Komnas KIPI Investigasi Kasus Dokter di Sulsel Meninggal Usai Booster Vaksin Ketiga
Merdeka.com - Ketua Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari mengatakan penyebab meninggal dokter Andi Yuwardani Makmur masih diinvestigasi oleh Komda KIPI Sulawesi Selatan. Yuwardani meninggal usai menerima booster vaksin ketiga.
"Sedang dilakukan investigasi oleh Komda KIPI Sulsel, setelah selesai, akan dilakukan audit bersama dengan Komnas," ucap Hindra kepada merdeka.com, Sabtu (28/8).
Meski belum mendapatkan hasil investigasi KIPI terhadap Yuwardani, Hindra mengingatkan hipertensi memang memiliki akibat yang fatal meski sudah mendapatkan vaksin atau belum.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang bisa terkena hipertensi? Menariknya, hipertensi tidak mengenal batasan usia; bahkan individu yang masih muda pun bisa menjadi korban kondisi ini.
-
Apa penyebab hipertensi? Penyebab utama seseorang mengalami hipertensi biasanya terkait dengan kebiasaan atau pola hidup yang kurang sehat.
-
Apa yang dimaksud dengan hipertensi? Hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah seseorang melebihi batas normal, yaitu lebih dari 130/80 mmHg.
-
Kenapa komplikasi terjadi pada pasien? Komplikasi kesehatan sering kali timbul sebagai hasil dari penanganan yang tidak optimal atau penyakit yang tidak terdeteksi dengan segera.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Sebab, berdasarkan kronologi sementara, hipertensi yang dimiliki Yuwardani sempat kambuh sebelum mendapatkan vaksinasi.
Pada Jumat (20/8) Yuwardani berangkat tugas di RSUD Andi Sultan Daeng Radja atas kondisinya tersebut. Pada tahap skrining awal, tekanan darah almarhumah tinggi yakni 187 mmHg. Saat itu, almarhumah tidak lantas mendapatkan vaksin sampai tekanan darah normal.
Saat pemeriksaan kedua, tekanan darah masih tinggi yaitu 176 mmHg. Yuwardani pun diimbau menunda booster vaksin. Namun ia tetap meminta agar booster tetap diberikan.
Hingga pada Minggu (22/8) Yuwardani pingsan, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Menanggapi kronologi tersebut Hindra mengatakan, fokus Komnas KIPI saat ini bukan menentukan siapa salah atau benar.
"Kejadian sudah terjadi. Baik vaksinator maupun almarhumah,keduanya berniat baik agar pandemi ini cepat berlalu. Tidak ada yang bisa memastikan , apabila almarhumah tidak divaksinasi maka pasti tidak terjadi kematian. Karena serangan fatal akibat hipertensi dapat terjadi kapan saja, di mana saja , baik divaksinasi atau tidak. Jadi kita bukan mencari siapa yang salah, namun menentukan apa yang terjadi, agar tidak berulang," jelasnya.
"Hipertensi itu bisa mengakibatkan gejala fatal baik divaksin maupun tidak," imbuhnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaUndip menyayangkan penghentian sementara praktik Dekan FK Undip tersebut.
Baca SelengkapnyaKeputusan RS Dr. Kariadi menghentikan aktivitas klinik Yan Wisnu Prajoko tertuang dalam surat Nomor KP.04.06/D.X/7465/2024.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaElemen masyarakat di Kabupaten Cianjur mempersoalkan kasus meninggalnya salah seorang warga, diduga usai mengikuti pengobatan gratis.
Baca SelengkapnyaDirektur RSUD Sulbar, dokter Erna mengatakan, dokter Helmiyadi meninggal dunia di Puskesmas Sendana, Kabupaten Majene, saat hendak dirujuk ke Makassar, Sulawesi
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, dokter yang akrab disapa dokter Helmi itu mengoperasi 10 pasien. Setelah itu, dia mendadak mengalami sesak napas.
Baca SelengkapnyaSetelah pengobatan pada bidan tak kunjung berhasil, kondisi korban makin parah hingga harus cuci darah.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPria yang akrab disapa dokter Helmi itu disebut meninggal dunia karena mengalami sudden cardiac arrest atau dikenal juga dengan henti jantung.
Baca SelengkapnyaSelain menangani pasien, dokter Helmi aktif di media sosial seperti Instagram dan Tiktok. Di Instagram, dokter Helmi memiliki pengikut sebanyak 492 ribu.
Baca Selengkapnya