Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lewat aplikasi Telegram, banyak lahir teroris 'Lone Wolf'

Lewat aplikasi Telegram, banyak lahir teroris 'Lone Wolf' Ilustrasi Teroris. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku menemukan 17 kasus penggunaan telegram untuk merencanakan aksi terorisme dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Aplikasi telegram disebut menjadi kanal favorit para teroris karena aman dan sulit dideteksi polisi.

"Jadi gini Telegram ini dari hasil temuan polri khususnya Densus ada 17 kasus yang terkait dengan penggunaan Telegram ini," kata Tito di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/7).

Sejumlah aksi teror bom direncanakan melalui aplikasi Telegram, semisal kasus bom Thamrin hingga penyerangan Polda Sumatera Utara. Tito menyebut saat ini berkembang gerakan teroris nonstruktur, tanpa pemimpin dan bergerak sendiri atau dikenal dengan istilah Lone Wolf (serigala sendiri).

"Mulai dari kasus bom Thamrin dan lain-lain. Kemudian sekarang ini juga berkembang fenomena lone wolf jadi mereka tidak terstruktur tapi masing-masing bergerak sendiri menjadi radikal sendiri melalui penggunaan itu sekarang ini," terangnya.

Kelompok nonstruktur ini, kata Tito, berlatih merakit bom melalui internet hingga percakapan via aplikasi seperti Telegram. "Jadi latihan pun kalau dulu dr Azhari ngajarin murid-murid membuat bom langsung sekarang tidak, langsung online, chat. Nanti campur ini, nanti campur ini, survei langsung nanti di-sharing. Nah, Telegram salah satu favorit mereka sekarang ini," jelas Tito.

Sebab, menurutnya, fitur aplikasi percakapan buatan Rusia ini memiliki banyak keunggulan dibanding aplikasi lain. Pertama, telegram bisa menampung hingga 10.000 anggota dan adminnya tidak diketahui.

"Ini bisa membuat namanya super group, bisa membuat sampai 10.000 baik yang bisa privat bahkan bisa masuk kelompok lain, member lain, tanpa ketahuan adminnya siapa, beda dengan wa group yang ada adminnya," tambahnya.

Keunggulan lainnya, aplikasi ini tidak bisa dienskripsi dan disadap. Selain itu, akun dan nomor di telegram juga tidak dapat diketahui sehingga sulit dilacak.

"Account bisa tersembunyi, tidak ketahuan nomornya tapi dia bisa cukup dengan menggunakan user name, saling kontak chat to chat hanya dengan user jadi dia tidak ketahuan. Sulit dilacak," pungkasnya.

(mdk/ang)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis

Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali.

Baca Selengkapnya
BNPT Ungkap Internet dan Medsos jadi Salah Satu Penyebar Ekstremisme, Berikut Datanya
BNPT Ungkap Internet dan Medsos jadi Salah Satu Penyebar Ekstremisme, Berikut Datanya

BNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.

Baca Selengkapnya
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti

Jenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.

Baca Selengkapnya
Admin Telegram Pembajak Series Lokal Vidio Berhasil Diringkus
Admin Telegram Pembajak Series Lokal Vidio Berhasil Diringkus

Penangkapan pertama dilakukan pada Februari 2024 silam pada tersangka Renaldi berusia 22 tahun.

Baca Selengkapnya
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri
Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri

Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.

Baca Selengkapnya
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial
Pegawai KAI Teroris Simpatisan ISIS Bergerak Sendiri Menyebarkan Propaganda di Media Sosial

Salah satu simpatisan ISIS bergerak sendiri adalah DE, karyawan BUMN yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.

Baca Selengkapnya
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran

Kepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Terus Diingatkan Waspadai Penyalahgunaan AI untuk Penyebaran Disinformasi
Masyarakat Terus Diingatkan Waspadai Penyalahgunaan AI untuk Penyebaran Disinformasi

Perlunya materi pengenalan AI dimasukkan dalam kurikulum formal di bangku sekolah.

Baca Selengkapnya
Gandeng TNI dan BNPT, Kominfo Blokir 174 Akun Radikalisme
Gandeng TNI dan BNPT, Kominfo Blokir 174 Akun Radikalisme

Kominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.

Baca Selengkapnya
Densus 88 Bongkar Modus Penyelundupan Dana Teroris via Kripto Rp6 M Dikirim ke Suriah
Densus 88 Bongkar Modus Penyelundupan Dana Teroris via Kripto Rp6 M Dikirim ke Suriah

Pengiriman dana memakai cryptocurrency ke Suriah, berkaitan dengan kelompok teroris AD

Baca Selengkapnya
Pamer Senjata Tajam di Media Sosial, 16 Remaja Kelompok Gangster Ditangkap Polisi
Pamer Senjata Tajam di Media Sosial, 16 Remaja Kelompok Gangster Ditangkap Polisi

Penangkapan para remaja tersebut dilakukan setelah polisi melakukan patroli siber.

Baca Selengkapnya
Strategi Kapolri Antisipasi Teroris saat Pemilu 2024
Strategi Kapolri Antisipasi Teroris saat Pemilu 2024

Sigit menyebut bahwa ada kelompok yang terafiliasi dengan teroris menumpang aksi saat terjadi perbedaan pendapa

Baca Selengkapnya