Lorong cendol, tempat produksi cendol legendaris di Makassar
Merdeka.com - Cendol dari tepung beras rupanya jadi favorit di bulan Ramadan. Pasalnya, penganan cendol ini bisa menjadi bahan berbagai sajian menu. Seperti es cendol yang dicampur gula merah, santan dan serutan es batu, juga bisa jadi bahan campuran es buah, sop buah dan macam-macam modifikasi untuk takjil yang menyegarkan.
Di Makassar, ada lorong 166 di Jalan Barukang Raya, di Kelurahan Cambayya, Kecamatan Ujung Tanah dikenal dengan julukan lorong cendol. Karena di lorong itu ada empat keluarga yang cukup terkenal dengan produksi cendolnya setiap hari. Memang hanya empat rumah yang bertetangga mengelola usaha pembuatan cendol itu, tetapi warga sekitar turut memanfaatkan keberadaannya. Mereka bisa jadi tenaga bantu di waktu-waktu tertentu di tempat itu dengan imbalan Rp 20 ribu sehari sebagai tenaga pembungkus paket cendol.
Pasaran cendolnya juga bukan hanya di Kota Makassar tetapi hingga kabupaten-kabupaten terdekat seperti Maros, Pangkep dan Barru. Khususnya di bulan Ramadan. Permintaan meningkat, alhasil produksi pun harus ditingkatkan untuk melayani permintaan yang membanjir sehingga tenaga kerja juga harus ditambah.
-
Apa itu cendol? Meskipun namanya berbeda-beda, seperti cendol, chendol, nom lort, lot chong, dan mont let saung, penampilannya hampir serupa.
-
Bagaimana cendol dibuat? CNN menjelaskan bahwa es cendol terbuat dari santan yang disajikan dengan sirup gula aren serta jeli hijau rasa pandan yang terbuat dari tepung ketan.
-
Dimana cendol pertama kali muncul? Istilah 'cendol' pertama kali muncul pada tahun 1932 dalam Proyek Konkordansi Melayu, yang mencatat daftar makanan di Kuala Lumpur pada masa itu.
-
Apa bahan utama dari cendol? Bahan utama dalam pembuatan cendol adalah tepung hunkwe atau tepung kacang hijau.
-
Bagaimana ciri khas rasa makanan Makassar? Meskipun kuliner di Kota Makassar identik dengan penggunaan bumbu rempah, namun rasanya nggak begitu berat dan enek saat masuk ke mulut. Sehingga bisa kamu santap berkali-kali hingga puas.
-
Coto Makassar apa? Coto Makassar merupakan salah satu makanan berkuah tertua di Nusantara. Makanan ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Gowa sekitar 1538 Masehi di wilayah selatan kota Makassar.
Hajjah Halijah (53), salah satu pembuat cendol sekaligus perintis di lorong cendol itu sejak 15 tahun silam. Produksi cendolnya meningkat 100 persen sejak awal masuk Ramadan. Yang biasanya mempoduksi cendol hanya 1.500 bungkus dari tepung beras sebanyak 150 kilogram, kini harus memproduksi hingga 2.500 bungkus dari 250 kilogram tepung beras.
Untuk pengerjaannya demi memenuhi permintaan langganannya yang datang hingga luar daerah itu, nenek bercucu 12 orang ini melakukan penambahan tenaga kerja. Yang biasanya hanya lima orang kini menjadi 25 orang yang rata-rata sebagai tenaga pembungkus.
"Jadi cendolnya mulai dikerja malam hari, pukul 21.00 Wita dari memasak bahan baku tepung beras, memasukkan dalam kotak berlubang sebagai cetakan lalu diwarnai yang biasanya warnah hijau kemudian dibungkus. Pagi harinya dijemput oleh pemesan. Sehingga siang harinya para tenaga kerja bisa istirahat," kata Hajjah Halijah.
Satu bungkus cendol, diratakan harganya Rp 2.500 per bungkus. kata Hajjah Halijah, usaha cendolnya bisa bertahan hingga saat ini karena senantiasa menjaga kualitas. Dia menjamin, cendol buatannya tidak menggunakan pengawet jenis apapun.
"Karena tidak menggunakan pengawet maka hanya bisa tahan kurang lebih sehari. Tapi yang seperti ini dicari warga karena dirasa lebih aman, tidak mengancam kesehatan. Cendol saya ini sudah sering diuji tim dari Dinas Kesehatan dan tidak pernah menemukan adanya tambahan bahan pengawet," kata Hajjah Halijah.
Adapun Yanti (38), juga salah seorang pembuat cendol mengaku, usaha cendol yang dilakoninya itu adalah warisan neneknya. Sehingga usaha penganan sederhana itu sudah tiga turunan yang membuat hidup hingga anak cucu.
"Sejak zamannya beras dijadikan tepung dengan cara ditumbuk menggunakan alu. Hingga saat ini proses beras jadi tepung sudah menggunakan mesin," tutur Yanti seraya menambahkan, cendol ini dijual bareng dengan cincau, biji delima dan mutiara agar memudahkan orang untuk meracik. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nama ini bukan sekadar terinspirasi dari nama Ratu Inggris, melainkan terinspirasi dari nama salah satu pelanggannya yang bernama Eli.
Baca SelengkapnyaKuliner legendaris itu sudah ada sejak tahun 1964.
Baca SelengkapnyaMbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Baca SelengkapnyaLontong kari Kebon Karet selalu jadi incaran masyarakat umum sampai para pejabat. Resepnya otentik sejak 1966
Baca SelengkapnyaAntrean tampak mengular sampai di gedung-gedung sekitar lapak.
Baca SelengkapnyaIntip fakta unik es cendol Elizabeth yang melegenda sejak 1972
Baca SelengkapnyaTauco ini tercatat sudah ada sejak 1880. Pada awalnya tauco ini dijual dengan cara berkeliling
Baca SelengkapnyaWarung soto ini telah berdiri sejak tahun 1958, dengan mempertahankan cita rasa.
Baca SelengkapnyaKue ini dulu jadi santapan raja dan para bangsawan Kerajaan Gelang-Gelang. Kini bisa dinikmati siapa saja.
Baca SelengkapnyaWarga lokal hingga mancanegara sering memburu kerupuk ini. Diproduksi sejak 94 tahun lalu, kelezatannya dipuji banyak orang.
Baca SelengkapnyaPada era Hindia Belanda, pabrik ini menjadi andalan pemerintah waktu itu untuk menyuplai kebutuhan tembakau dunia.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana bekerja sebagai petani kopi yang dibayar Rp25 ribu per setengah hari.
Baca Selengkapnya