Komisi IX: Favipiravir Obat Keras, Harus Dikonsumsi yang Benar-Benar Membutuhkan
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Favipiravir dapat dikonsumsi masyarakat sebagai obat antivirus Covid-19. Obat ini menggantikan peran Oseltamivir. Namun, Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono khawatir obat keras ini dijual bebas tanpa resep dokter.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, keputusan pemerintah itu sudah melalui pertimbangan. Termasuk masukan dan kajian asosiasi kedokteran. Ia mendukung keputusan Menkes itu.
"Ingatlah teman-teman Epidemiolog bahwa itu pemerintah sudah melalui berbagai pertimbangan dari para dokter, asosiasi dokter, dari pegiat kesehatan, dari yang teknis mengerti terhadap kesehatan," ujar Rahmad kepada wartawan, Selasa (27/7).
-
Kenapa obat keras harus pakai resep dokter? Obat-obatan yang memiliki label lingkaran merah dengan huruf K di tengahnya termasuk dalam kategori obat keras. Umumnya, obat ini juga dilengkapi dengan label 'Keras'. Untuk mendapatkan obat ini, diperlukan resep dari dokter, karena obat keras dapat menimbulkan efek samping yang serius. Penggunaan tanpa pengawasan medis dapat berisiko menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh tertentu.
-
Apa yang direkomendasikan dokter? Beruntungnya, dokter gigi yang berpengalaman sering memberikan rekomendasi berharga tentang produk-produk pasta gigi yang aman dan efektif.
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Siapa yang harus hati-hati minum obat nyeri? Dokter spesialis neurologi, dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), mengingatkan pentingnya pembatasan penggunaan obat pereda nyeri, khususnya bagi pengidap migrain.
-
Siapa yang mengimbau masyarakat untuk waspada? Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan pemahaman dalam mengenali ciri-ciri uang mutilasi untuk menghindari uang rupiah yang dirusak secara sengaja tersebut.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
Namun, Rahmad mengamini bahwa peringatan Epidemiolog itu bagus. Favipiravir memang obat keras yang perlu resep dokter. Masyarakat sebaiknya tidak sembarangan meminum obat ini.
"Memang obat ini kan harus melalui prosedural resep dokter, tanpa dokter ya enggak boleh minum sembarangan dong. Jadi ini harus benar-benar dikonsumsi oleh orang yang benar-benar membutuhkan," ujar politikus PDIP ini.
Selain itu, Rahmad bilang, obat ini sudah bisa diproduksi di tanah air. Sehingga ketergantungan obat-obatan dari luar negeri bisa dikurangi.
"Jadi ketergantungan kita kepada asing sudah sedemikian kita kurangi, beli obat jadi. Sedangkan bahan-bahannya mungkin dari asing boleh lah. Tapi kan kita bisa memproduksi dengan skala yang kita tentukan. Beda dengan kita beli obat jadi, ketika negara lain menutup, kita kesulitan. Itu yang harus dipikirkan dari teman-teman Epidemiolog," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan Favipiravir akan menggantikan peran Oseltamivir sebagai obat anti virus. Epidemiolog Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, dr Pandu Riono menegaskan Favipiravir tidak boleh dijual tanpa resep dokter. Dia khawatir obat itu dijual bebas di apotek.
"Kalau pakai resep dokter (tidak masalah), yang berbahaya kalau orang bisa beli bebas. Karena itu bukan obat bebas, itu obat keras," katanya saat dihubungi, Senin (26/7).
"Setiap obat keras, antibiotik dan macam macam itu tidak bisa dibeli tanpa resep dokter," ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan obat Favipiravir dapat dikonsumsi masyarakat sebagai obat antivirus. Dia menjelaskan Favipiravir akan menggantikan peran obat Oseltamivir sebagai antivirus.
"Favipiravir ini akan mengganti oseltamivir sebagai obat antivirus. Kalau azitromisin tadi antibiotik, favipiravir ini masuk kategori anti virus," kata Budi saat konferensi pers di akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (26/7).
Dia menjelaskan obat tersebut pun sudah dikaji oleh para dokter di Indonesia. Mereka kata dia menganjurkan agar antivirus digunakan Favipiravir.
"Oleh dokter-dokter ahli 5 profesi di Indonesia sudah mengkaji dampaknya terhadap mutasi virus delta ini, mereka menganjurkan agar antivirusnya digunakan favipiravir," ungkapnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temukan berbagai fakta penting saat minum antiobitik, biar nggak salah!
Baca SelengkapnyaKedua bakteri ini dapat menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia dan menyebabkan kematian.
Baca SelengkapnyaPermasalahan resistensi mikroba akibat konsumsi antibiotik diperkirakan bisa diatasi dengan pengaturan penjualan.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaKonsumsi antibiotik tanpa resep dari dokter bisa berujung bahaya dan bahkan kematian.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaMPU Aceh berharap pemerintah memperketat pengawasan terhadap penggunaan bahan atau zat yang berbahaya oleh perusahaan dan industri.
Baca Selengkapnya