Lab Psikopol UI: Hasrat Prabowo ingin berkuasa paling besar
Merdeka.com - Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Psikologi Sosial Indonesia, Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran memaparkan tentang kepribadian capres dan cawapres 2014. Dari hasil kajian tersebut, masing-masing tokoh memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
"Sebagai pasangan capres dan cawapres hal ini bisa bermakna positif jika mereka bisa mengelola dengan baik. Sedangkan bagi publik, hasil studi ini bisa dijadikan langkah antisipasi untuk melakukan koreksi atau mengingatkan siapapun yang terpilih nanti agar apa pun kebijakan yang diambil tetap mengutamakan kepentingan publik," kata Direktur Kajian Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Mulik di Menteng, Jakarta, Kamis (3/7).
Menurut Hamdi, penelitian yang dibuatnya bersifat deskriptif dan tanpa memberikan judgement atau labelling terhadap masing-masing calon. "Sifat dan karakter sebagai bagian dari kepribadian tokoh sungguhpun relatif menetap, namun manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi politik masih akan ditentukan oleh faktor situasi di mana orang itu berada," jelasnya.
-
Siapa yang paling tinggi elektabilitasnya? Dalam survei tersebut, Prabowo-Gibran yang paling teratas. Elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 39,3 persen.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
Namun demikian, lanjut Hamdi, diketahuinya latarbelakang kepribadian pasangan capres dan cawapres bisa menjadi referensi bagi pemilih. "Aspek kepribadian dalam kajian-kajian psikologi politik mampu memprediksi perilaku politik calon pemimpin," tegas Hamdi.
"Katakanlah misalnya bagaimana corak kebijakan publik dan internasional yang akan diambil atau bagaimana ia akan menyelesaikan berbagai potensial konflik yang muncul pada masa pemerintahannya," tambahnya.
Menurut Hamdi, penelitiannya tersebut menggunakan 3 pendekatan. Diantaranya analisis psikobiografi, analisis pidato dan wawancara kandidat di berbagai media dan survei ke 204 psikolog untuk menilai aspek kepribadian.
Responden terlebih dahulu diminta membaca bagian biografi para calon, kemudian mereka menilai aspek kepribadian dan memberikan prediksi ke depan. "Orang akan melihat karakter kepribadian capres cawapres seperti apa. Itu faktor yang dipakai oleh voter menentukan siapa presiden yang akan kita pilih," terangnya.
Hamdi mengatakan biasanya motivasi sosial dibagi menjadi tiga. Yakni, motivasi berkuasa, berprestasi, dan berfiliasi. Hamdi menjelaskan dalam hasil survei itu diketahui bahwa capres Prabowo Subianto memiliki motivasi berkuasa paling besar dibanding Joko Widodo , maupun cawapres Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla .
Prabowo berada pada angka 8,64 persen, diikuti JK 7,31 persen, Hatta 7,17 persen dan Joko Widodo 6,36 persen. Dia pun menjelaskan bahwa Joko Widodo memiliki motivasi afiliasi paling besar yakni 7,95 persen. Disusul JK 7,45 persen, Hatta 6,41 persen dan Prabowo 6,02 persen.
"Joko Widodo paling unggul motivasi berafiliasi. Artinya suka silaturahim, menjaga hubungan, berkumpul bersama orang. Itu motif afiliasi. Tapi tidak ada yang di bawah rata-rata," kata Hamdi.
Sedangkan motivasi berprestasi, JK unggul dari yang lain. JK berada pada posisi 8,15 persen, Jokowi 8,06 persen, Prabowo 7,41 persen dan Hatta paling rendah 6,59 persen. "JK dianggap lebih punya kemampuan di antara yang lain," kata Hamdi Muluk.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo menghadapi Anies unggul telak. Prabowo mendapat suara 47,6 persen, Anies 26,5 persen.
Baca SelengkapnyaDari 90 persen responden yang menyatakan percaya kepada Jokowi, pilihan capresnya kepada Prabowo.
Baca SelengkapnyaPrabowo disusul Megawati Soekarnoputri dengan persentase sebesar 97,0 persen.
Baca SelengkapnyaKeunggulan telak Prabowo atas Ganjar itu selisihnya mencapai angka 8,4 persen.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI: Elektabilitas PDIP di Jatim Peringkat Pertama, Bagaimana dengan Ganjar?
Baca SelengkapnyaElektabilitas bakal Capres bersaing ketat dalam simulai tiga nama di survei Charta Politika.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan Anies dan Ganjar.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto memiliki potensi menang pada pesta demokrasi mendatang.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo mengungguli Ganjar di Jabar, Jatim, dan Banten.
Baca SelengkapnyaKendati Prabowo unggul secara angka, bakal calon presiden (bacapres) yang unggul di Jawa Timur belum bisa dipastikan.
Baca SelengkapnyaPublik memiliki ekspektasi yang tinggi kepada Presiden ke-8 RI itu.
Baca SelengkapnyaPengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan menilai, keunggulan itu tidak lepas latar belakangan Prabowo yang datang dari dunia militer.
Baca Selengkapnya