Lahan di Kawasan Perhutani Longsor, 585 Jiwa di Cisewu Garut Mengungsi
Merdeka.com - Area tebing Gunung Pipiti yang berada di kawasan milik perhutani, Jumat (4/12) siang mengalami longsor. Longsoran tanah menimbun area persawahan milik warga. Kini, ratusan warga pun terpaksa mengungsi di tempat yang lebih aman.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan bahwa ratusan warga yang diungsikan berasal dari empat kampung.
“Mulai Kampung Cigentur, Piket, dan Sawah Lega Desa Cisewu, Kampung Heubeul Isuk, Desa Pamalayan. 585 warga yang tinggal di lokasi tersebut memang mengancam permukiman di kampung-kampung sehingga diungsikan sementara ke tempat yang lebih aman,”kata Tubagus, Sabtu (5/12).
-
Siapa yang tinggal di Kampung Mati Cigerut? Teteh Intan mengaku sudah empat tahun tinggal di kampung itu.
-
Mengapa warga Demak mengungsi? Tercatat puluhan ribu warga harus mengungsi akibat banjir itu. Mereka harus menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman karena rumah-rumah mereka terendam air.
-
Kenapa warga Kampung Nagog banyak yang pindah? Mereka terpaksa pindah karena akses jalannya yang susah. Apalagi mereka harus menyekolahkan anak, bekerja, dan lain sebagainya.
-
Apa yang terjadi di Kampung Mati Cigerut? Saat sampai di Kampung Cigerut, kita langsung diperlihatkan deretan rumah kosong yang terbengkalai. Kebanyakan rumah-rumah itu merupakan bangunan permanen. Namun ironis, karena sudah terlalu lama ditinggalkan pemiliknya, banyak bagian rumah itu yang rusak dan dipenuhi tumbuhan liar.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Bagaimana kondisi Kampung Mati Cigerut? Butuh waktu lama untuk mengelilingi kampung mati itu.
Untuk warga, dijelaskan Tubagus, kini mengungsi di tiga tempat berbeda. Sebanyak 282 jiwa dari Kampung Cigentur mengungsi di MI An Nur, 283 jiwa dari Kampung Piket mengungsi di GOR Desa Cisewu, dan 20 jiwa dari Desa Pamalayan mengungsi di Gedung Bumdes Pamalayan.
Longsor di tebing Gunung Pipiti menurut tubagus terjadi akibat hujan dengan yang mengguyur kawasan tersebut, ditambah kurangnya pohon tegakan di sekitar wilayah yang longsor. Luas area yang terdampak
Saat ini masih dalam pantauan dan penghitungan pihaknya.
“Perkiraan awal kita lebih dari 20 hektare lahan, baik yang longsor maupun yang terdampak longsor,” ucapnya.
Untuk kebutuhan logistic, menurut Tubagus, saat ini masih cukup sampai hari ini karena ada bantuan dari warga sekitar. Namun, jika masyarakat harus lebih lama mengungsi maka kebutuhan logistik akan lebih banyak.
Pantauan di lapangan, kerawanan terjadinya longsor susulan rawan terjadi karena terdapat ribuan kubik material bongkahan longsoran di bagian utama longsor akan mendorong tanah yang ada di bawahnya. “Ada juga bendungan air akibat tertahan material longsor sehingga dikhawatirkan bendungan air akan pecah bila volumenya menjadi besar dan tak tertahan,” jelasnya.
Selain itu, dibawah ujung longsoran pun saat ini keluar lumpur air tanah yang bisa menggerakkan tanah di bagian atas lebih besar lagi. Di bagian atas longsoran tanah, saat ini juga sudah terbelah ke dua arah yang berbeda, yaitu ke Kampung Cigentur dan Kampung Ranca Kupa.
“Perlu ada penelitian dan kajian untuk menentukan kondisi bahaya juga kerawanan di kawasan tersebut. Hari ini kami tim dari BPBD Garut akan melaksanakan asesmen di lapangan untuk mengklasifikasikan yang terdampak maupun yang terancam, baik warga masyarakat maupun harta benda milik warga masyarakat,” tutupnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari 327 pengungsi, terdapat dua orang yang sakit parah yakni stroke dan pendarahan
Baca SelengkapnyaBencana longsor ini terjadi pada Minggu (24/3) malam setelah wilayah tersebut diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
Baca Selengkapnya327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f
Baca Selengkapnya248 rumah rusak dan 456 warga harus mengungsi, akibat gempa Sumedang
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin ini juga mengakibatkan akses jalan terputus karena jembatan rusak.
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terjadi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, banyak warga yang enggan kembali ke rumah dan lebih memilih untuk mengungsi.
Baca SelengkapnyaWarga dua desa di kaki Gunung Ruang dievakuasi daratan Tagulandang.
Baca SelengkapnyaSelain ada warga yang mengalami luka, tidak sedikit diantara masyarakat yang mengalami trauma.
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaBPBD Jateng bersama BPBD kabupaten kota juga menyediakan tempat pengungsian.
Baca SelengkapnyaJumlah itu berdasarkan hasil pendataan sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Garut tetap berjaga di luar rumah setelah merasakan gempa magnitudo 6,5 yang dimutakhirkan menjadi 6,2. Mereka khawatir terjadi gempa susulan.
Baca Selengkapnya