Komnas PA: Pelaku mutilasi di Siak dapat dihukum mati
Merdeka.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan empat orang pelaku kejahatan kasus mutilasi 8 anak di Siak, Riau, dapat dikenakan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana atau hukuman mati. Keempat pelaku yakni berinisial MD (20), S (26) dan DDS (19) yang merupakan istri MD serta DP (17).
"Kejahatan mutilasi di Siak merupakan tindak kejahatan yang berencana, dapat dikenakan Pasal 340 tentang pembunuhan berencana atau hukuman mati," kata Arist di Kantor Komnas Perlindungan Anak, Jakarta Timur, Jumat (22/8).
Sebelum dimutilasi, korban yang masih hidup dipotong kemaluannya. Oleh pelaku kemaluan korban dibuat 'berdiri' dengan cara dimainkan.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Siapa korban mutilasi? Identitas Korban Mutilasi Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, korban mutilasi adalah seorang mahasiswa berinisial R.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Kapan anak-anak dikorbankan? Tulang-tulang itu berasal dari abad ke-7 dan ke-12, sebagian besar darinya disimpan pada masa kejayaan Chichén Itzá selama 200 tahun, sekitar tahun 800 hingga 1000 M.
"Alat kemaluan itu digoreng untuk dicari sari minyaknya dan dibalur ke tubuh pelaku untuk meningkatkan vitalitas seksual (MD)," ujarnya.
Selain itu, korban juga disodomi oleh para pelaku. Oleh karena itu, Arist menilai Indonesia sudah dikategorikan darurat kejahatan terhadap anak.
"Kesimpulannya, Indonesia darurat kejahatan seksual terhadap anak, dari 62 persen itu adalah kejahatan seksual, yang terakhir dilakukan dengan mutilasi (di Siak)," bebernya. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tuntutan dibacakan JPU dalam sidang di Pengadilan Negeri Kelas IA Khusus Palembang, Selasa (8/10) malam.
Baca SelengkapnyaPolisi pun mengungkap kondisi ibu remaja MAS (14) yang membunuh ayah dan neneknya di Cilandak, Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaKasus perundungan di Cilacap membuat publik geram. Namun pantaskah pelaku yang masih anak di bawah umur dipenjarakan?
Baca SelengkapnyaKorban yang sehari-hari berjualan gorengan diduga mengalami kekerasan seksual sebelum akhirnya dibunuh oleh pelaku.
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaMAS merupakan anak yang tega menghabisi nyawa ayah dan neneknya di kediamannya daerah Cilandak, Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaPembunuhan dilakukan pelaku berinisial A yang kini sudah ditahan polisi.
Baca SelengkapnyaKPAI mengatakan bahwa kasus perundungan di Temanggung seharusnya menjadi sinyal bahaya.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi Gunawan, upaya tersebut tentunya dalam rangka menyelamatkan generasi muda bangsa dari peredaran narkoba.
Baca SelengkapnyaRemaja tersebut akan mendekam di LPAS hingga putusan sidang pengadilan.
Baca SelengkapnyaKasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaMotif pembunuhan belum diketahui. Tetapi, pelaku membekap korban karena kaget kedatangannya diketahui.
Baca Selengkapnya