Komnas PA Duga Ada Pihak yang Sengaja Libatkan Pelajar Ikut Demo UU Cipta Kerja
Merdeka.com - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) meminta semua elemen masyarakat apapun latar belakangnya tidak melibatkan anak-anak dalam demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja. Sepanjang demo tersebut, banyak ditemukan anak-anak tidak memiliki kepentingan atau tahu substansi UU Cipta Kerja tetapi ikut demo.
"Yang memprihatinkan anak-anak berstatus pelajar tersebut disinyalir didatangkan dari berbagai daerah untuk saling lempar dengan aparat keamanan dalam aksi demonstrasi untuk menciptakan situasi memanas dan gaduh," ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dalam keterangannya, Rabu (14/10).
Arist menjelaskan banyak anak-anak yang diamankan aparat kepolisian sebelum sampai di lokasi domonstrasi. Mereka mengaku dikerahkan melalui pesan berantai di media sosial. Padahal, mereka juga tidak tahu apa yang diperjuangkan.
-
Gimana mencegah kenakalan remaja dengan agama? Memberikan pendidikan moral dan agama sejak dini. Hal ini bisa membantu remaja untuk memiliki nilai-nilai yang baik, menghormati orang lain, dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Kenapa bocah itu protes? Bocah itu kesal karena pemilik toko memberikannya keripik buatan Israel tanpa sepengetahuannya.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Apa kata DPR soal tawuran pelajar? 'Kita apresiasi Polres Metro Jakarta Barat yang bekerja dengan sangat sigap, tidak sampai 1x24 jam setelah viral, semua pelaku langsung diamankan. Ini bagus, mereka memang harus ditindak tegas. Karena dari dulu, kasus tawuran ini enggak selesai-selesai, malah makin berani dan nekat.'
"Kami hanya diperintakan berkumpul di satu tempat lalu disediakan kendaraan dan ada juga yang harus berjuang menumpang truk secara berantai," kata Arist mengutip pengakuan seorang anak yang diamankan di Polda Metro Jaya.
Dia menyebut dari temuan tersebut sangat jelas bahwa anak secara sistemik sengaja diorganisir secara terukur dilibatkan secara politik untuk kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.
"Sudah tidak terbantahkan lagi bahwa anak-anak sengaja dihadirkan dalam aksi demonstrasi untuk menolak UU Cipta Kerja untuk tujuan dan kepentingan kelompok tertentu," tegas dia.
Arist meminta semua pihak tidak melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan politik, demonstrasi untuk kepentingan kelompok tertentu.
"Janganlah kita memanfaatkan anak untuk kepentingan politik," ungkapnya.
KPAI Cek ke Lokasi Demo
Senada dengan Komnas PA, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga turun langsung menyaksikan anak-anak dilibatkan dalam demo UU Cipta Kerja pada Selasa (13/10). Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengaku menemukan ada anak-anak yang dibayar sejumlah uang agar ikut demo.
"Jadi saya melakukan pengawasan kan bertanya pada anak-anak, saya enggak ikut demonya. Kebetulan ada anak memegang duit lima ribuan bersih, baru. Saya candain 'wah duitnya bagus banget ini,' dia lagi beli es. Dia spontan bilang, 'iya ini abis diberi abang-abang lima ribuan'," jelas Jasra Putra.
"Saya enggak mendalami abang-abang yang mana. Setelah mereka pesan es teh lalu mereka menjauh dari saya," katanya.
Jasra tak tahu pasti apakah anak-anak tersebut datang karena dimobilisasi oleh pihak tertentu atau hanya inisiatif pribadi lantaran ingin bermain-main. Namun menurut keterangan anak-anak lain di lokasi demo, di antara mereka ada datang atas kehendak sendiri dan ada juga yang memfasilitasi.
"Di anak yang lain itu kan bervariasi jawabannya, ada yang datang karena sendiri, tapi ada enggak yang memfasilitasi? Katanya ada yang mengoordinir, saya enggak dalami siapa yang mengoordinir karena kan antara mereka saling menutupi," papar dia.
806 Pelajar Ditangkap
Sebanyak 806 orang telah diamankan oleh pihaknya saat aksi unjuk rasa pada Selasa (13/10) kemarin. Mereka yang diamankan itu hampir kebanyakan berstatus sebagai pelajar. Beberapa di antara mereka masih pelajar SD.
"Pelajar yang diamankan ada 806 orang," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono.
Selanjutnya, untuk mereka yang ditangkap dari kalangan massa bukan dari unsur pelajar, mahasiswa atau buruh sebanyak 156 orang. Kemudian, untuk buruh yang diamankan sebanyak 112 orang.
Kemudian, untuk mereka yang berstatus sebagai mahasiswa yang diamankan oleh pihaknya yakni sebanyak 29 orang.
"Mereka yang berstatus pengangguran ada 66 orang," ujarnya.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada indikasi mobilisasi anak-anak sekolah ini dilakukan pada sore hari di batas waktu pelarangan demo dengan pola yang mirip.
Baca SelengkapnyaKPAI mencatat terdapat 15 pelanggaran hak anak pada pemilu-pemilu sebelum 2024.
Baca SelengkapnyaSecara aturan anak-anak tidak dibolehkan ikut debat Pilkada Jakarta. Alasannya, anak-anak termasuk dalam kategori bukan pemilih dalam tahapan kampanye.
Baca SelengkapnyaKPAI menyesalkan masih banyaknya pelanggaran hak-hak anak yang masih terus terjadi.
Baca SelengkapnyaDibolehkannya kampanye di lembaga pendidikan, dikhawatirkan bisa mengganggu kondusivitas kegiatan pendidikan.
Baca SelengkapnyaPantauan mata di lokasi, ada sosok anak kecil yang duduk di barisan penonton.
Baca SelengkapnyaMenko Polhukam melihat ada kerawanan pengerahan anak-anak saat masa kampanye Pilkada.
Baca SelengkapnyaPolisi mengidentifikasi asal sekolah pelajar yang diamankan. Dari 10 sekolah, hanya dua di antaranya yang berada di Kota Semarang.
Baca Selengkapnya"Menghindari adanya dana dana yang berasal dari kegiatan ilegal untuk dipergunakan untuk pembiayaan atau kontestasi politik ini," kata Ketua PPATK.
Baca SelengkapnyaPara pelajar itu mengikuti ajakan untuk bergabung di gedung DPR RI dari mulut ke mulut dan sosmed.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaDisdik DKI Jakarta sejauh ini pihaknya belum menentukan sanksi bagi para pelajar yang ikut demo.
Baca Selengkapnya