Lebay, orang adu jotos gara-gara Mobnas & Jokowi di twitter
Merdeka.com - Gara-gara adu pendapat di situs jejaring sosial Twitter, dua orang pria adu jotos di Istora Senayan, Jakarta. Persoalannya cukup sepele, yakni salah satu pihak tak puas dengan kebijakan Jokowi soal Proton, sedangkan lawannya membela mati-matian.
Kejadian itu bermula saat pemilik akun Twitter @redinparis mengomentari kebijakan Presiden Joko Widodo terkait mobil Proton di jejaring sosial Twitter. Kemudian, pemilik akun @panca66 tiba-tiba mendebat pandangan @redinparis. Mereka pun janjian untuk adu jotos.
Menurut sosiolog Musni Umar, perkelahian antara kedua orang tersebut sangat berlebihan. Saling dukung mendukung dalam pandangan politik itu hak asasi, tapi jangan lantas berujung perkelahian.
-
Kenapa Jokowi dibolehkan ikut kampanye? Undang-Undang Pemilu tidak melarang seorang presiden untuk ikut kampanye, apakah untuk pemilihan presiden atau pemilihan legislatif. Beleid yang sama juga tidak melarang kepala negara untuk berpihak atau mendukung salah satu pasangan calon presiden.
-
Bagaimana efek persatuan Jokowi dan Prabowo? “Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum,“ sambungnya.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Siapa yang nobar bareng Jokowi? Presiden Joko Widodo (Jokowi), nonton bareng (nobar) bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) di hotel tempatnya bermalam di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
-
Siapa yang Jokowi ajak ke pertandingan? Jokowi membawa dua cucunya menonton pertandingan tersebut.Berdasarkan pantauan, Jokowi tiba di lokasi pukul 19.28 WIB bersama kedua cucunya, Jan Ethes Srinarendra dan La Lembah Manah.
-
Siapa yang mengklaim telah menyatu dengan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
"Ini terlalu berlebihan, tapi kita musti melihat sebenarnya siapa yang buat pemicu. Yang awal membuat keributan, pasti salah satu dari kedua kelompok ini. Kalau dukung ya dukunglah, itu hak asasi, hak demokrasi tapi jangan lampiaskan dengan arogansi," ujar Musni saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (12/2).
Musni mensinyalir, pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) belum selesai bagi sebagian orang. Alhasil, belum tercipta suasana harmonis di masyarakat, padahal tingkat elite sendiri sudah melepas sisa-sisa persaingan dalam pilpres tersebut.
"Orang boleh mengecam sebagai koreksi untuk meluruskan, mungkin caranya yang bisa. Begitu juga bela Jokowi boleh tidak setuju, tetapi pakai cara membela lebih santun, lebih terhormat," lanjut Wakil Rektor Universitas Ibnu Khaldun ini.
Setiap orang, imbuh Musni, setiap orang tidak patut untuk menjelekkan seseorang dengan bahasa yang kasar dan tindakan itu bukan tidak mungkin dibalas. Kondisi inilah yang seharusnya dihindari, dan dia menyarankan agar cara mengungkapkan juga sebaiknya dilakukan dengan cara santun.
"Enggak ada untungnya ribut, itu hanya undang masalah jadi tambah masalah, merugikan setiap orang bangsa dan negara," tutupnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warganet dihebohkan dengan aksi dua pria di Palembang yang saling tantang di media sosial. Pemicunya karena keduanya berbeda pilihan pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta kepada GAMKI untuk ikut mendinginkan situasi di lapangan jika melihat situasi politik yang memanas.
Baca SelengkapnyaMassa mendorong hak angket DPR terkait hasil sementara penghitungan suara Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaMenurut Anies, etik memang dimulai dari kepala atau cara berpikir, kemudian anggota tubuh lainnya mengikuti etika yang sama.
Baca Selengkapnya"Sesama tetangga tidak saling sapa, tidak boleh. Sesama ibu pengajian tidak saling sapa tidak boleh," kata Jokowi
Baca Selengkapnya"Mungkin Pak Jokowi perlu datang ke Desak Anies sekali-kali, itu kan terbuka," kata Jazilul Fawaid
Baca SelengkapnyaKedua kubu awalnya hanya saling beradu argumen, namun situasi kian panas hingga diwarnai lemparan batu dan botol air mineral.
Baca Selengkapnya