Komisi V DPR: Bocor & banjir di terminal 3 ultimate sangat memalukan

Merdeka.com - Anggota Komisi V DPR Syarief Alkadri menilai, banjir yang terjadi di terminal 3 ultimate bandara Soekarno-Hatta sangat memalukan. Syarief meminta kepada pemerintah pusat dan pihak terkait untuk melakukan evaluasi menyeluruh atas masalah ini.

"Memang kita rasakan ini sangat memalukan. Apalagi kemarin sampai bocor dan banjir sangat memalukan. Saya berharap ada evaluasi secara menyeluruh terhadap pihak-pihak terkait," kata Syarief di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/8).

Dia mengusulkan, pemerintah untuk membentuk tim investigasi. Tim ini, lanjut dia, tidak hanya melibatkan pemerintah, melainkan pihak independen dan ahli agar investigasi objektif dan lebih kompleks.

"Saya pikir harus dari pihak-pihak independen yang mengetahui secara keahlian," tegasnya.

Selama investigasi berlangsung, Syarief mendesak agar pengoperasian terminal 3 ditutup sementara sampai semua masalah diselesaikan. Hal ini dirasa perlu untuk memastikan kenyamanan dan keamanan penumpang.

"Saya kira tutup saja dulu sampai betul-betul sudah cukup aman dan tidak terjadi hal-hal yang kita tidak inginkan," tutur dia.

Sebab, pengoperasian terminal 3, menurut Syarief, terkesan dipaksakan. Kondisi itu terlihat di beberapa bagian bangunan fisik dan fasilitas yang terlihat belum selesai. Contohnya, kata Syarief, ruang tunggu yang panas, hot spot area yang belum berfungsi, hingga jumlah toilet yang kurang.

"Memang itu terlihat sangat dipaksakan. Sampai sampai karpetnya masih belang-belang. Kemudian di ruang tunggu panas. Internet tidak berfungsi baik. Nah hal-hal seperti ini harusnya tidak terjadi," terangnya.

Dari sisi lain, masalah delay penerbangan juga menjadi sorotan. Padahal, katanya, terminal 3 juga akan melayani rute internasional dan tentu akan mengganggu kenyamanan penumpang baik warga lokal atau mancanegara.

"Hari kedua setelah itu mulai di muka, pada ribut kan hari pertama. Ada delay 4 jam. Ada barang tertinggal," terang dia.

Sederet masalah ini, dianggapnya menjadi pekerjaan rumah bagi Menteri Perhubungan yang baru Budi Karya Sumadi. Apalagi, Budi sebelumnya menjabat sebagai Dirut AP II.

"Nah ini tentu untuk Menhub yang baru, 1 PR yang sangat besar. Apalagi beliau mantan dirut AP II. Berarti beliau tahu secara menyeluruh terhadap proses pembangunan terminal 3," tuturnya.