Komnas KIPI Pastikan Vaksin Covid-19 Tidak akan Memperparah Komorbid
Merdeka.com - Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan mengatakan komorbid atau penyakit penyerta bukan halangan bagi seseorang menerima vaksin Covid-19.
"Semua komorbid layak divaksin asalkan dalam kondisi stabil, tidak ada serangan dan dalam keadaan tidak sedang sakit," katanya di Jakarta, Rabu (20/10).
Masyarakat umum, khususnya lansia perlu mewaspadai gejala komorbid yang timbul menjelang disuntik vaksin, terutama bagi penyandang autoimun.
-
Siapa yang berisiko terkena autoimun? 'Berat badan meningkatkan chance mendapatkan autoimun tinggi,' kata dia.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Siapa yang bisa terkena penyakit autoimun? 'Orang-orang dengan penyakit autoimun kerap juga mengalami rheumatoid arthritis sehingga antibodi atau daya tahan tubuhnya menyerang sendinya sendiri hingga rusak,' ujarnya.
-
Siapa yang berpotensi tinggi terkena penyakit autoimun? Hal ini berpotensi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki gen yang membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan autoimun.
-
Apa saja penyakit yang sering dialami lansia? Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa penyakit yang sering dialami oleh lansia, seperti yang dilaporkan oleh VerywellHealth pada Senin (9/9/2024).1. Penyakit KardiovaskularOrang-orang yang berusia lanjut rentan terhadap penyakit dalam, termasuk kardiovaskular. Penyakit ini dapat muncul dalam bentuk serangan jantung, kanker, dan gangguan paru-paru, yang semuanya berisiko mengancam nyawa. Salah satu contohnya adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke jantung.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
"Kalau masih bengkak dan sakit, bukan hanya autoimun, penyakit lain kalau masih sakit tidak boleh divaksin," ujarnya.
Dia mengungkapkan, itulah alasan pemerintah memberlakukan tahapan skrining bagi peserta vaksinasi Covid-19. Tujuannya untuk menyelamatkan penerima vaksin Covid-19.
"Karena ada risiko KIPI di kalangan penerima vaksin. Kalau ada yang sedang sakit, dapat memperparah kondisi penerima vaksin," ungkapnya seperti dilansir dari Antara.
Secara terpisah, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI), Prof Hindra Irawan Satari meminta seluruh calon peserta vaksinasi untuk memastikan komorbid yang mereka alami telah terkendali.
"Supaya semua tahapan vaksinasi terlaksana, maka komorbidnya perlu dikendalikan, diobati dan dikontrol. Kalau sudah terkontrol aman divaksin," terangnya.
Hindra memastikan, vaksin Covid-19 tidak akan memperparah komorbid.
"Vaksin tidak menyebabkan gula darah naik dan tidak menaikkan tensi juga. Kalau disuntikkan ke orang dengan komorbid sakit jantung, tidak akan sebabkan sakit jantung dan sebagainya," tegasnya.
Untuk itu penting bagi masyarakat mengendalikan komorbid yang mereka alami. "Minum obat, kontrol, setelah sehat baru divaksin," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPakar mengungkap sejumlah kiat agar masyarakat dapat menjalani liburan Natal dan Tahun Baru dengan aman di tengah kasus Covid-19 yang meningkat.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca Selengkapnya