Komunitas Bandung beli mobil angkutan sekolah untuk korban konflik
Merdeka.com - Prihatin dengan konflik sengketa tanah di Moro-Moro, Lampung, yang mengancam penutupan sekolah dasar dan SMP, sejumlah aktivis komunitas Bandung melakukan kampanye Jangan Tutup Sekolah Kami dan Save Moro-Moro.
Moro-Moro adalah perkampungan berisi sekitar 3.000 warga di Kabupaten Mesuji, Lampung, yang oleh pemerintah setempat dianggap ilegal. Hal ini berdampak pada putra-putri yang sekolah di Moro-Moro.
Kondisi tersebut yang melatarbelakangi kampanye Jangan Tutup Sekolah Kami dan Save Moro-Moro yang digagas Rumah Bintang di Bandung. Rumah Bintang merupakan lembaga pendidikan anak. Aktivis Rumah Bintang, Evrian Kharisma, menyebutkan pada Mei 2015 lalu pemerintah Mesuji telah menutup satu SD Moro Dewe dan satu SMP.
-
Siapa yang mendukung kelanjutan Merdeka Belajar? Sementara itu Pejabat Bupati Kulon Progo, Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan Pemkab Kulon Progo mendukung kelanjutan kegiatan Merdeka Belajar untuk pendidikan karena memberikan kebebasan baik bagi siswa maupun pendidik.
-
Gimana cara sekolah bantu anak sehat? 'Di sekolah itu gurunya harus mengajarkan kepada muridnya tentang makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Karena anak sekarang pintar-pintar, mereka yang nanti dapat menjadi jembatan edukasi kepada orang tuanya,' jelas Inge.
-
Apa arti Kurikulum Merdeka? Kurikulum Merdeka adalah aturan atau rencana pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dalam kurikulum ini, pendidik diberikan keleluasaan untuk memberikan konten pembelajaran yang beragam agar lebih optimal dalam penyampaiannya.
-
Apa nama sekolah elit peninggalan Belanda di Bandung? Pada masanya, sekolah itu bernama Hogere Burger School (HBS).
-
Apa yang dimaksud dengan pendidikan merdeka? Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. -Ki Hajar Dewantara
-
Bagaimana Banyuwangi menekan angka anak tidak sekolah? Selain menerapkan kebijakan zero drop out, Banyuwangi juga menggelontorkan berbagai program untuk menekan anak tidak sekolah. Di antaranya program Akselerasi Sekolah Masyarakat (Aksara), untuk memfasilitasi warga berusia dewasa mengikuti pendidikan kesetaraan, terutama kesetaraan SMP (paket B) dan SMA (paket C).
“Kini tiga sekolah lainnya, semuanya SD, terancam ditutup juga,” kata Evrian, kepada Merdeka Bandung di sela acara kampanye, Minggu (8/11) malam.
Ia menyebutkan, jumlah siswa siswi di Moro-Moro ada sekitar 400 anak. Ia khawatir, tanpa perhatian semua pihak, siswa siswi tersebut terancam putus sekolah akibat rencana penutupan sekolah-sekolah mereka.
Dalam aksi galang dana tersebut, ada dua isu yang didorong. Pertama kampanye fasilitas pendidikan untuk anak di Moro-Moro. Menurutnya, meski ada konflik tanah di Moro-Moro, anak-anak tetap berhak mendapat fasilitas pendidikan.
Selain itu, penutupan sekolah SD dan SMP membuat siswa-siswi di sana harus dialihkan sekolahnya ke Kabupaten Mesuji yang jaraknya 15-20 kilometer atau setara dengan Bandung-Lembang.
Sementara transportasi umum dari Moro-Moro ke Mesuji tidak ada. Maka siswa-siswi mengandalkan nebeng pada truk atau mobil barang tiap harinya. “Maka acara galang dana ini ditujukan untuk membeli dua mobil pick up second untuk angkutan sekolah mereka,” kata Evrian.
Ia menambahkan, mobil pick up tersebut bisa dipakai untuk angkutan sekolah bagi anak-anak Moro-Moro. Sejauh ini, penggalangan dana sudah mencapai Rp 10 juta. Peserta galang dana berasal dari berbagai komunitas di Bandung, pengusaha clothing, distro, café, Komunitas Perpustakaan Jalanan Bandung, Komunitas Taman Kota dan lainnya.
Acara penggalangan dana sendiri dilakukan di Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon. Acara dimeriahkan dengan sajian band-band Bandung seperti De Galih, Flukeminimix, pantomime Wanggihoed, band Tetangga Pak Gesang, dan Perkusi Rubin. Di sela acara juga dilakukan penjualan kaos, gitar bas, cincin gaul, tas, buku yang hasilnya untuk disumbangkan ke Moro-Moro.
Untuk diketahui, di Moro-Moro terdapat lima wilayah setingkat dusun yang setiap dusunnya diatur pemimpin setingkat Kepala Dusun, karena tidak ada Kepala Dusun. Moro-Moro berdiri 1996-1997 oleh penduduk miskin yang tidak punya tanah.
Dalam kurun waktu 18 tahun ini masyarakat Moro-Moro membangun tempat ibadah, posyandu, tiga SD dan 1 SMP secara swadaya. Mereka juga menghijaukan lahan 2400 hektar yang dulunya berupa alang-alang. Namun keberadaan Moro-Moro dianggap illegal oleh pemerintah setempat. Mereka dinilai menempati tanah yang bukan milik mereka.
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi tersebut diwarnai isak tangis pelajar yang hadir. Dengan membawa foto korban dan spanduk, mereka mengenang para korban kecelakaan bus maut tersebut.
Baca SelengkapnyaMelihat temannya yang sering terlambat masuk sekolah karena jalan kaki, sekelompok anak SMA ini iuran beli sepeda.
Baca SelengkapnyaLalu lintas truk angkutan material proyek pembangunan di wilayah Pantura, Kabupaten Tangerang memicu kemarahan warga.
Baca SelengkapnyaKemarahan warga dipicu peristiwa kecelakaan dialami salah satu bocah yang tengah berboncengan lalu terjatuh dan terlindas di bagian kaki.
Baca SelengkapnyaMobil itu dimiliki seseorang kecewa karena anaknya tidak diterima di sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaPemberian CSR mobil operasional untuk siswa-siswi di Kota Batu merupakan wujud konkret sinergitas antara bankjatim dengan pemerintah kota.
Baca SelengkapnyaBus sekolah itu merupakan salah satu program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul dalam memberikan pelayanan pada siswa sekolah
Baca SelengkapnyaSelama ada pemblokiran tersebut, pengguna jalan lintas Sarolangun yang akan menuju ke Jambi belum bisa melintas.
Baca SelengkapnyaApa yang dilakukan siswa satu kelas di SMA Negeri 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, ini sungguh luar biasa.
Baca SelengkapnyaDisdik Jakarta mengimbau para pelajar tak perlu bagi-bagi takjil dengan konvoi motor
Baca SelengkapnyaDapat seragam sekolah dan buku sekolah dari Satgaster Koops Habema, anak-anak Papua terlihat tersenyum bahagia.
Baca SelengkapnyaBantuan itu dilakukan setelah warga yang sebelumnya sempat mengungsi akibat penyerangan OPM.
Baca Selengkapnya