Kursi dan meja rusak, siswa SMP di Samarinda belajar lesehan
Merdeka.com - Sejumlah siswa SMP Negeri 11 Samarinda, Kalimantan Timur terpaksa lesehan saat mengikuti proses belajar mengajar. Hal itu, karena meja-kursi di ruang tersebut tidak ada.
"Masalah di SMPN 11 ini sedang kami tangani dan akan dianggarkan pada APBD 2015. Tidak mungkin dibelikan bangku sekarang karena tahun anggaran sudah mau tutup," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda Asli Nuryadin di Samarinda, Jumat (14/11).
Empat kelas yang terpaksa lesehan, Asli Nuryadin mengatakan pihaknya akan mendata sejumlah sekolah lain yang belum ada mebelernya, termasuk akan memperbaiki sistem pembangunan sekolah baru, yakni ketika akan membangun sekolah, maka juga harus disiapkan anggaran untuk meja maupun kursinya.
-
Apa yang siswa SMP itu lakukan? 'Korban langsung melompat ke luar jendela, saat melompat korban sempat tersangkut di genteng lantai 2 Gedung SMPN 73, kkemudian jatuh ke lantai 1,' sambungnya.
-
Kenapa siswa di SDN Ambon belajar di lantai? Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
-
Siapa yang siswa SMP itu ajak bicara? 'Saat ini korban berada di Puskesmas Kecamatan Tebet dan kondisi sadar dan bisa diajak komunikasi. Ditemukan kertas dari korban yang berisi tulisan dan gambar menyerupai hanoman, tulisan tersebut tidak dimengerti artinya,' ucapnya.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
-
Apa yang terjadi pada madrasah? Pengadilan India mengeluarkan larangan efektif terhadap sekolah-sekolah madrasah agama Islam di Negara Bagian Uttar Pradesh yang merupakan salah satu negara bagian dengan populasi terpadat di India.
-
Siapa yang mengunjungi sekolah dan pesantren di Kalimantan Selatan? Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Sahbirin Noor kembali melanjutkan perjalanan Turdes, kini dirinya menyambangi sekolah hingga pesantren.
Terkait dengan empat ruang kelas yang tidak ada kursinya dan para siswanya terpaksa lesehan itu, guru SMPN 11 Samarinda Siti Umi Nanik mengatakan hal itu terpaksa dilakukan karena pihaknya tidak bisa berbuat banyak.
"Memang beginilah keadaannya, mau diapakan lagi, tetapi yang penting proses belajar mengajarnya tetap berjalan dengan baik," ujarnya. Demikian dilansir dari Antara.
Dia mengatakan sebenarnya ada juga kursi bekas tapi masih layak pakai, yakni bantuan dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda pada tahun 2010.
Kursi lipat tersebut, lanjut dia, telah digunakan di Unmul beberapa tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2010 diberikan kepada SMPN 11 karena ketika itu memang sekolah tersebut tidak memiliki kursi.
Mengingat lamanya kursi itu digunakan dan termakan usia, dia berkata, sebagian besar kondisinya banyak yang rusak. Sejumlah kelas yang terdapat kursi agak rusak itu masih lebih beruntung ketimbang empat kelas lain yang tidak memiliki kursi. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaKondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaDiduga, gedung ambruk karena usia bangunan yang sudah tua.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Prihantomo di Sragen, mengatakan plafon ambrol tersebut terjadi di SDN Kalijambe.
Baca SelengkapnyaSejumlah bangunan tampak rusak diterjang gempa darat tersebut
Baca SelengkapnyaKegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa meja kursi di sekolah itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaUntungnya saat kejadian sore hari itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaPara siswa SD di Kota Padang, Sumatera Barat bahu-membahu bersama guru menjemur buku yang basah akibat banjir yang melanda sekolah mereka.
Baca SelengkapnyaAtap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaMotif dua pelajar melakukan perusakan dan pembakaran kelas masih didalami.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca Selengkapnya