KPAI Temukan Anak Asal Tasikmalaya Diajak Guru Ngaji Ikut Demo 22 Mei
Merdeka.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan sejumlah alasan anak-anak ikut dalam aksi demo berujung ricuh pada 21-22 Mei 2019. Salah satunya, ajakan para tokoh sekitar mereka.
"Hasil koordinasi cukup variatif ada yang diajak ada atas arahan diduga guru ngajinya, ada yang sekedar ingin lihat demo di Jakarta kayak apa sih, varian pemicunya itu," kata Ketua KPAI Susanto di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin (27/5).
Komisioner KPAI Jasra menambahkan, ajakan guru ngaji diketahui dari pengakuan salah seorang anak asal Tasikmalaya. Dia khusus datang ke Jakarta untuk ikut aksi 22 Mei 2019.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Siapa saja yang ikut demo di KPU? Soenarko menambahkan, aksi ini akan diikuti oleh sejumlah elemen masyarakat sampai beberapa organisasi relawan dari pasangan calon 01, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (AMIN) dan paslon 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Kenapa anak muda Papua bikin partai? Salah satu pengurus partai, M Yunus Kudiai mengatakan, salah satu alasan mendirikan partai ini, selain bagian hak berpolitik, juga diklaim belum ada partai nasional yang berwajah Indonesia bagian timur. 'Kami juga menilai bahwa partai politik selama ini hanya ada di Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Tengah saja. Sementara di Indonesia bagian Timur, belum ada partai politik nasional,' kata dia dalam keterangan yang diterima, Senin (24/6).
"Jadi yang dari Tasik itu guru ngajinya yang bawa, tapi temuan kami belum sampai apakah anak itu dari pesantren yang dibawa gurunya," jelas Jasra.
KPAI juga menemukan pengakuan seorang anak asal Bekasi yang memang berinisiatif ingin ikut berdemo, meski motifnya masih coba didalami. Kemudian, pihaknya juga mendapati seorang anak asal Lampung yang ikut diamankan aparat. Menurut pengakuannya, anak tersebut adalah siswa putus sekolah yang bekerja di wilayah Tanah Abang.
Safe House
Sebanyak 52 anak berstatus tersangka karena diduga terlibat aksi demo berujung ricuh pada 21-22 Mei 2019. Usai menjalani berita acara pemeriksaan (BAP) di kepolisian Polda Metro Jaya, mereka digelandang ke Rumah Aman atau Safe House milik Kementerian Sosial di Bambu Apus, Jakarta Timur.
"Sebenarnya sudah (tersangka) karena sudah BAP, cuma lagi pendalaman lebih dalam apakah ada unsur lain jadi sedang dicocokan dengan hasil assessment di safe house," kata Wakil Ketua KPAI, Rita di Kantor KPAI, Jakarta Pusat, Senin (27/5).
Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos Kanya Eka Santi menambahkan, meskipun diamankan di Safe House, mereka akan tetap menjalani rangkaian pemeriksaan. Hal ini untuk mengetahui keterlibatan mereka dalam aksi terkait.
"Kami belum tahu sampai kapan mereka di assessment sebagai (lanjutan) BAP ke Polda. Karena Polda ingin kerjasama untuk merehab mereka," kata Kanya.
Diketahui, mereka yang diamankan memiliki rentang usia 14 sampai 17 tahun. Diduga kuat, ada infiltrasi semacam brainwash 'jihad' yang salah.
KPAI dan Kemensos bersepakat melakukan penanaman nilai spiritual kepada puluhan anak tersebut, sehingga kelak dapat menyadari kesalahan dari keikutsertaannya dalam aksi demo yang berujung ricuh.
"Kita ingin meningkatkan kapabilitas mereka misal dari sisi spiritual misal ini bukan jihad, atau secara sosial, saya masuk di lingkungan yang salah. Kita akan re-check ulang," ucap Kanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada indikasi mobilisasi anak-anak sekolah ini dilakukan pada sore hari di batas waktu pelarangan demo dengan pola yang mirip.
Baca SelengkapnyaPara pelajar itu mengikuti ajakan untuk bergabung di gedung DPR RI dari mulut ke mulut dan sosmed.
Baca SelengkapnyaDemo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaPolisi mengidentifikasi asal sekolah pelajar yang diamankan. Dari 10 sekolah, hanya dua di antaranya yang berada di Kota Semarang.
Baca SelengkapnyaKPAI mencatat terdapat 15 pelanggaran hak anak pada pemilu-pemilu sebelum 2024.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat kembali jadi sasaran demonstrasi.
Baca SelengkapnyaDisdik DKI Jakarta sejauh ini pihaknya belum menentukan sanksi bagi para pelajar yang ikut demo.
Baca SelengkapnyaKemenPPPA sudah melakukan koordinasi dan pemantauan penanganan peserta unjuk rasa berusia anak di Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaTotal ratusan pelajar, petasan, hingga puluhan motor yang digunakan untuk konvoi telah diamankan.
Baca SelengkapnyaKPAI menyesalkan masih banyaknya pelanggaran hak-hak anak yang masih terus terjadi.
Baca SelengkapnyaAliansi Masyarakat Jaktim terpantau mendukung gugatan soal calon presiden dan calon wakil presiden yang tengah dijalankan MK.
Baca SelengkapnyaAksi bersih-bersih ini untuk memberdayakan anak-anak muda dari berbagai latar belakang isu.
Baca Selengkapnya