Lihat gerhana matahari, warga Solo gunakan film bekas rontgen
Merdeka.com - Banyak cara untuk bisa menyambut dan menyaksikan peristiwa langka gerhana matahari total. Meski hanya 88,5 persen, namun antusias warga Solo dan sekitarnya sangat tinggi. Di Kecamatan Kartasura misalnya, warga memanfaatkan bekas film rontgen untuk menikmati fenomena alam yang baru akan terjadi ratusan tahun lagi.
"Saya mau beli kacamata tidak punya uang, harganya mahal. Kemarin diberi tahu tetangga, katanya pakai film bekas rontgen bisa. Kebetulan saya dulu pernah dirontgen, saya pernah kecelakaan dan dirontgen karena tulang bahu saya patah, dan masih saya simpan. Jadi ini saya pakai untuk lihat gerhana," ujar seorang pengayuh becak di Pasar Kartasura, Martoyo (56).
Martoyo mengaku, dulu saat terjadi GMT tahun 1983, dirinya tak sempat menyaksikan langsung. Dia bersama warga melakukan salat gerhana di masjid kampung. Dia mengaku bahagia, hari ini bisa menyaksikan langsung gerhana bersama kedua anaknya meski dengan alat sederhana.
-
Mata apa yang nggak pakai kacamata? Mata apa yang nggak pake kacamata?Jawaban: Mata kaki.
-
Siapa yang bisa terkena mata kering? Dry Eye atau sindrom mata kering, adalah kelainan multifaktorial pada lapisan air mata yang menyebabkan rasa tidak nyaman seperti nyeri, sensasi mengganjal, dan mudah iritasi, serta gangguan penglihatan.
-
Kenapa warga Kampung proklim Sukasari menggunakan tenaga surya? 'Proklim ini juga bukan hanya sekadar pemanfaatan sampah. Tetapi, bagaimana menciptakan lingkungan yang sehat dan masyarakat yang guyub,' katanya lagi.
-
Bagaimana gerhana matahari terjadi? Meskipun saat ini kita memiliki pemahaman ilmiah yang lebih mendalam tentang gerhana matahari, namun mitos-mitos yang mengelilingi peristiwa ini tetap memikat dan memberikan warna tersendiri dalam pandangan manusia terhadap alam semesta.
-
Apa manfaat matahari untuk manusia? Matahari sangat penting bagi organisme manusia.
Tak hanya Martoyo dan anaknya, sejumlah warga dan beberapa pengayuh becak lainnya juga memanfaatkan film bekas rontgen yang digunakannya.
"Senang bisa liat gerhana matahari. Bulannya tinggal separuh tadi pas saya lihat. Sebenarnya mau beli kacamata biar bisa lama lihatnya, tapi nggak tahu belinya dimana. Pakai kertas film rontgen ini malah bisa rame-rame, seru pokoknya," kata Rudyanto, warga Pasar Kliwon, yang menyaksikan bersama warga lainnya di Bundaran Gladag Solo.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaSumber air di tengah hutan itu kondisinya keruh, namun warga tak punya pilihan lain.
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca SelengkapnyaDi era modern saat ini ternyata di Indonesia masih ada salah satu kawasan yang tidak dialiri listrik.
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Jakarta Utara bukan hanya menjadi langganan banjir rob sebagai dampak krisis iklim, tetapi juga menghadapi krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan, ratusan warga Desa Sukagalih, Jonggol, Bogor terpaksa memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan aliran Sungai Cihoe.
Baca SelengkapnyaWarga rela antre untuk mendapatkan air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaMirisnya, ia hanya mendapat pendapatan tak seberapa dari hasil kerja kerasnya tersebut.
Baca Selengkapnya