Lawan Hoaks, Generasi Milenial Diminta Sebar Konten Positif di Medsos
Merdeka.com - Literasi digital merupakan titik terpenting yang harus dipahami masyarakat khususnya generasi milenial untuk menjaga media sosial di tengah maraknya konten negatif. Dengan pemahaman ini mereka bisa lebih cakap memanfaatkan teknologi dan perangkatnya untuk hal positif.
"Literasi digital juga mensyaratkan setiap pengguna untuk bertanggung jawab terhadap konten di medsos itu sendiri," ujar Pengamat Media Sosial, Rulli Nasrullah dalam keterangannya, Kamis (7/2).
Rulli menambahkan, peran generasi milenial sangat diperlukan untuk membantu menyebarkan konten positif di medsos demi menjaga kerukunan antar-masyarakat dari pengaruh ujaran kebencian dan hoaks. Hal ini merujuk pada hasil riset yang menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia selalu mengalami peningkatan dalam sisi jumlah.
-
Bagaimana pengaruh media sosial terhadap Gen Z? Tumbuh dengan media sosial, Generasi Z mengkurasi diri mereka di dunia maya dengan lebih hati-hati dibandingkan generasi sebelumnya, dan mereka cenderung beralih ke tren anonimitas, mengatur feed sosial media secara lebih personal, dan memiliki kehadiran secara online (online presence) yang lebih kecil, meskipun generasi ini sangat rakus mengonsumsi media online.
-
Kenapa Kemkominfo menekankan literasi digital? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih cerdas dan aman menggunakan internet.
-
Bagaimana cara Kemkominfo meningkatkan literasi digital? Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI), Samuel Abrijani Pangerapan berharap melalui seminar ini masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan internet.
-
Mengapa inklusi digital penting untuk masyarakat? Inklusi digital penting untuk masyarakat yang lebih berkembang.
-
Kenapa kelompok milenial rentan terhadap kecanduan gadget? Kelompok anak milenial menjadi yang paling rentan terhadap kecanduan ini, karena kebiasaan mereka yang selalu ingin terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru.
-
Bagaimana milenial mendidik anak? Gerson menjelaskan bahwa orang tua saat ini lebih cenderung memperkuat perilaku positif daripada menghukum perilaku negatif.
"Ini karena pengguna medsos bisa dikatakan cenderung banyak dimiliki dan dimainkan oleh generasi muda. Dengan demikian, sangat penting bagi generasi milenial yang untuk membantu menyebarkan konten positif," kata Peraih gelar doktor dari Universitas Gadjah Mada ini.
Lebih lanjut, dia mengatakan, sejalan dengan pentingnya literasi digital, ada upaya sudah dilakukan oleh pihak pemerintah melalui Kemendikbud dan Kemenkominfo dalam melakukan sosialisasi. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mendorong para generasi milenial mau melakukan 'siskamling' medsos dengan melaporkan akun dan konten negatif.
"Kebetulan saya menjadi salah satu perumus dalam membuat panduan literasi digital. Rumusan yang menjadi panduan literasi digital tidak hanya untuk individu, melainkan juga panduan literasi digital di sekolah, bagi guru, siswa dan literasi digital bagi keluarga," jelasnya.
Menurutnya, peran pemerintah juga sangat penting untuk ikut berperan mengajak generasi milenial mengkampayekan 'ronda' digital dan hari bebas kebencian di medsos. Selama ini, katanya, sudah banyak yang dilakukan pemerintah dalam menyiapkan, mensosialisasikan dan mengajak generasi milineal untuk ikut dalam menjaga kebaikan di medsos disamping peran seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat itu sendiri.
"Namun, tetap saja dengan keterbatasan sarana dan SDM, masyarakat tentunya juga ikut berpartisipasi aktif dalam literasi digital tersebut," imbuhnya.
Secara garis besar, ranah keluarga dan sekolah menjadi modal dasar dalam penerapan dan munculnya rasa tanggung jawab untuk memahami literasi digital untuk mewujudkan iklim medsos yang ramah dan bertanggung jawab. Dengan demikian, penyebaran literasi digital bisa semakin diterapkan di tengah masyarakat.
"Tanggung jawab bersama inilah, yang dimulai dari keluarga dan sekolah, dan tentunya menjadi tanggung jawab setiap warga negara Indonesia untuk menciptakan kedamaian di medsos," kata dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Di tengah situasi politik yang semakin memanas, masyarakat juga harus bisa menahan diri agar tidak mudah terprovokasi terhadap hasutan kebencian yang ada di medsos. Menurutnya, pelaporan atau aduan terhadap delik medsos ke ranah hukum ke aparat tentu diperlukan.
"Saya percaya kita sedang belajar banyak dalam menggunakan medsos. Yang terpenting adalah kesadaran masyarakat itu sendiri yang harus ditumbuhkan akan bahayanya konten dan akun negatif di medsos, sehingga akan banyak persoalan-persoalan yang bisa diselesaikan apabila banyak akun baik yang melawan akun negatif," katanya.
Menurutnya, walau medsos akunnya bersifat pribadi dalam pengertian dibangun dan dimiliki oleh pengguna itu sendiri, namun konten yang diunggah pada dasarnya bersifat mass-self communication. Karena itu, konten dan perilaku dalam dunia digital tidak bisa serta-merta diklaim sebagai aktivitas pribadi dan berada di ruang privasi semata.
"Ini menunjukkan ada nilai-nilai dalam masyarakat offline yang juga harus dibawa dalam kehidupan masyarakat online. Walau dalam beberapa kasus banyak bermunculan nilai-nilai dan etika yang baru terkait budaya digital itu sendiri," tuturnya.
Rulli mengatakan, tanggung jawab dalam menggunakan fasilitas medsos perlu dipahami oleh generasi milenial agar tidak hanya diam atau pasif ketika ada akun atau konten negatif di medsos. Caranya tentu dengan tidak ikut berkomentar terhadap konten tersebut serta tidak ikut menyebarkannya.
"Melaporkan konten secara digital itu mudah. Contohnya, jika sebuah akun dan konten negatif muncul saat membuka medsos di telepon genggam, akan ada titik tiga di atas status Facebook. Pengguna tinggal mengklik dan melaporkan isi konten tersebut. Apabila banyak yang melaporkan konten atau bahkan akun yang bersangkutan bisa dibekukan, dihilangkan, atau dihapus sama sekali," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda yang berkualitas akan menjadi ujung tombak dalam mendorong Indonesia yang berdaya saing secara global.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaRuang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaPeningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.
Baca SelengkapnyaKunci utama dalam melindungi anak di era digital adalah membangun lingkungan yang aman dan protektif, terutama dari orang tua dan keluarga.
Baca SelengkapnyaMenggunakan teknologi untuk memviralkan rasa kebersamaan, patriotisme bagian dari menghargai jasa pahlawan
Baca SelengkapnyaDi tahun politik, semua pihak diajak untuk lebih bijak dalam menyebarkan informasi terutama melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaDi media sosial sebenarnya ada banyak konten positif yang menghibur, inspiratif, informatif dan edukatif yang tak kalah menarik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca Selengkapnya