Kolaborasi Brand Jadi Strategi Produsen Sepatu Lokal di Solo Eksis di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19, tak membuat 2 pemuda asal Solo ini putus asa dan berhenti berkarya. Produsen sepatu lokal Aerostreet, Adhitya Caesarico dan clothing brand Rowndivision, Kusdarmawan Aryo Baskoro, berkolaborasi menciptakan ribuan produk sepatu kekinian dengan harga terjangkau.
Kedua brand lokal asal Solo ini bakal meluncurkan produk sepatu limited edition atau edisi terbatas melalui media sosial instagram, Kamis (8/4). Sebanyak 5 ribu pasang sepatu yang didesain dua pengusaha muda ini akan dilelang cepat.
"Kami senang banget dengan tagline Lokal Tak Gentar (Aerostreet), kami merasa satu bagian dari hal itu," ujar Kusdarmawan Aryo Baskoro, pemilik Rowndivision, Kamis (6/4).
-
Kenapa sepatu lokal semakin populer? Saat ini, semakin banyak individu yang bangga mengenakan sepatu buatan lokal.
-
Kenapa sepatu lokal populer? Penggunaan produk fashion lokal kini sedang menjadi tren yang berkembang pesat. Banyak yang beralih untuk mendukung produk-produk lokal sebagai bagian dari upaya memajukan industri dalam negeri.
-
Apa yang ditawarkan oleh sepatu lokal? Tidak hanya karena harganya terjangkau, tetapi juga karena sepatu lokal menawarkan berbagai model yang modis dan sesuai dengan tren, menambahkan sentuhan gaya pada penampilan Anda.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Kenapa Aan mulai usaha di masa pandemi? Aan menuturkan bahwa usahanya ini dia rintis beberapa waktu lalu saat mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Saat itu dirinya tengah pulang kampung ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan mengisi waktu dengan membuat kreasi tas jinjing perempuan.
-
Dimana sepatu Aerostreet diproduksi? Ternyata, brand ini berasal dari Klaten, Jawa Tengah.
Menurut dia, Rowndivision yang memiliki tagline Industry Beyond Fantasy dan bertemu dengan Aerostreet dengan hastag Lokal Tak Gentar, membuat dirinya semakin termotivasi untuk berkolaborasi.
Riyo, sapaan akrab Kusdarmawan mengatakan, dalam kolaborasi tersebut, pihaknya menyiapkan desain sepatu yang diakui cukup memeras keringat meskipun terlihat simpel. Dibutuhkan waktu 2 bulan lebih untuk menyamakan ide yang beberapa kali terjadi benturan antara Rowndivision dan Aerostreet.
Namun akhirnya dari ide dan gagasan itu tercipta sebuah model sepatu yang memiliki ciri khas. "Kami memberi nama sepatu ini Armature. Cukup susah juga memberi nama, waktu itu sempat mau diberi nama Gladiator," terang Riyo.
Sementara itu, pemilik brand Aerostreet Adhitya Caesarico menambahkan, tahun ini pihaknya mencanangkan sebagai tahun kolaborasi. Produknya akan dilaunching setiap bulan dengan kolaborasi yang berbeda dan hanya diproduksI 5.000 pasang.
Selain Rowndivision, kerjasama serupa dilakukan dengan grup musik Endank Soekamti. Ke depan rencana kolaborasi juga akan dilakukan dengan band asal Yogyakarta Sheila on 7 dan lainnya.
"Rowndivision merupakan perusahaan yang pertama kali saya pikirkan untuk diajak kolaborasi produk sepatu. Karena kami sama-sama lokal dan dari Solo. Dan ternyata gayung bersambut dan akhirnya lahir sepatu Armature," kata Rico, sapaan akrab Adhitya Caesarico.
Rico menjelaskan, Armature mempunyai desain casual basic dengan dominasi warna putih kombinasi abu-abu dan memiliki dua warna detail yang berbeda, yakni forest green dan navy blue.
"Produk ini menjadi sepatu pertama produksi Aerostreet yang menggunakan detail bordir. Masing-masing hanya diproduksi 2.500 pasang untuk tiap warnanya," jelasnya lagi.
Baik Rico maupun Riyo optimistis penjualan produk sepatu dengan harga di bawah Rp 100 ribu itu akan habis dalam waktu kurang dari 3 menit. Hal tersebut terlihat antusiasme dari pertama kasih produk tersebut dibocorkan.
"Saya optimis tidak sampai lima menit 5.000 pasang akan ludes terjual," pungkas Rico.
Pandemi Covid-19 tak selalu berdampak buruk bagi dunia usaha. Meski perusahaan lain banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), namun produsen sepatu lokal yang memiliki pabrik di Klaten, ini justru merekrut ratusan, bahkan ribuan karyawan baru.
Sebelum pandemi, karyawan di pabrik 100 persen berbahan lokal ini hanya sekitar 200 orang. Namun setelah pandemi, meski sempat terhambat, namun berkat strategi marketing baru, pabrik ini kini memiliki 1.400 karyawan lebih. Para pekerja yang direkrut dari penduduk sekitar ini, mampu memproduksi 7.000 hingga 9.000 pasang sepatu per hari.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tercatat, sebanyak 20.000 pasang sepatu dari koleksi ‘Nusantara’ ludes terjual dalam waktu singkat di platform Shopee.
Baca SelengkapnyaFomo Space Ketiga brand lokal ini optimistis mampu bersaing di pasar global karena kualitas yang mereka jaga dan menjadi nilai jual.
Baca SelengkapnyaPlatform video singkat seperti TikTok juga saat ini memiliki peran lebih dalam membantu pertumbuhan brand lokal.
Baca SelengkapnyaRekomendasi sepatu lokal dengan harga terjangkau dan model trendi.
Baca SelengkapnyaMungkin masih banyak orang yang mengira jika Sepatu Bata asli indonesia. Padahal, sepatu ini berasal dari Czechoslovakia atau sekarang Republik Ceko.
Baca SelengkapnyaTren dan gaya fashion selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Baca SelengkapnyaCara memilih sepatu lokal dengan kualitas yang baik dan harga murah.
Baca SelengkapnyaBelum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca SelengkapnyaIndustri Fesyen di Indonesia terus mengalami perkembangan yang pesat.
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaPasutri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, nekat meninggalkan pekerjaan dan memulai merintis bisnis kecil-kecilan
Baca SelengkapnyaJakarta Sneakers Day menjadi wadah berkumpul bagi para pecinta sneakers dan komunitas streetwear di Indonesia.
Baca Selengkapnya