Letusan freatik tak mengubah bentuk kawah Gunung Merapi
Merdeka.com - Letusan freatik Gunung Merapi terjadi sekitar pukul 07.40 WIB selama lima menit pada Jumat (11/5). Meskipun demikian, letusan freatik yang terjadi tak memengaruhi kondisi morfologi atau bentuk kawah gunung.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida.
"Letusan freatik yang terjadi tak mengubah morfologi kawah Gunung Merapi. Setelah letusan freatik reda, tidak ada aktivitas erupsi susulan. Pemantauan yang kami lakukan juga tidak ada hembusan lagi," katanya, Jumat (11/5).
-
Bagaimana gempa bumi memicu letusan? Gempa ini terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Akibat pergerakan ini, magma yang tersimpan di dalam bumi dapat naik ke permukaan dan menyebabkan gunung meletus.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Mengapa Gunung Merapi mengeluarkan lava? Morfologi kubah lava di puncak Gunung Merapi juga mengalami perubahan.
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Mengapa Merapi mengalami gempa guguran? Gempa guguran biasanya terjadi setelah erupsi disebabkan guguran lava yang terjadi pada sistem pembentukan lava.
Hanik menerangkan terjadinya letusan freatik disebabkan karena ada akumulasi gas di bagian conduit (saluran) di mana terdapat material dalam kondisi rapuh. Adanya akumulasi gas dan tekanan kuat dari bawah kemudian menyebabkan terjadinya letusan freatik.
"Gunung api yang aktif ada gas selalu diriliskan. Di puncak (Gunung Merapi) masih ada material. Saat gas di permukaan, tak semua teriliskan. Kemudian ada resapan air dan menimbulkan uap. Yang dihembuskan (pada letusan freatik) ini uap dan abu. Karakter gunung berapi Merapi secara umum seperti ini," urai Hanik.
Hanik menambahkan suhu di sekitar lokasi di puncak Gunung Merapi saat terjadi letusan mencapai 80 derajat celcius. Meskipun demikian saat ini suhu sudah mengalami penurunan.
"Masyarakat tidak perlu panik tetapi tetap waspada. Gunung Merapi saat ini berstatus normal. Radius aman sekitar dua kilometer," tutup Hanik.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Material-material gunung seperti abu vulkanik, air dan gas saling bertabrakan, lalu menghasilkan listrik statis.
Baca SelengkapnyaTerkait akankah ada erupsi susulan yang lebih besar, PVMBG tidak bisa memprediksi.
Baca SelengkapnyaDentuman Terdengar saat Erupsi Gunung Marapi, Ini Penjelasan Badan Geologi
Baca SelengkapnyaFenomena yang terjadi di Desa Tambak, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu termasuk hal biasa.
Baca SelengkapnyaGunung Marapi di Sumatera Barat kembali meletus pada Rabu siang pukul 12.40 WIB. Namun, tinggi kolom abu tidak bisa teramati.
Baca SelengkapnyaBeberapa batuan seukuran truk menggelinding dari puncak Gunung Merapi dan terdampar di tempat itu
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif.
Baca SelengkapnyaGundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Marapi Sumatera Barat kategori freatik yang waktunya sulit diprediksi karena berada di permukaan.
Baca SelengkapnyaSetelah satu dekade, Ilmuwan akhirnya berhasil ungkap misteri di balik kawah besar di Siberia.
Baca SelengkapnyaGunung ini terbentuk dari letusan gunung berapi Ranakah Poco Mandasawu pada tahun 1987.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet yang saat ini masih berstatus waspada atau level II dipantau secara visual dan instrumental.
Baca Selengkapnya