Lawan Kelompok Penebar Kebencian di Dunia Maya
Merdeka.com - Di era digital sekarang ini segala informasi sudah sangat terbuka. Namun ada kelompok-kelompok yang memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan propaganda radikalisme, ujaran kebencian dan berita bohong (hoaks) untuk memecah belah persatuan bangsa.
Peneliti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Adnan Anwar menilai perlu adanya relawan milenial dalam menebar konten-konten perdamaian. Hal ini dilatar belakangi kondisi makin maraknya konten negatif.
"Melihat kondisi dunia maya yang tidak sehat akhir-akhir ini tentunya keberadaan relawan penebar konten perdamaian di dunia maya sangat penting sekali. Karena ada desain dari kelompok-kelompok yang memang secara sistematis menyebarkan berita kebohongan atau kebencian," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (5/12).
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
Lebih lanjut Adnan menjelaskan, kelompok-kelompok tersebut selama ini sangat serius dan masif dalam menggunakan internet melalui media sosial. Untuk itu harus ditandingi dengan berbagai cara.
"Kenapa harus dilakukan secara sistematis? Karena apa yang dilakukan kelompok-kelompok tersebut merupakan propaganda. Jadi harus dilawan dengan strategi kontra propaganda yang tepat," kata mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.
Menurutnya, dalam melaksanakan penangkalan secara sistematis juga harus dirumuskan strateginya secara benar, lalu segmentasi berdasarkan umur, dan juga berdasarkan demografi. Umur itu diklasifikasikan apakah termasuk generasi milenial atau generasi tua. Kemudian demografi itu apakah desa, sub urban, urban sampai ke metropolitan yang berbeda-beda, termasuk status pekerjaan.
"Kadang-kadang satu isu disebar oleh segmen semua kelompok tapi hasilnya sama, yakni menimbulkan kegaduhan. Jadi ini harus ada upaya perlawanan yang tersistem," tuturnya.
Jika diteliti lebih lanjut, menurutnya, antara kelompok yang setuju menggunakan berita hoaks dan ikut mereproduksi dibandingkan dengan kelompok yang tidak setuju tentu jumlahnya sangat besar kelompok yang tidak setuju. Masalahnya, kelompok yang tidak setuju ini selama ini lebih banyak bersikap diam.
"Ada istilah di masyarakat kita ini mengatakan 'Yang Waras Lebih Baik Ngalah'. Padahal jadi orang baik atau waras itu tidak boleh diam. Yang waras ini ya harus ikut terlibat menangkal secara aktif, menjadi relawan secara sadar," imbuhnya.
Dia juga menyambut baik dengan adanya relawan Duta Damai Dunia Maya yang sudah dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menebar konten perdamaian. Menurutnya, konten yang dibuat harus memiliki kemampuan atau akses terhadap sumber-sumber pengambilan kebijakan sehingga dia bisa mendapatkan informasi yang kredibel.
"Dan itu harus di-share terus menerus. Gerakan ini bisa membendung propaganda ujaran kebencian atau berita hoaks," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaPeningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaSelain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.
Baca SelengkapnyaMenyiapkan diri, bangsa, dan negara memanfaatkan AI dan menanggulangi dampak buruknya bukan lagi suatu pilihan, namun menjadi keharusan.
Baca Selengkapnya