Kritik keras komandan TNI AU terhadap pesawat jet buatan Korsel
Merdeka.com - KAI T-50 Golden Eagle menjadi salah satu pesawat jet yang memperkuat Tentara Nasional Angkatan Udara (TNI AU) dalam mengamankan wilayah udara Indonesia. Pesawat yang dibeli sejak 2010 ini sudah tiba di tanah air mulai bulan September 2013, total terdapat 16 jenis pesawat jenis ini.
Pembelian pesawat ini dilakukan untuk menggantikan BAE Hawk Mk 53 dan OV-10 Bronco, yang dipensiunkan setelah mengabdi selama 20 tahun. Pembelian itu telah menghabiskan dana hingga USD 400 juta atau sekitar Rp 5,27 triliun.
Rupanya, keberadaan pesawat ini tidak membuat Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna merasa puas. Ada banyak kekurangan yang dimiliki pesawat buatan Korea Selatan itu.
T-50i Golden Eagle ©2016 istimewa
Lewat buku otobiografinya berjudul "Dingo: Menembus Limit Angkasa", karya Bambang Setiawan dan Budiawan Sidik Arifianto yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas, tahun 2016. Agus mengungkapkan salah satu alasan minimnya kemampuan tempur terhadap TNI AU adalah kurangnya anggaran.
Kondisi itulah yang membuat T-50i yang dibeli Indonesia memiliki kemampuan tempur yang minim pula. Dimulai dari sistem radar, hingga persenjataan hingga membuat TNI AU harus mencari, membeli dan memasang sendiri peralatan-peralatan tersebut.
'T-50 dari Korea Selatan misalnya, bukan pesawat tempur. Kalau pesawat tempur itu radarnya harus lengkap, juga ada rudalnya. Radarnya aja enggak ada. Mana ada pesawat tempur enggak ada radarnya? Bagaimana dia nanti melakukan perang di udara menangkap musuh? Ia hanya punya rato, radar moto. Bayangkan, beli pesawat tempur tapi enggak ada radarnya," keluh Agus.
T-50i Golden Eagle ©2016 istimewa
Karena minimnya kemampuan pertahanan, Agus menyebut T-50 lebih pantas digunkan untuk flypass, bukan air to air atau perang udara. Hal itulah yang dimiliki pesawat tempur seperti Sukhoi, F-16, atau F-5.
"Kasihan adik-adik (penerbang) masih memakai radar moto. Kalau hujan, peyang dia," ungkapnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KNKT akan memeriksa seluruh serpihan dan menganalisis percakapan pilot dengan petugas pengaturan lalu lintas udara untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat.
Baca SelengkapnyaTeknisi Indonesia terlibat dalam proyek bersama pengembangan jet tempur Indonesia-Korsel tersebut sejak 2016, dan telah memahami prosedur kerja.
Baca SelengkapnyaBeberapa tokoh terkenal, seperti selebriti, miliuner, dan pejabat, memiliki jet pribadi dengan harga yang sangat tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Akibat pilot dan kopilot Batik Air tertidur, pesawat melaju di luar jalur penerbangan dan tak merespons pusat pengendali wilayah (Area Control Centre/ACC).
Baca SelengkapnyaLetnan satu-satunya yang memiliki darah asli Indonesia ini harus mengakhiri hidupnya dengan kecelakaan pesawat yang menimpanya pada tahun 1941.
Baca SelengkapnyaPesawat tempur ini nyaris dibeli Indonesia untuk TNI AU. Batal di saat akhir. Kisahnya tragis.
Baca SelengkapnyaDetik-Detik Pesawat Polri Ditembak KKB saat Mendarat di Intan Jaya, Berujung Baku Tembak
Baca SelengkapnyaBerikut potret gagah jet tempur Rafale milik TNI AU yang siap mengawal angkasa Nusantara.
Baca Selengkapnya