Kisah Tasripin, bangkit dari kenangan buruk putus sekolah
Merdeka.com - Mengenakan sarung dan pakaian sepakbola, seorang remaja 18 tahun mengumandangkan adzan di pojok ruang kelas. Suara remaja itu melengking menandakan matahari tergelincir bergeser dari tengah langit ke arah barat memasuki waktu dzuhur. Lima bocah lain, rata-rata berusia 12 dan 13 tahun lantas meluruskan shaf melaksanakan shalat berjemaah.
Remaja yang menjadi muazin itu bernama Tasripin. Ia salah satu siswa kelas 8 di sekolah alam MTs Pakis di Kampung Pesawahan Desa Gunung Lurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Dibanding teman-teman di sekolahnya, tubuh Tasripin lebih tinggi, lebih tegap dan dihitung dari usia lebih tua berjarak 5 sampai 6 tahun.
Taspirin pada tahun 2013 silam, pernah menjadi pusat perhatian banyak orang di negeri ini. Ia pernah ramai diperbincangkan di media massa terkait potret anak miskin di dusun terpencil yang terpaksa putus sekolah.
-
Siapa yang merasakan kehilangan Bapak? Kepergianmu membuatku kehilangan bagian terpenting dari hidupku.
-
Siapa yang kehilangan orang tua di usia muda? Dalam kisah tersebut dijelaskan bahwa Roman kehilangan kedua orang tuanya sebelum dirinya genap berusia empat tahun. Ibunya yang bernama Iriana meninggal karna keracunan saat Roman masih berusia satu tahun. Sedangkan ayahnya meninggal dua tahun kemudian setelah ibunya meninggal, akibat kecelakaan derek konstruksi.
-
Siapa yang kehilangan keluarganya dalam kecelakaan maut? Baru-baru ini, media sosial dikejutkan dengan kabar tragis dari seorang remaja berusia 19 tahun, Abdur Rahman Amir Ruddin, yang harus kehilangan kedua orang tua dan keempat saudaranya akibat kecelakaan maut di Segamat, Malaysia.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Mengapa orangtua menitipkan anak? Menitipkan anak kepada pengasuh, kerabat, atau di tempat penitipan seperti daycare sudah menjadi praktik umum di kalangan orangtua. Hal ini sering kali dilakukan karena tuntutan pekerjaan yang membuat orangtua tidak bisa selalu berada di rumah untuk mendampingi anak.
-
Apa yang membuat hidup terasa berbeda tanpa Bapak? Tanpamu, di sini rasanya sangat berbeda. Aku merindukanmu, nasihatmu, senyummu, serta canda tawamu.
Empat tahun silam, Tasripin terpaksa meninggalkan bangku sekolah dasar untuk bekerja menjamin keberlangsungan hidup tiga adiknya. Menggantikan peran ayah yang merantau ke luar pulau Jawa sekaligus menggantikan peran ibu yang meninggal akibat kecelakaan, Tasripin mengambil peran selayaknya orang tua justru di usia belia.
"Bapak saya sekarang sudah pulang dari Kalimantan. Dia sudah menikah lagi. Saya tinggal dengan tiga adik saya. Bapak di rumah terpisah dengan istrinya," kata Tasripin pada Merdeka.com berbincang ringan di halaman sekolah, beberapa waktu lalu.
Kini, Tasripin bercerita seusai pulang sekolah ia terbiasa mencari kayu bakar dan memasak untuk adik-adiknya. Sesekali ia menerima jasa mengojek, mengantar tetangganya turun ke desa tetangga. Tasripin sendiri tinggal tak jauh dari MTs Pakis, di lereng gunung Slamet ujung utara desa Gununglurah.
Taspirin yang nampaknya berkepribadian terbuka dan murah senyum ini, juga mengatakan kisah hidupnya yang pernah alami putus sekolah tak boleh terulang pada adik-adiknya. Ia menyimpan mimpi di masa depan, adik-adiknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan paling tinggi.
"Saya masih menyimpan uang bantuan dari beberapa orang di tabungan. Uang itu saya simpan untuk adik-adik saya melanjutkan sekolah," kata Tasripin.
Tasripin sendiri merasa tak pernah rendah diri, meski ia harus menjalani sekolah menengah pertama di usia yang tak umum. Ia merasa senang, di sekolah berbasis agroforestry itu bisa belajar tentang pertanian, peternakan dan bertemu guru-guru pendamping. Sekolah baginya sekaligus tempat bermain dimana kadang-kadang ia bermain perahu bersama teman sekelas di Telaga Kumpe atau beraktivitas di kebun sekolah mengamati perkembangan sayur mayur yang mereka tanam.
Bersama teman-teman di sekolah itu, Tasripin setidaknya telah bangkit dari kenangan buruk putus sekolah. Sekolah telah menyimpan asa bahwa kelak ia bisa menjalani hidup lebih baik. Tasripin pun memendam mimpi ingin jadi apa dirinya kelak.
"Saya ingin jadi polisi," kata Tasripin sembari tersenyum.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Video yang diunggah oleh akun TikTok @liintanggliintangg ini viral mencuri perhatian.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah tiga bersaudara yang dibesarkan oleh sang nenek dan kini jadi orang sukses.
Baca SelengkapnyaSang ibunda sempat pamit untuk pergi bekerja. Ibunya juga berjanji akan segera pulang jika pekerjaannya telah selesai.
Baca SelengkapnyaEkawati merupakan salah satu dari semakin banyak perempuan Indonesia yang mencari pekerjaan informal di luar rumah.
Baca SelengkapnyaUmmi Pipik memiliki empat anak dari pernikahannya dengan mendiang Ustaz Jefri Al Buchori.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaBupati Trenggelak Mochamad Nur Arifin menceritakan perjuangannya yang tidak mudah untuk lulus dari pendidikan tinggi.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan pengorbanannya ini tak hanya menyentuh hati banyak orang, tetapi juga menuai simpati luas dari warganet.
Baca SelengkapnyaPendidikannya sempat terhenti setelah sang ayah meninggal dunia
Baca SelengkapnyaSetelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaDitinggal istri wafat, pria ini harus mengurus tiga balita seorang diri.
Baca SelengkapnyaDari sebuah rekaman CCTV terlihat anak itu dibawa seorang laki-laki dan perempuan yang berboncengan menggunakan sepeda motor.
Baca Selengkapnya