Korban Banjir di Lombok Barat Kesulitan Makanan dan Air Bersih
Merdeka.com - Sebanyak 109 keluarga di Rukun Tetangga (RT) 03 Dusun Peresak, Desa Meninting, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, kurang mendapat pasokan bahan makanan dan air bersih setelah banjir surut.
"Bantuan yang masuk ke Dusun Peresak memang ada, tetapi terbatas dan tidak sampai ke RT 03, padahal jumlah kepala keluarga mencapai 109 orang, kalau dihitung jumlah jiwa bisa mencapai lebih dari 500 orang," kata Ketua RT 03 Sahwan, yang ditemui di Dusun Peresak, Desa Meninting, Lombok Barat, dilansir Antara, Selasa (7/12).
Ia mengakui bahwa warganya sangat membutuhkan makanan siap saji karena belum bisa memasak makanan sendiri, meskipun banjir sudah surut. Hal itu disebabkan alat untuk memasak rusak terendam air.
-
Bagaimana warga mengatasi kesulitan air di Jawa Tengah? Warga pun terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.'Kondisinya sudah berlangsung sebulan ini. Padahal kebutuhan air ini untuk memasak dan mandi,' kata Suratmi, salah seorang warga Desa Garangan yang terdampak kekeringan, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (18/9).
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Kenapa warga Lebak kekurangan air bersih? Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Banten mulai mengalami kesulitan air bersih. Di Kabupaten Lebak misalnya, warga sekitar terpaksa memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mencuci pakaian hingga air minum.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
-
Siapa yang butuh makanan pengganti nasi? Contohnya, ada wanita yang kesulitan mengonsumsi nasi saat sedang hamil muda.
-
Bagaimana warga memenuhi kebutuhan sehari-hari? Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap warga mencatat pada kertas lalu menitipkan daftar belanja pada truk tersebut.
Selain itu, mereka tidak memiliki stok bahan makanan karena harta bendanya terendam banjir setinggi satu meter yang terjadi pada Senin pagi (6/12).
"Untuk memasak juga susah karena warga juga kesulitan mendapatkan air bersih. Air sumur masih keruh dan tidak layak konsumsi karena terendam air bercampur lumpur, sedangkan air PDAM macet hingga sekarang," ujar Sahwan.
Darwis, salah seorang warga RT 03 Dusun Peresak, juga mengaku kesulitan bahan makanan dan air bersih, meskipun kondisi banjir sudah surut. Bahkan, pada hari pertama banjir, dia dan keluarganya mendapatkan kiriman nasi bungkus dari kerabat di Kota Mataram.
"Kalau tidak ada kiriman nasi bungkus dari keluarga di Kota Mataram, sampai hari ini, mungkin saya tidak dapat makan," tuturnya.
Pria yang sehari-hari sebagai kusir cidomo (kendaraan tradisional menggunakan kuda) itu juga belum bisa untuk bekerja mencari rezeki karena harus membersihkan rumahnya yang berlumpur akibat banjir.
"Memasak pun belum bisa sampai hari ini karena kompor rusak. Dan yang mau dimasak juga belum ada. Belum lagi air bersih sulit didapat," ucap Darwis, yang baru pulang mengungsi dari tenda darurat yang dibangun di komplek pemakaman tidak jauh dari rumahnya.
Keluhan senada disampaikan Wedi. Pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cukur itu hanya bisa pasrah dengan kondisi serba kekurangan setelah banjir.
"Semua perabot rumah tangga rusak terendam air, kasur, bantal, pakaian semua terendam air berlumpur. Kompor juga rusak, makanya tidak bisa untuk sekedar memasak mi instan bantuan yang kami dapat dari donatur," ucap Wedi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebutuhan makan para pengungsi yang berada di pedesaan cukup memprihatinkan lantaran ketiadaan dapur umum.
Baca SelengkapnyaBank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan bantuan tanggap darurat Peduli Bencana banjir di Muratara.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaSetiap harinya puluhan ibu-ibu di Kecamatan Cikulur, harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan sumber air.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaKrisis air bersih menyebabkan warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci baju.
Baca SelengkapnyaKekeringan yang terjadi disebabkan kemarau panjang dan sebagai dampak banyaknya pembangunan perumahan.
Baca SelengkapnyaAir Kali Cihoe kerap dijadikan sumber mata air andalan bagi Warga Cibarusah saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca Selengkapnya