Kompolnas: Ormas tak perlu ikut-ikutan autopsi Siyono
Merdeka.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengapresiasi keterbukaan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti yang mempersilakan jenazah terduga teroris, Siyono, diautopsi ulang. Namun, menurut Komisioner Kompolnas, Edi Hasibuan, autopsi tetap harus dilakukan oleh pihak kepolisian yang memiliki tim dokter terpercaya.
"Tidak perlu ormas ikut-ikutan. Pihak keluarga minta autopsi, ya biarkan kepolisian saja yang melaksanakan," kata Edi kepada merdeka.com, Kamis (31/3).
Edi menegaskan permintaan autopsi ulang merupakan hak dari keluarga Siyono. Bahkan, dia berpendapat, permintaan keluarga itu sudah tepat lantaran proses ini diharapkan bisa membongkar misteri kematian Siyono.
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat penangkapan terduga teroris? 'Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya,' kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Kenapa Densus 88 menangkap terduga teroris? 'Kita tidak ingin persoalan di medsos yang dipicu oleh orang-orang seperti itu memberikan kegaduhan di dunia maya yang tidak hanya didalam negeri tapi bisa di luar negeri karena tokoh sekelas atau figur sekelas seperti Paus keramaian di medsos akan mengganggu kegiatan,' ucap dia
-
Siapa yang diduga dikuntit Densus 88? Adapun dugaan Jampidsus diduga dikuntit oknum Densus 88 saat makan di salah satu restoran di Cipete, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang ditangkap Densus 88? Aswin mengatakan, Densus 88 Antiteror akan menggali lebih jauh keterangan dari para pelaku, termasuk mencari barang-barang lain yang berhubungan dengan aksi teror.
-
Bagaimana foto itu dicek kebenarannya? Cek Fakta Merdeka.com menelusuri keaslian foto tersebut dengan Fake Image Detector untuk mencari tahu apakah foto tersebut merupakan hasil rekayasa teknologi kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI).
-
Bagaimana Densus 88 mengantisipasi ancaman teroris? 'Kita akan lanjutkan penyelidikan dan penyidikan untuk menjawab salah satunya pertanyaan seperti tadi,' ucap dia.
Selain itu, ujar dia, autopsi juga bisa membuktikan apakah tudingan selama ini bahwa Densus 88 melakukan tindakan semena-mena benar atau tidak.
"Autopsi sangat diperlukan. Pak Kapolri juga bilang, ada permintaan keluarga untuk itu. Autopsi penting, karena nanti bisa dicek posisi mayat bagaimana, ada ini-itu, dan lain sebagainya," ujar Edi.
Edi menambahkan, jika nantinya dari hasil autopsi didapat petunjuk bahwa ada kesalahan prosedur oleh oknum anggota Densus, maka yang bersangkutan harus dihukum. "Harus ada sanksi kepada oknum tersebut," tegasnya.
Sebelumnya, kritik datang dari sejumlah pihak terhadap Densus 88. Polri diminta mengevaluasi kinerja Densus 88 setelah panglima sekaligus komandan rekrutmen kelompok teroris Neo Jamaah Islamiyah (NJI), Siyono, dinyatakan tewas usai berduel dengan anggota Densus 88.
Pasca kematian Siyono, Densus 88 pun dituding telah melanggar HAM. Karenanya, pihak keluarga meminta jenazah diautopsi ulang.
Menanggapi hal itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mempersilakan autopsi ulang dilakukan demi transparansi. Namun, penolakan autopsi justru datang dari warga Desa Pogung, Cawas, Klaten, Jawa Tengah, tempat tinggal Siyono. Warga menolak jika autopsi dilakukan oleh ormas.
Informasi yang diterima merdeka.com, hasil pertemuan aparat desa dengan ormas semalam (30/3) menyatakan, warga mempersilakan autopsi asalkan dilakukan oleh pihak penegak hukum, dan bukan ormas.
Warga juga mempersilakan Komnas HAM sebagai lembaga negara bekerja sama dengan penegak hukum untuk menyelidiki kematian Siyono, tanpa membawa-bawa ormas yang berpotensi memicu keresahan di desa mereka.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sampai tiga kali Susno bertanya ke Dede apakah bersaksi di bawah sumpah di pengadilan
Baca SelengkapnyaBintoro mengatakan pihaknya menunjukkan sejumlah rekaman video dari kamera pengintai CCTV terkait peristiwa tersebut kepada keluarga korban.
Baca SelengkapnyaRamadhan menyampaikan penyidik tidak akan memeriksa Kapolda Kaltara Irjen Pol Daniel Adityajaya karena tak ada kaitannya.
Baca SelengkapnyaBerdasakan informasi di lapangan, warga berinisial S tersebut diamankan Tim Densus 88 Jumat pekan lalu.
Baca SelengkapnyaMantan Kabareskrim, Komjen Susno Duadji blak-blakan kejanggalan polisi dalam kasus kematian Vina Cirebon.
Baca Selengkapnya