Komnas KIPI Ungkap 3 Kasus Kematian Penerima Vaksin AstraZeneca
Merdeka.com - Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari menjelaskan kematian tiga penerima vaksin Covid-19 merek AstraZeneca. Dua dari tiga ditemukan tidak disebabkan oleh vaksin AstraZeneca.
Kasus itu adalah kematian anak muda bernama Trio asal Jakarta, seorang ojek daring berusia 57 tahun asal Jakarta, dan seseorang berumur 45 tahun di Ambon, Maluku.
Pertama, terkait kasus Trio, KIPI belum bisa menyimpulkan apakah kematian disebabkan oleh vaksin AstraZeneca. Sebab, KIPI kekurangan data akibat Trio yang tidak menjalani pemeriksaan kesehatan setelah muncul keluhan sakit.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
"Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya karena enggak ada data. Enggak pernah diperiksa dokter, datang sudah meninggal enggak ada lab enggal ada rontgen. Enggak ada CT scan kepala," ujar Hindra saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (20/5).
Hindra menjelaskan, sulit juga menyimpulkan tidak terkait vaksinasi. Namun jika merujuk vaksinasi menggunakan AstraZeneca di luar negeri, peristiwa pascaimunisasi terjadi setelah tiga hari atau rata-rata 14 hari setelah vaksinasi.
"Jadi sulit menyatakan ini terkait imunisasi, namun juga sulit ini tidak terkait imunisasi," kata Hindra.
Sebab itu, Komnas KIPI telah merekomendasikan untuk autopsi jenazah. Pihak keluarga sudah memberikan izin.
Kasus berikutnya, seorang ojek daring berusia 57 tahun. Ia meninggal setelah vaksinasi Covid-19 AstraZeneca. Temuan KIPI, kematian tidak karena vaksinasi. Namun, orang tersebut memiliki penyakit radang paru.
Orang tersebut sudah mengeluh sesak napas satu hari sebelum vaksinasi. Setelah vaksinasi, orang itu sempat menolak tindakan hingga akhirnya meninggal dunia
"Dia bilang di Puskesmas bahwa satu hari sebelum divaksin sudah sesek dia datang ke tempat vaksin dia ga bilang bahwa dia ga sesek. Divaksin, besoknya sesak. Diperiksa di Puskesmas dari pemeriksaan ini radang paru. Dirontgen ternyata betul radang paru. Makin berat dirujuk ga ada tempat, makin jelek harus diinkubasi, menolak. Semakin berat lagi mau (diinkubasi), waktu mau tempatnya udah penuh jadi akhirnya meninggal empat hari kemudian lima hari kemudian," jelas Hindra.
"Jadi bukan gara-gara vaksin tapi dia radang paru. Radang paru sebelum divaksin," ucapnya.
Kasus ketiga terjadi di Ambon. Orang tersebut meninggal setelah vaksinasi Covid-19 AstraZeneca karena terpapar Covid-19. Orang ini terpapar sebelum divaksin hingga akhirnya meninggal dunia karena gejala Covid-19 berat.
"Disuntik besoknya dia demam. Batuk pilek kemudian makin memberat diperiksa Covid-19 positif setelah tiga hari. Jadi dia terpapar covid sebelum divaksin. Covidnya berat akhirnya meninggal karena Covid," jelas Hindra.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaTiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca Selengkapnya