Kondisi mengenaskan peserta Diksar Mapala UII sebelum meninggal
Merdeka.com - Tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) meninggal dunia usai mengikuti pendidikan dasar (Diksar) Mapala UII, The Great Camping (GC) di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah. Ketiganya adalah Syait Asyam (20), Muhammad Fadhli (20) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).
Kemarin RS Bethesda Yogyakarta membeberkan laporan medis Asyam dan Ilham. Keduanya mengembuskan napas terakhir setelah mendapat perawatan RS Bethesda usai mengikuti Diksar Mapala.
Asyam mahasiswa jurusan Teknik Industri UII angkatan 2015 mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya seperti tangan, kaki, pantat dan punggung yang dalam istilah medis dinamakan multiple trauma.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswa tersebut? Mahasiswa bernama Alwi Fadli tewas ditikam oleh pria inisial P (23) yang hendak menyewa kekasihnya terkait prostitusi online.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Bagaimana mahasiswi itu bisa tewas? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
"Korban datang ke Bethesda pada Sabtu 21 Januari 2017. Dia diantar oleh seorang temannya ke IGD sekitar pukul 05.46 WIB. Korban kondisinya saat itu sesak napas dan susah berkomunikasi," ujar Kepala Bidang Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati, Selasa (24/1).
Selain itu Asyam juga mengalami diare dan gagal pernapasan. Napas Asyam hanya 40 napas permenit.
"Korban akhirnya meninggal dunia pada Sabtu 21 Januari 2017 pukul 14.45 WIB. Korban meninggal karena pnemunia atau panas di paru-paru," ungkap Nur Sukawati.
Sebelum meninggal, Asyam sempat bercerita kepada sang ibunda, Sri Handayani perihal dugaan penganiayaan selama diksar.
"Anak saya sempat cerita dianiaya dan sempat dipukul punggungnya pakai rotan sebanyak 10 kali," terang Sri.
Sementara itu, Ilham berobat ke RS Bethesda dalam kondisi sadar. Ketika datang, Ilham diantar oleh seorang temannya.
"Datang ke RS Bethesda Senin 23 Januari, sekitar pukul 09.39 WIB. Korban ditangani di IGD. Dari keterangan temannya, korban jatuh dari kamar mandi. Kondisi luka dan pucat," ujar Nur .
Nur Sukawati menjelaskan bahwa di IGD diketahui bahwa ada sejumlah luka di tubuh Ilham. Bahkan, kuku kaki Ilham beberapa dalam kondisi hampir copot.
"Jam 15.00 WIB korban mengalami bab (buang air besar) darah segar dan ada trauma abdomen (sekitar perut). Jam 16.00 WIB bab darah hitam. Sempat ditransfusi satu botol," jelas Nur.
Karena kondisinya terus menurun, korban dikirim ke ICU pada pukul 19.30 WIB. Kondisi Ilham didiagnosa hematosisia bab darah, anemia dan tensi menurun.
"Korban terus menurun kondisinya. Akhirnya pada pukul 23.20 WIB meninggal dunia," tutur Nur.
Untuk menuntaskan perkara ini, kedua keluarga korban sama-sama melaporkan ke Polres Karanganyar. Keluarga Asyam juga mencantumkan hasil autopsi yang dilakukan oleh RSUP Dr Sardjito.
Sedangkan orang tua Ilham, Syafei mengizinkan pihak berwajib mengautopsi jenazah korban. "Kondisinya penuh luka. Ada luka di tangan, kepala dan perut. Dagunya juga ada luka tapi karena jatuh saat tak sadarkan diri di kosnya. Saya ingin jenazah anak saya diautopsi. Supaya kebenarannya terungkap," terang Syafei.
Pihak UII juga telah membentuk tim untuk membantu mengungkap kasus ini. Rektor Harsoyo memaparkan tim internal nantinya bekerja sama dengan semua pihak dengan harapan sebab kematian tiga mahasiswa lekas terungkap.
"Ada dugaan terjadi kasus kekerasan saat acara Great Camping. Tim akan terus melakukan pencarian fakta dan informasi. Bila terbukti ada pihak yang melakukan kekerasan akan ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku di UII," terang Harsoyo.
Harsoyo juga mengatakan pihaknya bertanggung jawab sepenuhnya atas meninggalnya tiga orang mahasiswa maupun peserta diksar mapala lainnya. UII juga berkomitmen untuk mengusut kasus tersebut secara objektif, terbuka dan tuntas.
Kapolres Karanganyar Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Ade Safri Simanjuntak telah memeriksa sejumlah saksi sejak Senin kemarin. Selain keluarga korban, Selasa pagi ini pihaknya juga memeriksa 11 saksi.
"Saksi pertama yang kami periksa adalah keluarga korban, kemudian pagi tadi tim berangkat ke Yogyakarta memeriksa 11 saksi lainnya. Sebagian besar saksi yang diperiksa itu adalah teman-teman korban yang mengikuti acara Diksar di Gunung Lawu. Selain teman korban, pemeriksaan juga dilakukan kepada pihak Kampus UII," ungkap Ade.
Selain memeriksa saksi, pihaknya juga berencana menyita sejumlah barang bukti yang bisa menjadi petunjuk. "Dari olah TKP, kami amankan beberapa alat bukti, semoga nanti alat bukti bisa bertambah lagi untuk mengungkap penyebab kematian para korban," ucapnya.
Ketiga mahasiswa yang meninggal adalah Muhammad Fadhli (20), Syait Asyam (20) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII angkatan 2015, asal Batam tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat (20/1). Di punggung korban terdapat bekas luka. Asyam mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 asal Yogyakarta tewas di RS Bethesda, Yogyakarta pada Sabtu (21/1). Korban terakhir adalah Ilham mahasiswa Hukum Internasional angkatan 2015 yang tewas di RS Bethesda, Senin (23/1).
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pelaku kesal dengan tingkah laku Dimas di dalam sel.
Baca SelengkapnyaTawuran terjadi di Jalan Raya Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas pada Kamis (13/6) malam
Baca SelengkapnyaDiduga, Tirza tewas usai dibacok segerombolan orang tak dikenal.
Baca SelengkapnyaAksi pengeroyokan bermula ketika korban mengunggah video di WhatsApp miliknya dengan mengenakan atribut salah satu perguruan silat.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tawuran ini berawal ketika sekelompok remaja datang menggunakan sepeda motor. Korban datang bersama teman-temannya langsung menjadi sasaran.
Baca SelengkapnyaKorban diduga mengalami kekerasan dari seniornya. Kasus ini masih dalam pemeriksaan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaHasilnya, semua korban tewas akibat benda tumpul, bukan senjata tajam. Luka bekas pukulan itu utamanya paling dominan berada di kepala.
Baca SelengkapnyaNasib tragis dialami MZN, seorang remaja yang tiba-tiba dikeroyok sekelompok orang gara-gara kaus yang ia kenakan.
Baca SelengkapnyaPolisi akhirnya menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus pengeroyokan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU).
Baca SelengkapnyaTernyata terdapat fakta baru usai dilakukan visum, dokter menemukan luka lubang di dada kiri korban.
Baca SelengkapnyaPolisi telah menetapkan senior tingkat II tersangka Mahasiswa STIP tewas dianiaya
Baca SelengkapnyaHasilnya Autopsi ditemukan sejumlah luka memar pada tubuh korban.
Baca Selengkapnya