Komnas KIPI Investigasi Kasus Dokter di Sulsel Meninggal Usai Booster Vaksin Ketiga

Merdeka.com - Ketua Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari mengatakan penyebab meninggal dokter Andi Yuwardani Makmur masih diinvestigasi oleh Komda KIPI Sulawesi Selatan. Yuwardani meninggal usai menerima booster vaksin ketiga.
"Sedang dilakukan investigasi oleh Komda KIPI Sulsel, setelah selesai, akan dilakukan audit bersama dengan Komnas," ucap Hindra kepada merdeka.com, Sabtu (28/8).
Meski belum mendapatkan hasil investigasi KIPI terhadap Yuwardani, Hindra mengingatkan hipertensi memang memiliki akibat yang fatal meski sudah mendapatkan vaksin atau belum.
Sebab, berdasarkan kronologi sementara, hipertensi yang dimiliki Yuwardani sempat kambuh sebelum mendapatkan vaksinasi.
Pada Jumat (20/8) Yuwardani berangkat tugas di RSUD Andi Sultan Daeng Radja atas kondisinya tersebut. Pada tahap skrining awal, tekanan darah almarhumah tinggi yakni 187 mmHg. Saat itu, almarhumah tidak lantas mendapatkan vaksin sampai tekanan darah normal.
Saat pemeriksaan kedua, tekanan darah masih tinggi yaitu 176 mmHg. Yuwardani pun diimbau menunda booster vaksin. Namun ia tetap meminta agar booster tetap diberikan.
Hingga pada Minggu (22/8) Yuwardani pingsan, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Menanggapi kronologi tersebut Hindra mengatakan, fokus Komnas KIPI saat ini bukan menentukan siapa salah atau benar.
"Kejadian sudah terjadi. Baik vaksinator maupun almarhumah,keduanya berniat baik agar pandemi ini cepat berlalu. Tidak ada yang bisa memastikan , apabila almarhumah tidak divaksinasi maka pasti tidak terjadi kematian. Karena serangan fatal akibat hipertensi dapat terjadi kapan saja, di mana saja , baik divaksinasi atau tidak. Jadi kita bukan mencari siapa yang salah, namun menentukan apa yang terjadi, agar tidak berulang," jelasnya.
"Hipertensi itu bisa mengakibatkan gejala fatal baik divaksin maupun tidak," imbuhnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya