakan Boker Tempat Prostitusi yang di Apit Dua Masjid di Siang Hari Begitu Sepi

Sebuah tempat praktek prostitusi di Ciracas, Jakarta Timur menyimpan cerita yang tak diketahui banyak orang. Meski sudah ditutup pasca adanya GOR Ciracas.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Marietje Van Oordt, Penipu Legendaris Era Hindia Belanda Pemikat Kaum Pria
Kisah Hidup Marietje Van Oordt, Penipu Legendaris Era Hindia Belanda Pemikat Kaum Pria

Marietje menjalani modus penipuan dengan menggunakan daya pikatnya pada kaum pria

Baca Selengkapnya
Miras dan Kondom Warnai Penggusuran Gang Royal
Miras dan Kondom Warnai Penggusuran Gang Royal

Anak di bawah umur pernah dijadikan budak prostitusi di kawasan Gang Royal.

Baca Selengkapnya
Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam
Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam

Gemerlap kota Las Vegas ternyata ada di Indonesia. Lokasi berada di gang sempit di Jakarta dan sempat menjadi favorit orang kalangan atas Belanda & Tionghoa.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Gang Royal, Tempat Esek-Esek yang Kini Dibongkar
Menelusuri Gang Royal, Tempat Esek-Esek yang Kini Dibongkar

SK yang bekerja di dalam gang yang bangunannya tengah dirobohkan itu disebut 'anak dalam'.

Baca Selengkapnya
Potret Salon Jadul Milik Lansia 75 Tahun, Pernah Jadi Langganan Polisi Belanda Pangkas Rambut
Potret Salon Jadul Milik Lansia 75 Tahun, Pernah Jadi Langganan Polisi Belanda Pangkas Rambut

Berikut potret salon jadul milik lansia 75 tahun yang pernah jadi langganan polisi Belanda zaman dulu.

Baca Selengkapnya
Empat Cerita Urban Legend Yogyakarta
Empat Cerita Urban Legend Yogyakarta

Kisah ini berkembang luas di masyarakat. Masyarakat ada yang percaya ada juga yang tidak.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta Prostitusi di Gang Royal Penjaringan
Fakta-Fakta Prostitusi di Gang Royal Penjaringan

Pembongkaran berawal dari adanya laporan Anak Baru Gede (ABG) hilang. Hasilnya, muncikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK) ditangkap.

Baca Selengkapnya
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri

Kepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.

Baca Selengkapnya
Potret Kehidupan Pelacur pada Masa Hindu Buddha, Diakui Negara hingga Dikenai Pajak
Potret Kehidupan Pelacur pada Masa Hindu Buddha, Diakui Negara hingga Dikenai Pajak

Pelacur diakui pemerintah era Jawa kuno sebagai pekerjaan profesional

Baca Selengkapnya
4 Anak Asal Sumsel Diperbudak Jadi PSK di Surabaya, Layani 10 sampai 20 Tamu per Hari
4 Anak Asal Sumsel Diperbudak Jadi PSK di Surabaya, Layani 10 sampai 20 Tamu per Hari

4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.

Baca Selengkapnya
Kondisinya Terbengkalai di Tengah Hutan, Begini Cerita Makam Sinden Berusia Ratusan Tahun di Kebumen
Kondisinya Terbengkalai di Tengah Hutan, Begini Cerita Makam Sinden Berusia Ratusan Tahun di Kebumen

Tak ada satupun warga yang tahu kapan makam itu berdiri

Baca Selengkapnya