Lembaga Pendidikan Diharapkan Bekali Anak Siap Hadapi Masa Sulit
Merdeka.com - Dewasa ini, dunia tengah menghadapi situasi sulit di semua sektor akibat Coronavirus (Covid-19) yang tengah mewabah. Termasuk dari sektor pendidikan yang memaksa menutup seluruh lembaga pendidikan untuk mencegah penyebaran virus.
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), Enggartiasto Lukita berharap, belajar dari Pandemi saat ini, sejumlah perguruan tinggi dan lembaga pendidikan mampu membekali anak menghadapi masa sulit.
"Bagaimana kita sekarang berpikir untuk melakukan hal yang kreatif. Masa depan bangsa sangat bergantung pada hasil pendidikan kita. Saya berharap, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lain lebih membekali anak didik untuk masuk dan menghadapi situasi yang makin lama makin sulit," kata Enggartiasto saat webinar bertajuk 'Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa', Sabtu (20/6).
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa perubahan sosial budaya yang terjadi di Indonesia? Terdapat beberapa gambaran perubahan sosial dan buaya yang terjadi di Indonesia, mulai dari perpindahan masyarakat, gender, hingga pola konsumsi.
-
Bagaimana LPDUK berbenah setelah pandemi? Sesuai arahan Menpora Dito Ariotedjo, LPDUK mencoba melakukan transformasi dengan menjadi lembaga yang lebih progresif dan mendukung ekosistem Industri Olahraga sebagai bagian dari DBON.
-
Bagaimana kualitas pendidikan yang tidak merata berdampak pada literasi? Kualitas pengajaran di sekolah-sekolah yang terpencil atau kurang berkembang sering kali tidak sebaik di kota-kota besar, sehingga siswa di wilayah tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang optimal.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Bagaimana perubahan suasana jalan di berbagai kota? Perubahan suasana jalan di berbagai kota dari zaman dulu hingga era modern terlihat dalam 10 potret Kota-kota ini sukses membuat mata terbelalak dengan perubahannya!
Menurut mantan Menteri Perdagangan yang akrab disapa Enggar itu, pandemi telah mengubah wajah dunia. Di hampir semua lini, keadaan tidak lagi sama dengan sebelumnya. Baik di sektor pendidikan, ekonomi, maupun budaya. Sudah tentu, kata dia, kondisi yang berubah mendatangkan masalah-masalah baru yang tidak bisa dijawab dengan pendekatan dan cara lama.
Dibutuhkan pendekatan baru, yang lahir dari kreativitas dan inovasi, dan itu harus muncul dari lembaga pendidikan. Karena dari lembaga pendidikanlah ilmu pengetahuan dikembangkan dan sumber daya manusia disiapkan.
"Satu hal yang pasti. Sebelum pandemi kita semua disibukkan dengan satu kondisi bagaimana Revolusi Industri 4.0. Sekarang akibat dari pandemi, kita melakukan percepatan digitialisasi di semua aspek. Saya ingin mengajak tidak bicara teknologi semata, tapi menjadikan teknologi itu sendiri sebagai mindsite," kata Enggar.
Teknologi sebagai mindsite, kata Enggar, artinya tidak sekadar bicara teknik pembuatan peralatan mesin, tetapi lebih dari itu adalah bicara pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan makna dan kualitas hidup. Karena kemajuan teknologi tidak bisa hanya dengan mengejar keterampilan teknik. Yang paling penting justru adalah penerapan pola pikir dan wawasan yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
"Jika kita lihat tabel dari Word Economic Forum, maka semua itu tidak ada mata kuliahnya, tidak ada pelatihannya, melainkan mindset yang terbangun dari interaksi dan atmosfer pendidikan yang kondusif," kata Enggar.
Menurut Enggar, sejauh ini perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lain di Indonesia cukup baik dalam beradaptasi dengan pandemi. Misalnya, hampir semua sekolah saat ini melakukan proses belajar mengajar secara daring. Di tingkat perguruan tinggi lebih membanggakan lagi. Yaitu, lahirnya sejumlah inovasi berupa alat-alat kesehatan seperti alat rapid test dan ventilator, yang diproduksi oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan industri.Kerja sama itu nantinya tidak sebatas menciptakan produk tetapi juga saling mengisi dalam penciptaan sumber daya manusia yang unggul.
Tentu kerja sama akan terjadi jika keduanya saling mengisi. Perguruan tinggi, misalnya mengisi sumber daya dan knowledge, yang memang dibutuhkan dalam industri. Jika perguruan tinggi tidak mampu mengisi itu, maka sudah tentu industri tidak bisa menyerap atau menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi.
Enggar menyarankan semua perguruan tinggi punya keunggulan dalam bidang tertentu. Misalnya, Institut Pertanian Bogor unggul dalam bidang pengetahuan dan SDM pertanian. Dengan demikian industri perikanan yang butuh pengembangan SDM dan riset, maka ia tahu harus bekerjasama dengan IPB.
"Dengan adanya keunggulan dalam bidang khusus, maka ada keterkaitan dengan industri. Keterkaitan ini sangat bagus untuk pengembangan ekonomi dan menjadikan daya saing bangsa ini tinggi," kata Enggar.
Selain itu, hal lain yang juga harus ditumbuhkan di perguruan tinggi adalah sikap kritis dan kemampuan problem solving. Sebab perguruan tinggi bukan balai latihan yang hanya memasok tenaga kerja.
Sebaliknya, ia harus mampu mencetak orang-orang cerdas yang melahirkan temuan-temuan baru, sehingga tidak saja membuka lapangan kerja baru, tapi juga membuat bangsa ini mandiri.
"Karena itu, kita jangan hanya berhenti pada kurikulum dan persoalan 'link and match' dengan industri, melainkan juga membangun lingkungan untuk tumbuhnya kemampuan-kemampuan seperti complex problem solving, critical thinking, fair judgement dan creativity. Saya ambil perspektif ini karena latar belakang saya pengusaha, terus masuk politik, dan sempat di pemerintahan. Jadi lebih ke kebutuhan nyata di lapangan," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kurikulum merdeka diterapkan untuk menangangi krisis pendidikan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMendikdasmen Abdul Mu'ti menyiapkan dua strategi guna menekan angka anak putus sekolah yang beberapa tahun ke belakang mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKata-kata ini bukan sekedar ungkapan rasa bangga dan terima kasih, namun juga menjadi doa dan harapan.
Baca SelengkapnyaTak sedikit sekolah rusak parah, berdampak pada para siswa dan tenaga pengajar terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak layak.
Baca SelengkapnyaMasalah kesenjangan ini tidak hanya terjadi dalam aspek sosial masyarakat, tetapi juga berbagai aspek lainnya.
Baca SelengkapnyaPeluang Indonesia menjadi negara maju sangat besar jika masyarakatnya lebih banyak lagi yang berpendidikan tinggi
Baca SelengkapnyaMeski hanya kata-kata, rangkaian motivasi ini akan menjadi sumber inspirasi dan pembakar semangat bagi mereka yang terus melangkah maju dalam pendidikan.
Baca Selengkapnya