Kompolnas Sebut Anak Muda Terpapar Radikalisme karena Situs Misterius
Merdeka.com - Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto mengungkap, jihadis milenial terpapar paham radikal karena media sosial. Bahkan, ada anak muda yang terpapar karena suka mengunjungi situs misterius yang ujungnya mengarah kepada tokoh radikal.
Hal diungkapkan Benny berdasarkan pengalamannya mewawancarai jihadis muda. Orang tersebut, kata Benny, merupakan anak muda yang baru mencari jati diri. Dalam wawancaranya itu, Benny mempertanyakan situs apa yang suka diakses anak muda tersebut.
"Lalu yang kamu cari apa? situs-situs misterius yang tidak jelas siapa di balik itu tokohnya siapa itu yang diakses. Itu ternyata situs yang justru digandrungi anak muda itu isinya ternyata berisi mengarah proses radikalisasi," kata Benny dalam diskusi virtual, Minggu (4/4).
-
Kenapa anak mudah kecanduan media sosial? Anak-anak cenderung lebih mudah terjebak dalam kecanduan media sosial karena otak mereka sangat responsif terhadap kenyamanan yang ditimbulkan oleh dopamin.
-
Kenapa Kemenkominfo gandeng generasi muda? Terkait dengan kampanye penurunan stunting, Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
-
Siapa yang bilang media sosial berbahaya bagi anak? Seorang Ahli Bedah Umum asal Amerika Serikat (AS) Vivek Murphy mengatakan bahwa media sosial menghadirkan risiko besar bagi kesehatan mental remaja.
-
Mengapa Kemenkominfo menggandeng generasi muda? Menurutnya tahun 2030 Indonesia diperkirakan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global yang mengandalkan sumber daya manusia berkualitas sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. 'Pada tahun tersebut kompetisi semakin ketat sehingga kita harus mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas,' katanya.
-
Kenapa muda-mudi terjaring razia? Petugas juga memergoki pemuda bersama 2 orang wanita dalam satu kamar.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Berbeda dengan jihadis-jihadis sebelumya, Benny mengatakan, para napi terorisme yang pernah dia wawancarai, rata-rata berlatar belakang orang bermasalah ingin tobat. Tetapi bertemu dengan orang yang memberi pemahaman agama dengan kacamata kuda, tak boleh belajar alternatif ajaran lain.
"Jadilah mereka akhirnya siap untuk berjihad untuk melakukan amaliyah. Proses rekrutmen bisa dua tahun sampai ke baiyat sampai pelatihan kemiliteran," jelas Benny.
Sementara, proses rekrutmen saat ini sangat mudah dengan akses situs radikal dan media sosial. Banyak anak muda terpengaruh dengan berbagai alasan.
"Sekarang anak muda kita dengan sangat mudah mengakses situs radikal kemudian berkomunikasi dengan medsos dengan temen-temennya kemudian terpengaruh begitu masifnya itu dilakukan baru nanti ketemu anak-anak yang punya masalah, frustasi putus pacar, kemudian ada masalah keluarga kemudian juga diperlakukan diskriminatif seperti di Eropa langsung terbang ke suriah dan sebagainya. Akhirnya mereka gabung dan menjadi bagian jaringan," jelasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaMenteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebutkan judi online banyak dilakukan anak muda.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaBahkan, banyak negara di dunia yang mengalami kekacauan karena tidak bisa menyaring konten hoaks di dunia digital.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaMenurutnya, pekerjaan rumah besar pemerintah saat ini salah satunya membatasi akses internet atau situs porno di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKapolrestabes menyebut pada tahun 2024 ini, ada 47 kasus kekerasan remaja di Semarang yang diungkap.
Baca SelengkapnyaPemerintah membutuhkan kerja sama dengan orang tua untuk mengawasi aktivitas anak saat mengakses internet.
Baca Selengkapnya