Kompolnas Nilai Kesalnya Megawati kepada Polisi Bermasalah sangat Relevan
Merdeka.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menilai kesalnya Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri terhadap sejumlah kasus anggota Polri bermasalah, relevan dengan keadaan saat ini.
"Apa yang disampaikan Ibu Megawati Soekarnoputri sangat relevan dalam kondisi saat ini, ketika ada kasus FS (Ferdy Sambo), TM (Teddy Minahasa) dan AH (Achiruddin)," kata Komisioner Kompolnas Poengky Indarti saat dikonfirmasi, Sabtu (6/5).
Sebab, Poengky melihat sikap kesalnya Megawati bukan tanpa alasan. Karena, sebagai Presiden kelima dia telah mengesahkan tiga undang-undang yaitu Undang-undang Polri no 2 tahun 2002, UU Pertahanan no 3 tahun 2002, dan UU TNI no 34 tahun 2004.
-
Apa kasus yang sedang dihadapi KPK? Pemeriksaan atas dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN Bupati Sidoarji Ahmad Muhdlor Ali diperiksa KPK terkait kasus dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN di lingkungan BPPD Pemkab Sidoarjo.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Apa tugas Nawawi Pomolango sebagai Ketua KPK? Nawawi sempat mengaku tugas yang diamanahkan Jokowi kepada dirinya sangat berat.
-
Siapa anggota Paspampres yang terlibat? Dimana dari ketiga tersangka yang ditetapkan hanya ada Praka RM yang merupakan anggota Paspampres.
-
Kenapa Kompolnas butuh anggota baru? Hermawan mengajak seluruh masyarakat yang ingin memperbaiki tubuh Polri untuk berbondong-bondong mendaftar seleksi calon pimpinan Kompolnas.
-
Dimana Jenderal Polri bertugas? Carlo Brix Tewu merupakan seorang Purnawirawan Polri yang sekarang menjabat sebagai Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian BUMN.
"Tiga undang-undang yang sangat strategis yang disahkan bagi reformasi sektor keamanan Indonesia. Sehingga beliau mengetahui betul bagaimana tuntutan rakyat saat reformasi. Polisi yang humanis menjadi harapan rakyat sejak reformasi, dengan mendorong pemisahan Polri dan TNI," tuturnya.
Persoalan itu, lanjut Poengky, berkaca dari sejarah ketika TNI-Polri masih menjadi satu sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) saat orde baru. Anggota Polri kala itu sebagai angkatan bersenjata, didik dengan gaya militeristik.
"Ketika menghadapi masyarakat yang dilakukan adalah pendekatan keamanan yang mengedepankan kekerasan dan arogansi," ungkap Poengky.
Maka dari itu, Poengky menegaskan apa yang disampaikan Megawati seharusnya menjadi refleksi kepada Polri. Guna melakukan reformasi kultural sesuai dengan tugasnya, yakni pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat.
"Menjadi polisi sipil yang humanis, antara lain tidak menggunakan kekerasan berlebihan, tidak melakukan pungli, tidak arogan, tidak bergaya hidup mewah," ucap dia.
"Apa yang disampaikan Ibu Megawati harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh seluruh anggota Polri, dan semuanya harus bertekad melaksanakan reformasi kultural Polri dengan sebaik-baiknya," tambah dia.
Kesalnya Megawati
Sebelumnya, Megawati kesal melihat kasus polisi bermasalah, salah satunya mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo yang terlibat dalam pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J).
"Lho ya, 'kan gimana saya enggak kesal, ngelihat Sambo lah, ngeliat sopo lagi itu, ini saya itung-itung udah empat orang lho, polisi," kata Megawati ketika menyampaikan paparan dalam seminar bertajuk Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru di Badung, Bali, Jumat (5/5). Dikutip dari Antara.
Selain kasus Sambo, Megawati juga sempat menyinggung mengenai kasus kekerasan oleh anak dari AKBP Achiruddin Hasibuan.
"Ada, di TV yang nginjek-nginjek anak orang anaknya, siapa ya namanya, Rudin-Rudin gitu. Nah, ayo dong, Pak, (insaf)," beber Megawati.
Dia berharap agar Polri dapat lekas membenahi diri. Dalam kesempatan tersebut, dia pun mengenang sulitnya memisahkan Polri dari ABRI. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyindir Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
Baca SelengkapnyaMantan Menko Polhukam Mahfud Md memberi pandangan mengenai kerja KPK. Dia merespons curhatan Mega soal kerja KPK
Baca SelengkapnyaMegawati menyinggung terkait kondisi Mahkamah Konstitusi akhir-akhir ini, yang dipenuhi manipulasi hukum.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memarahi Menteri Hukum dan HAM sekaligus Kader PDIP Yasonna Laoly.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berulang kali menyebut nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ketika berpidato.
Baca SelengkapnyaMegawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis
Baca SelengkapnyaMegawati menantang Penyidik KPK Rossa Purbo Bekti untuk datang menghadap dirinya.
Baca SelengkapnyaMegawati Marahi Yasonna Laoly: Jadi Menteri Ngapain, Anak Buah Kita Ditarget Melulu
Baca SelengkapnyaMengawati menganggap anak buahnya dalam beberapa waktu belakangan selalu menjadi target diperiksa KPK terkait dugaan kasus korupsi.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri menilai pejabat sekarang terlalu nyaman sehingga tidak peduli lagi terhadap kondisi negara.
Baca SelengkapnyaKetika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Baca SelengkapnyaAKBP Rossa membidik Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam kasus Harun Masiku.
Baca Selengkapnya