Lokasi koin emas di Aceh bekas perakitan senjata 400 ahli Turki
Merdeka.com - Gampong Pande (Desa Pinter) heboh menyusul temuan koin emas di rawa-rawa. Di desa yang terletak di titik nol Banda Aceh itu dulunya lokasi tempat perakitan persenjataan Kerajaan Aceh Darussalam.
Bahkan ketika masa kepemimpinan kerajaan Sultan Alkahar mengundang 400 tenaga ahli perakitan persenjataan dan meriam dari Turki. Saat itu, agenda besarnya adalah untuk mengusir Portugis yang telah menjajah kerajaan Aceh Darussalam saat itu.
"Gampong Pande ini pusat pembuatan senjata, ada banyak meriam besar-besar dibuat di sini, bahkan raja mengundang 400 tenaga ahli dari Turki kala itu," tegas salah seorang sejarawan Aceh, Rusdi Sufi, Selasa (12/11) di Banda Aceh.
-
Siapa yang menemukan koin emas tersebut? Penemuan ini diumumkan pada 27 Agustus lalu oleh Dr. Stiliyan Ivanov dari Institut Sejarah Nasional dengan museum di Akademi Ilmu Pengetahuan Bulgaria, yang memimpin ekspedisi arkeologi yang menjelajahi benteng 'Kaleto' di atas desa tersebut.
-
Siapa yang menemukan koin emas? Dari Abad ke-3 SM Dilansir laman Arkeonews, arkeolog yang menggali situs Tophet, Kartago, mengumumkan temuan kumpulan persembahan untuk ritual itu.
-
Bagaimana koin emas tersebut ditemukan? Ketika tim arkeolog Prancis menggali situs ini pada 1921, mereka menemukan lebih dari 20.000 tempayan, masing-masing berisi abu seorang anak (sebagian besar baru lahir, tetapi ada juga anak-anak hingga usia empat tahun).
-
Dimana koin emas ditemukan? Arkeolog menemukan lima koin emas yang berasal dari masa kekuasaan Justinian Agung (483-565) di Debnevo, desa terbesar di Kotamadya Troyan di Bulgaria utara.
-
Di mana koin emas ditemukan? Dari Abad ke-3 SM Dilansir laman Arkeonews, arkeolog yang menggali situs Tophet, Kartago, mengumumkan temuan kumpulan persembahan untuk ritual itu.
-
Dimana arkeolog menemukan koin emas? Arkeolog di Bulgaria menemukan lima koin emas saat menggali di desa Debnevo, di wilayah utara negara tersebut.
Dijelaskannya, perakitan persenjataan tersebut guna untuk melawan penjajahan yang dilakukan oleh Portugis saat itu.
"Portugis saat itu menjajah Aceh Darussalam untuk menghancurkan peradaban Islam kala itu," jelas Rusdi.
Hal ini juga dibenarkan oleh salah seorang kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid, bahwa Gampong Pande selain pusat kerajinan juga gudang persenjataan yang besar untuk melawan Portugis. "Benar, di situ juga dulu gudang persenjataan dan tempat perakitan senjata seperti meriam," ulas Tarmizi.
Rusdi Sufi meminta Pemerintah Aceh untuk bertanggung jawab soal kelestarian artefak peninggalan masa kesultanan di masa lampau itu. Pasalnya, itu sudah menjadi cagar budaya yang sudah dilindungi dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia.
"Semestinya pemerintah harus bergerak cepat menyelamatkan artefak itu, karena itu cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya," kata Rusdi Sufi di kantornya, Selasa (12/11).
Harusnya, pemerintah proaktif menyelamatkan artefak itu sebagai bukti kejayaan kerajaan di Aceh di masa lampau. "Jangan sampai kekayaan artefak Aceh itu dimiliki oleh orang lain di luar negeri," jelas Rusdi.
Sedangkan kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid menyebutkan, pemerintah semestinya harus mencegah artefak Aceh berpindah tangan pada negara lain. Saat ini, ia sendiri kecewa pada pemerintah yang dinilai lambat dalam bergerak. "Pemerintah harus buat aturan segera terkait dengan itu, semestinya pemerintah harus cepat bergerak dan bila perlu pemerintah menebus koin emas itu dari warga yang menemukannya," tukas Tarmizi.
Selain itu, kepentingan untuk menyelamatkan artefak itu untuk kepentingan pendidikan. Jadi penting pemerintah mempersiapkan tim ahli untuk melakukan penelitian lebih lanjut. "Perlu diteliti lebih lanjut, termasuk untuk kepentingan memastikan keasliannya," sebut Tarmizi. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat itu penduduk hendak menguburkan seorang warga yang baru meninggal.
Baca SelengkapnyaKoin-koin ini digunakan untuk menggaji tentara bayaran.
Baca SelengkapnyaCerita penemuan harta karun bermula ketika keenam buruh sedang menggali tanah sawah untuk dijual sebagai tanah urug.
Baca SelengkapnyaArkeolog di Bularia menemukan koin-koin dan cetakan emas di sebuah bengkel di kota kuno yang berada di atas bukit.
Baca SelengkapnyaMengapa koin ini dikubur di dalam tanah masih menjadi misteri.
Baca SelengkapnyaHarta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Baca SelengkapnyaTumpukan harta karun ini berasal dari tahun 1200 Sebelum Masehi (SM).
Baca SelengkapnyaHarta karun berupa ribuan keping koin ini memiliki berat total 15 kilogram.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Harta Karun dari Zaman Perunggu yag Sengaja Dikubur, Ada Gelang sampai Mata Tombak
Baca SelengkapnyaStruktur makam yang ditemukan arkeolog berbeda dari pemakaman kuno pada umumnya.
Baca SelengkapnyaKoin-koin itu diduga dulunya milik seorang petani kaya di daerah tersebut.
Baca SelengkapnyaArkeolog juga menemukan harta karun berupa puluhan keping koin perak.
Baca Selengkapnya