LIPI Sebut NU Paling Keras Tolak Intoleransi, HTI Hingga Reuni Aksi 212
Merdeka.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir memberikan analisanya mengenai isu radikalisme dan intoleransi yang mengemuka di tahun politik. Dari pengamatan LIPI lewat jejak media daring dan sosial, Nahdlatul Ulama (NU) menjadi kelompok yang paling keras menolak intoleransi tumbuh di Indonesia.
Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi bertema Quo Vadis Demokrasi: Mekanika Elektoral dalam Arus Politik Identitas di markas Para Syndicate, Jl Wijaya Timur 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/12).
"NU penolak (intoleransi)," kata Mudzakkir.
-
Bagaimana NU dan Muhammadiyah berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Bagaimana cara NU memperjuangkan umat Islam? Partai ini memperjuangkan kepentingan umat Islam terutama masyarakat Islam yang berada di kelas bawah.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah ada di Indonesia? Salah satu alasan utama bagi pertumbuhan ini adalah kehadiran dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Bagaimana cara NU dan Muhammadiyah menjalankan dakwah? Pola hubungan tersebut mempunyai kesinambungan dengan pola dakwah Nahdlatul Ulama’ yang mengambil wilayah dakwah kultural. Ini menyebabkan arah dan perjuangan dakwah Nahdlatul ulama’ tidak bisa dilepaskan dari proses dan perkembangan budaya dan tradisi yang ada di masyarakat.
Dia menambahkan, dari jejak media juga diketahui bahwa NU sangat keras terhadap organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan pemerintah maupun soal isu reuni akbar 212.
"Lebih keras dari kelompok kelompok yang lain karena ini dianggap bagian dari politik bukan agama. Dan ini bisa direkam lewat jejak digital, dan kami punya software untuk (menganalisa) dan NU memang cukup (kuat menolak intoleransi) terutama PBNU," tegasnya.
Penolakan NU terhadap isu intoleransi jelas terlihat dari rekam jejak digital. Baik media online maupun media sosial. Ini pun memunculkan analisa, jika berbicara konservatisme politik di Indonesia, berasal dari sebuah fanatisme keagamaan. Tapi resep penyembuhan intoleransinya juga dari keagamaan.
"Jadi penolakan terhadap penolakan intoleransi politik muncul dari agama," ucap dia.
Diskusi juga dihadiri Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo, Pengamat Politik asal President University Mohamad AS Hikam dan Budayawan sekaligus intelektual Islam Mohammad Sobary.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaSemakin kita menyatakan diri sebagai orang yang punya iman, maka besar tanggung jawabnya untuk mengedepankan toleransi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaKetua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Abdullah Latopada merespons tagar #SantriMenolakPolisi yang viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaRomo Benny menyampaikan harapannya agar Indonesia tidak mudah dipecah belah oleh perbedaan kebudayaan atau keagamaan.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca Selengkapnya