Lama terisolir akibat waduk, warga Sukasari bakal punya akses jalan
Merdeka.com - Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat membuka akses jalan sepanjang kurang lebih 100 kilometer ke daerah terisolir di Kecamatan Sukasari.
Kecamatan tersebut sebelumnya merupakan daerah yang sulit dijangkau dan terpisah dengan daerah lain di Purwakarta setelah terkena dampak pembangunan waduk Ir. Juanda Jatiluhur pada tahun 1963 lampau.
Akibatnya, warga di daerah itu hanya bisa memiliki alat transportasi berupa perahu melalui jalur air jika bepergian ke luar wilayah. Pasalnya, tidak ada akses jalan darat yang memadai dan bisa dilalui.
-
Bagaimana warga Sukasari beraktivitas sebelum Jalur Lingkar Barat dibangun? Sebelum tahun 2013, warga di sana masih harus menyeberangi Waduk Jatiluhur menggunakan perahu untuk keluar Kecamatan Sukasari.
-
Mengapa warga lebih suka menyeberangi sungai dengan perahu? 'Sebenarnya di sana sudah dibangun jembatan. Tapi tampaknya warga lebih suka menyeberangkan motor dengan perahu,' kata pemilik kanal YouTube Vista Holic.
-
Bagaimana warga menyeberangi Sungai Pemali sebelum Jembatan Merah Putih? Sebelum ada jembatan itu warga setempat harus mengambil jalan memutar. Kalau harus menyeberangi sungai pun, mereka harus rela berbasah-basahan.
-
Apa manfaat Jalur Lingkar Barat untuk warga Sukasari? Pasca pembangunan selesai pada 2017 lalu, salah satu kecamatan bernama Sukasari yang sempat terisolir bisa terbuka aksesnya. Sebelumnya warga di sana kesulitan untuk beraktivitas di luar desa.
-
Kapan tradisi Perahu Bidar dimulai? Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898.
-
Siapa yang biasanya menggunakan perahu eretan Ciliwung? Biasanya penumpang adalah pedagang , pekerja sampai anak sekolah yang membutuhkan jasa penyeberangan singkat.
Kondisi itu menjadi keluhan masyarakat Sukasari, namun mereka tidak bisa berbuat banyak setelah pengajuan pembangunan sejak tahun 1983 lalu tidak pernah didengar oleh pihak terkait.
"Dulu sempat ada pengajuan tapi tidak pernah ada realisasi, dan baru pak Bupati Dedi yang bisa mendengar keluh kesah kami hingga mewujudkan mimpi kami memiliki akses jalan," kata salah seorang warga Kecamatan Sukasari, Azis Djalu. Rabu (31/8).
Sedangkan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menyatakan, untuk membangun jalan ke daerah terisolir itu, pihaknya harus mengeluarkan anggaran hingga Rp 200 miliar yang bersumber dari APBD Purwakarta.
"Total semua pembangunan jalan ini menjadi 100 Kilometer dan saya dedikasikan bagi masyarakat Sukasari, karena mereka pantas mendapatkannya. Setelah mereka rela berkorban sampai daerahnya dijadikan danau bernama waduk Ir. Djuanda," kata Dedi di tengah kunjungannya ke Kecamatan Sukasari.
Lebih lanjut, dikatakan Dedi, dalam pembangunan infrastruktur yang dilakukannya di Purwakarta, tidak lepas dari program yang memiliki satu visi dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo.
"Sesuai arahan Pak Presiden, sejak lama prioritas kita memang infrastruktur. Kami pastikan juga kalau pembangunan yang kita lakukan kualitasnya bagus, secara utilitas juga penting karena menghubungkan Purwakarta, Karawang, Bogor dan Cianjur," ujar Dedi.
Namun Dedi memastikan jika pembangunan daerah terisolir kali ini murni merupakan usaha Pemkab Purwakarta dan tanpa ada keterlibatan dari Pemprov Jabar.
"Oleh Provinsi sudah pernah diukur, tapi sampai saat ini tidak ada realisasi. Sudahlah pakai dana Pemkab saja sampai selesai," tukas Dedi.
Selain sebagai akses jalan utama Kecamatan Sukasari dengan sejumlah daerah di Purwakarta, rencananya jalan lingkar itu juga akan tembus dan menghubungkan kecamatan itu dengan Kabupaten lain yaitu Kabupaten Cianjur, Bogor dan Kabupaten Karawang. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum ada Jalur Lingkar Barat Purwakarta, ada satu kecamatan dalam keadaan terisolasi.
Baca SelengkapnyaBanyak penduduk kampung ini yang lebih memilih bersekolah ke daerah lain.
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaKehadirannya tak boleh disepelekan, karena perahu eretan di Sungai Ciliwung sangat dibutuhkan warga dan bisa menjaga kebersihan aliran air.
Baca SelengkapnyaWarga menyaksikan bekas tempat tinggal mereka dari tengah waduk.
Baca SelengkapnyaSungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
Baca SelengkapnyaWarga sekitar masih memanfaatkan jasa penyeberangan perahu eretan untuk memangkas jarak dan waktu ke tempat tujuan.
Baca SelengkapnyaRakit ini benar-benar berjasa mengantar jemput warga untuk mengakses pendidikan hingga peputaran ekonomi.
Baca SelengkapnyaDemi pembangunan waduk ini, sebanyak 41.369 warga harus dipindah
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca Selengkapnya