Lulus Predikat Cumlaude dari IPB, Anak Tukang Ojek Raih IPK 3,95
Merdeka.com - Lutfi Rahmaningtyas (22) anak seorang tukang ojek asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menjadi lulusan terbaik Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan-IPB). Lutfi mendapatkan indeks prestasi kumulatif atau IPK 3,95 dengan predikat 'Cumlaude'.
Bertempat di Graha Widya Wisuda IPB Kampus Dramaga, Bogor, Rabu, Lufti didampingi oleh ayahnya Juwari (54) dan ibunya Sri Lestari (49) menghadiri prosesi Wisuda tahap III tahun ajaran 2018/2019.
"Setelah lulus saya berencana bekerja secara profesional di mana pun untuk mengambil andil dalam upaya konservasi sumber daya hutan," katanya. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (12/12).
-
Bagaimana anak STIN mendapatkan pengalaman kuliah tanpa biaya? Taruna yang telah dinyatakan lolos seleksi akan mendapatkan banyak fasilitas yang mumpuni dan lengkap selama menempuh pendidikan. Namun fasilitas utama yang wajib diterima adalah tidak ada biaya kuliah alias gratis.
-
Apa usaha sampingan Bripka Lutfi? Bripka Lutfi Hakim, anggota Polri yang berdinas di Polres Pemalang, menjalani usaha sampingan beternak kambing perah.
-
Bagaimana Mas Ipin menyelesaikan kuliah S1 nya? Pria 33 tahun itu mengaku sangat berterima kasih kepada sang ibu, istri, adik-adik dan anak-anaknya. Berkat dukungan mereka ia akhirnya menyelesaikan pendidikan strata satunya di Unitomo Surabaya.
-
Bagaimana anak kurang mampu bisa kuliah di UGM? Ada banyak cara agar mereka bisa berkuliah di perguruan tinggi favorit. Salah satunya dengan menjadi siswa berprestasi dan masuk ke universitas favorit dengan jalur prestasi.
-
Siapa anak artis yang kuliah di IPB? Charlote Ramadhan, anak Shahnaz Haque dan Gilang Ramadhan, sekarang kuliah di IPB jurusan Kedokteran Hewan.
-
Kenapa Raffi bantu biaya sekolah? Informasi ini diungkapkan oleh adik almarhum, Dolly. Selain membantu dalam hal biaya sekolah, Dolly selaku anggota keluarga terdekat juga ikut memberikan bantuan untuk keperluan lainnya.'Semua yang berkaitan dengan sekolah sudah dibayarin Aa Raffi. Cuma dia kelas 4 SD saat itu kan, sekarang kelas 6 ada program baru, kayak beli ini (keperluan) baru nah itu nggak masuk, jadi ke saya,' ujar Dolly ketika diwawancara di wilayah Tendean, Jakarta Selatan.
Lutfi bercerita, keberhasilan yang diperoleh saat ini bukan tanpa perjuangan. Selepas kuliah, dia mengajar dan menjadi asisten dosen guna mendapatkan uang tambahan demi membiayai kuliahnya.
Walau bapaknya seorang tukang ojek yang biasa mangkal di Pasar Babadan, Semarang, dan ibu seorang ibu rumah tangga, tetapi kedua orang tuanya sangat mementingkan pendidikan Lutfi dan kedua adiknya.
"Bapak saya hanya lulusan SD, penghasilannya tidak menentu rata-rata Rp 30.000 sampai Rp 50.000. Bapak selalu bilang, kalau anak-anak bapak harus sekolah sampai tinggi," kata Lutfi.
Menurut Lutfi, walau bapaknya hanya seorang tukang ojek dengan penghasilan pas-pasan, tetapi memiliki komitmen untuk menyekolahkan anaknya dari SD sampai SMA. Bahkan tak jarang, bapaknya harus meminjam uang untuk biaya sekolah ketiga anaknya.
Beruntungnya Lutfi termasuk anak berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa yang membantu meringankan beban kedua orangtuanya. "Bapak pernah berpesan kepada kami bertiga kalau mempunyai kewajiban untuk menyekolahkan kami hingga SMA, selebihnya biaya sendiri," kata dara berhijab ini.
Lulus dari SMA Negeri 1 Ungaran, Kabupaten Semarang, Lutfi menerima beasiswa Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan masuk IPB melalui jalur SNMPTN.
Sebelum memulai perkuliahan, karena tidak memiliki ongkos untuk berangkat ke Bogor, Lutfi menggunakan waktu luang setelah lulus Ujian Nasional (UN) bekerja di pabrik Nissin. "Alhamdulillah, uang gajinya digunakan untuk ongkos ke Bogor," katanya.
Selama menempuh pendidikan di IPB, Lutfi tidak pernah mendapatkan kiriman uang dari kedua orang tuanya. Untuk memenuhi biaya hidup dan uang perkuliahan, Lutfi membagi waktu antara kuliah, kerja dan belajar. Ia mengajar di Bimbel mitra PPKU. Dalam seminggu, dia mengajar tiga sampai empat kali. Karena jadwal kuliah yang cukup padat di Departemen KSHE dari Senin sampai Jumat, ditambah jadwal praktikum, Lutfi tidak mengambil banyak kelas, dan juga masih menyisakan waktu untuk berorganisasi.
"Saya harus mencari uang tambahan dengan mengajar les di bimbel terutama untuk membayar biaya praktikum yang mengharuskan ke lapang," katanya.
Lutfi menamatkan pendidikan dari program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Dia bercita-cita ingin melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
Di balik kebahagiaannya hari ini, Lutfi sebenarnya sempat berduka beberapa bulan terakhir karena ayahnya terkena stroke ringan. Saat ini, ayahnya sedang rutin menjalani pengobatan dan belum bisa kembali mengojek.
Meski demikian, dia tak patah semangat. Justru Lutfi ingin membanggakan kedua orang tua dengan prestasi yang diraihnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah perjuangan driver ojek online banting tulang setiap hari demi lulus jadi Sarjana.
Baca SelengkapnyaFirman berjuang keras untuk mengangkat derajat keluarganya yang selama ini hidup miskin.
Baca SelengkapnyaKini ia sedang mencari beasiswa lain untuk biaya hidup di Jogja
Baca SelengkapnyaAyah wanita ini baru tahu anaknya ternyata kuliah saat momen wisuda putri tercintanya.
Baca SelengkapnyaMereka berjuang keras untuk menggapai di bangku SMA agar bisa masuk kampus favorit melalui jalur prestasi.
Baca SelengkapnyaDzikru berhasil menyelesaikan studinya di Polteknik Negeri Jakarta. Ia pun berhasil lulus dengan predikat cumlaude.
Baca SelengkapnyaAhmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.
Baca SelengkapnyaSeorang wisudawan UIN Walisongo mencuri perhatian publik setelah lulus tanpa mengerjakan skripsi.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaKedua sahabat tersebut merupakan driver ojol juga yang selalu bersama saat bekerja.
Baca SelengkapnyaPerjuangannya menempuh pendidikan tinggi dilalui dengan kerja keras dan pengorbanan.
Baca SelengkapnyaDia menghabiskan masa kecilnya dengan membantu sang ibu membuat tepung tapioka untuk dijual di pasar.
Baca Selengkapnya