LIPI Minta Pemerintah Libatkan RT/RW Perbarui Data Penerima Bansos
Merdeka.com - Polemik data penerima Bantuan Sosial (Bansos) tak pernah kunjung usai. Bahkan di DKI Jakarta sekalipun, data penerima Bansos masih semrawut, hingga penyaluran bantuan untuk warga terdampak Covid-19 dihentikan sementara.
Pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Carunia Mulya Hamid Firdausy meminta, pemerintah menggunakan data terbaru yang telah diberikan atau dilaporkan oleh RT/RW setempat. Dengan begitu, penyaluran bansos efektif dan tepat sasaran.
"Mestinya kita itu menyerahkan kepala desa atau lurah, kan mereka itu yang punya data, tahu siapa mau mengerjakan apa. Jadi itu kondisinya bagaimana, jadi jangan pakai data di luar dari mereka dan dinamika dari desa atau kampung itu mereka yang tahu. Jadi serahkan kepada RT, RW atau ke lurah. Kaya gitu menurut saya," kata Carunia saat dihubungi merdeka.com, Selasa (28/4).
-
Apa yang diselamatkan Kemensos terkait penyaluran Bansos? Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyampaikan progres perbaikan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang di tahun 2020 banyak mendapatkan catatan dari BPK, BPKP, dan KPK. Dalam acara yang diselenggarakan di Gedung ACLC KPK tersebut Mensos Risma menyatakan potensi kerugian negara penyaluran Bansos lebih dari Rp523 M/bulan dapat diselamatkan melalui penidaklayakan penerima Bansos yang dilakukan bersama Pemerintah Daerah sebanyak 2.284.992 Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
-
Siapa saja yang bisa terima Bansos PKH? Adapun beberapoa kriteria penerima Bansos PKH, yaiitu ibu hamil, memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, atau anak sekolah usia 15 sampai 18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun.
-
Apa itu Bansos PKH? Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu inisiatif bantuan sosial yang diluncurkan oleh pemerintah untuk mendukung keluarga yang kurang beruntung.
-
Mengapa realisasi perlinsos Kemensos tahun 2023 rendah? 'Ini yang menjelaskan pada saat kami menjelaskan kenaikan 2 bulan pada bansos Kemensos mencapai cukup tinggi adalah akibat baseline 2023 dari bansos Kemensos pada bulan Januari—Februari yang memang waktu itu rendah akibat masih adanya penataan kembali kerja sama antara Kemensos dan perbankan,' ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Dia ingin, segera adanya perubahan data secara cepat dalam membagikan bansos untuk masyarakat terdampak corona. Jika tidak, itu akan memperburuk keadaan masyarakat.
"Diubah (sistem atau data), apalagi ini kan kegiatan yang harus cepat dan satu ini tak boleh kaya terlalu juga ketat. Dinamika orang berubah, yang tadinya hampir miskin sekarang jadi miskin, yang miskin jadi tambah miskin. Jadi dinamika itu yang mestinya sudah diubah, ukurannya juga sudah harus diubah. Nah itu yang tahu itu para Kelurahan, RT, RW," ujarnya.
Tambah Bansos Lagi
Tak hanya mengubah data atau sistem saja, ia ingin agar pemerintah menambah lagi bansos untuk masyarakat. Hal itu agar masyarakat yang sudah terdata oleh pihak RT, RW atau Lurah yang semula tidak dapat agar dapat menerimanya.
"Enggak (ditarik), jadi ditambah (bansos). Menurut saya harus ditambah, dari data yang sudah ada ya artinya terutama. Ya ini kan yang repotnya itu takut ada duplikasi kan, ada dua orang yang sama atau ada nama tapi orangnya sudah meninggal atau pindah tempat. Jadi kan pasti ada kelebihan atau ada orang yang masuk, nah orang yang enggak kebagian ini kan orang yang enggak masuk, jadi artinya tidak terdaftar," ungkapnya.
Ia menegaskan, untuk bansos pada bulan berikutnya sudah tidak lagi menggunakan data yang lama. Melainkan menggunakan data terbaru dan juga ditambahkannya bansos.
"Iya, jadi intinya harus dapat semua. Jadi artinya bukan lagi pakai ukuran yang biasa dipakai untuk itu sudah enggak, untuk sementara ini sudah keadaan darurat. Tapi bukan berarti ada orang kaya dikasih, bukan. Itu kan yang hanya tahu itu Pak Lurahnya termasuk RT/RW," tegasnya.
Ia juga ingin harus adanya ketegasan dari pihak Kelurahan yang menerima bansos untuk warganya dari pemerintah, tapi tak sesuai dengan data yang telah diberikan oleh RT dan RW.
"Iya (tegas) orang kantongnya dia, kalau enggak tolak, kasarnya begitu. Orang kampungnya dia, desanya dia, dia harus tunduk sama aturan desa. Misalnya ini orang begini-begini, kalau enggak bisa dibunuh itu kepala desa atau RTnya. Kalau dia ikutin data yang dikasih yang bukan datanya dia, karena dianggap pilih kasih," ujarnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Teguh mengatakan, penyaluran bansos merupakan titik rawan jika dilakukan pada saat Pilkada.
Baca SelengkapnyaBagi Warga Jakarta bisa cek status penerimaan bansos melalui link ini
Baca SelengkapnyaDisdik DKI Jakarta saat ini pihaknya sedang dalam proses memastikan kesesuaian data penerima bantuan sosial.
Baca SelengkapnyaKetua MK Suhartoyo menanyakan penyebab pembagian Bansos 2023 mundur
Baca SelengkapnyaDinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta menemukan, sebanyak 1.143.639 orang tak layak menerima bantuan sosial.
Baca SelengkapnyaPemerintah disebut tidak lagi menggunakan data Kemensos, melainkan data Kemenko PMK.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI akan Beri Bansos ke Warga Pendatang Ber-KTP Jakarta, Apa Syaratnya?
Baca SelengkapnyaDaftar lengkap Bansos Kemensos Desember 2024, cara mengecek status penerima, dan kriteria kelayakan penerima manfaat.
Baca SelengkapnyaMendagri Tito Karnavian setuju atas usulan penyaluran bantuan sosial dihentikan sementara waktu menjelang pelaksanaan Pilkada 2024 hingga selesai.
Baca SelengkapnyaPenjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono membantah sebanyak 4.723 atau 90 persen penyandang disabilitas di Cakung yang belum mendapatkan bansos.
Baca SelengkapnyaWamendagri Bima Arya Sugiarto menegaskan aturan tersebut dikecualikan kepada daerah yang mengalami bencana seperti NTT.
Baca SelengkapnyaTPN Ganjar-Mahfud membantah untuk mengusulkan agar penyaluran bantuan sosial (bansos) ditunda.
Baca Selengkapnya