Kisruh taksi online, sopir angkot sebut Organda Palembang 'omdo'
Merdeka.com - Persoalan taksi konvensional dan online di Palembang tak kunjung tuntas. Menanggapi hal ini, sopir angkot menyebut Organda Palembang sama sekali tak bekerja dan hanya banyak ngomong (omdo).
Pernyataan itu disampaikan perwakilan paguyuban sopir angkot dalam rapat koordinasi yang melibatkan seluruh pihak di kantor Dinas Perhubungan Sumsel, Jumat (22/9). Lantaran tak puas hasil rapat, puluhan sopir angkot walk out dari ruangan.
Pertemuan itu seyogyanya membahas persoalan antara taksi konvensional dan online yang kerap terlibat gesekan di lapangan. Sayangnya, dalam rapat itu sempat terjadi adu mulut karena masing-masing pihak memperjuangkan keinginan.
-
Siapa yang ditegur sopir angkot? Peristiwa itu diketahui terjadi di Jalan Baru Puspanegara Citeureup, Kabupaten Bogor belum lama ini. Pemotor itu awalnya hendak menegur dengan sedikit sindiran, namun mendapat reaksi tak terduga dari sopir angkot tersebut.
-
Siapa saja yang naik angkot? Seringkali, para ibu-ibu naik angkot saat pergi atau pulang dari berbelanja di pasar.
-
Apa yang dilakukan sopir angkot saat ditegur? Sopir yang mengemudikan angkot berwarna biru itu tak terima laju kendaraanya tiba-tiba dihentikan oleh pemotor tersebut.'Mau kemana bos?,' ucap pemotor'Kenapa hah? Kenapa? Yang lain lewat lewat aja kenapa lu?' timpa sopir angkot.
-
Kenapa sopir angkot marah saat ditegur? Sopir yang mengemudikan angkot berwarna biru itu tak terima laju kendaraanya tiba-tiba dihentikan oleh pemotor tersebut.'Mau kemana bos?,' ucap pemotor'Kenapa hah? Kenapa? Yang lain lewat lewat aja kenapa lu?' timpa sopir angkot.
-
Bagaimana sopir angkot menunjukkan kemarahannya? Merasa tak terima ditegur, sopir angkot pun lantas melayangkan pukulan kepada pemotor tersebut. Terlebih ia sadar bahwa aksinya itu telah direkam kamera.
-
Siapa yang minta perusahaan taksi online buat tombol darurat? 'Saya harap ada sistem semacam ‘tombol darurat’ di aplikasi guna melindungi customer maupun driver, dari hal-hal berbahaya seperti ini,' kata Sahroni, Senin (1/4).
Ketua Paguyuban Sopir Angkot Palembang, Mauludin, mengaku kecewa dengan sikap Organda yang tak berbuat banyak menyelesaikan persoalan ini. Bahkan, jumlah taksi online semakin bertambah tanpa terkontrol dan mengetem layaknya mobil angkot.
"Organda tidak bekerja sama sekali, cuma banyak omong, nganggur mereka itu. Rapat tadi saja terkesan memihak taksi online, lebih baik kami walk out," ungkap Mauludin.
Dikatakan dia, taksi online itu mestinya diperlakukan sama dengan taksi konvensional. Seperti pengaturan trayek, izin operasional, dan pelat khusus sebagai moda transportasi massal.
"Tapi kenyataannya tidak seperti itu, taksi online bebas berkeliaran. Mestinya ditutup sementara sampai ada aturan dari pemerintah," kata dia.
Ketua DPC Organda Palembang, Sunir Hadi membantah tidak bekerja atau 'nganggur'. Justru, kata dia, pihaknya terus memperjuangkan aspirasi sopir angkot agar tetap beroperasi sekaligus mendukung penghentian sementara aplikasi taksi online.
"Tidak benar itu, siapa yang bilang kami menganggur, tidak bekerja. Sampai sekarang kami masih perjuangkan aspirasi anggota sopir angkot," ujarnya.
Pelaksana tugas Kepala Dishub Sumsel, Nelson menegaskan, sambil menunggu keputusan pemerintah pusat, pihaknya berencana mengeluarkan kebijakan yang bisa menguntungkan semua pihak. Hal ini sebagai antisipasi terjadinya gesekan kedua belah pihak.
"Nanti kita undang kembali buat tandatangan kesepakatan, mau tak mau harus mengikuti aturan kita," pungkasnya.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ratusan angkutan umum bus kecil bekas Mikrolet, APB, dan Jaklingko Mikrotrans memadati jalan di depan Balai Kota Jakarta.
Baca SelengkapnyaAksi yang dilakukan oleh para awak angkutan dilakukan karena sejumlah persoalan yang terjadi di lapangan.
Baca SelengkapnyaUsai mendengarkan keterangan dari perwakilan Kominfo, massa membubarkan diri dengan tertib
Baca SelengkapnyaRibuan driver ojek online di Kota Batam melakukan aksi mogok dan menggeruduk kantor perwakilan aplikator, Maxim, Grab, dan Gojek.
Baca SelengkapnyaDari hasil sweeping beberapa pengemudi melintas di Medan Merdeka Barat langsung diarahkan untuk ikut bergabung.
Baca SelengkapnyaMaxim Indonesia mengimbau mitra pengemudi untuk menyampaikan aspirasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaSalah satunya terkait sistem skorsing atau suspend. Seperti yang diungkapkan Melva Maria (54) seorang perempuan pengemudi ojek online.
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa ini menuntut persoalan mengenai tarif di mana potongan yang dibebankan kepada mitra driver mencapai 20 persen hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaGrab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan Mitra Pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, perlu ada ketentuan dalam UU mengenai perlindungan dan kesejahteraan para pengemudi ojol.
Baca SelengkapnyaPerwira menengah polisi itu dicopot dari jabatan Kasubdit Gakkum Dirlantas Polda Maluku akibat memukul driver taksi online.
Baca SelengkapnyaRibuan pengemudi ojol menyampaikan uneg-uneg mereka soal kebijakan yang diberlakukan oleh pihak aplikator.
Baca Selengkapnya