Lulusan Vokasi Ahli Kewirausahaan Dinilai Bisa Tekan Angka Pengangguran
Merdeka.com - Disrupsi telah memberikan dampak nyata pada tren pekerjaan, khususnya bagi generasi millennial. Setelah lulus menempuh studi di jenjang pendidikan tinggi, kini mereka memiliki beragam pilihan pekerjaan. Tidak hanya sebatas sebagai pegawai, tetapi juga sebagai seorang entrepreneur atau wirausahawan yang mampu mencipatakan lapangan kerja.
Koordinator Kemitraan dan Penyelarasan Bidang Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Agus Susilohadi mengungkapkan, kemampuan kewirausahaan yang dimiliki oleh mahasiswa vokasi ini akan menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengangguran terdidik. Namun hal ini perlu didukung dengan ekosistem yang baik, serta komitmen pimpinan dalam mengembangkan skill wirausaha bagi para mahasiswanya.
"Kita saat ini berada di era disrupsi dengan salah satu tren-nya adalah gig economy. Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi wajib membekali lulusannya dengan kompetensi minimal yang dibutuhkan di masa ini, terutama aspek 4C (critical thinking, creativity, collaboration, communication) sebagai dasar kompetensi kewirausahaan," ujar dia pada webinar yang digelar Kemendikbudristek di Jakarta, Rabu (14/7).
-
Gimana pengaruh teknologi ke tenaga kerja? Kondisi ini ditambah efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai akibat inovasi teknologi
-
Apa tantangan Gen Z di dunia kerja? Generasi Z mengalami tantangan berat di dunia kerja saat ini. Stigma dengan individu yang kurang kompetitif cukup melekat pada generasi kelahiran 1997-2012 ini. Meskipun memiliki latar pendidikan mentereng, tak menjamin Generasi Z mudah diterima kerja.
-
Apa yang sedang trending dalam dunia pekerjaan? Seiring perkembangan zaman, penggunaan Bahasa Inggris pun kian meningkat pesat.
-
Kenapa Gen Z sulit mempertahankan pekerjaan? Salah satu kritik paling umum terhadap Gen Z secara umum adalah kurangnya motivasi yang dirasakan. Semua orang, mulai dari Generasi Milenial hingga Generasi Baby Boomer, gemar membicarakan keengganan Gen Z untuk bekerja 'keras' demi apa yang ingin mereka capai dalam hidup tanpa perlu menjelaskan alasannya.
-
Kenapa kelompok milenial rentan terhadap kecanduan gadget? Kelompok anak milenial menjadi yang paling rentan terhadap kecanduan ini, karena kebiasaan mereka yang selalu ingin terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru.
-
Kapan teknologi mulai mengubah pekerjaan? Dalam beberapa tahun terakhir, mesin dan otomatisasi semakin menggantikan peran manusia dalam berbagai sektor pekerjaan.
Agus menegaskan, semangat wirausaha yang ditumbuhkan dari pendidikan vokasi memiliki ciri khas tersendiri. Artinya, lulusan tidak boleh gagap dalam menerjemahkan kewirausahaan sehingga usaha yang dirintis nantinya bisa berbeda, dan utamanya mampu memberikan manfaat kepada masyarakat. Mereka nantinya akan menjadi social entrepreneur maupun technopreneur di bidang masing-masing.
Pentingnya skill wirausaha juga diungkapkan oleh dosen Universitas Indonesia yang kini menjadi salah satu tim Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Kemendikbudristek, Rifelly Dewi Astuti.
Menurutnya, mahasiswa sebagai calon tenaga kerja terdidik Indonesia harus memiliki pengetahuan dan skill yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Namun penawaran tenaga kerja sendiri setiap tahun tidak meningkat secara signifikan. Permintaan jauh lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja.
"Penting bagi insitusi pendidikan tinggi membekali mahasiswa dengan berbagai pengetahuan dan keahlian berwirausaha, sehingga mahasiswa sewaktu lulus nanti bukan hanya tergantung dengan pasar tenaga kerja yang terbatas, namun harapannya dapat menciptakan usaha sendiri bagi dirinya, dan bahkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitarnya," kata Rifelly.
Menumbuhkan kewirausahaan pada pendidikan vokasi yang cenderung memiliki porsi praktik lebih besar tidak terbatas dalam bentuk mata kuliah tersendiri. Justru dengan porsi praktik yang lebih besar, kemungkinan untuk mahasiswa mempelajari keterampilan, keahlian, bahkan sikap wirausaha melalui praktik akan semakin besar pula. Mahasiswa akan langsung terjun ke lapangan, dan mempraktikan ilmu, keahlian, bahkan membentuk sikap wirausaha pada saat praktik.
"Dengan pendidikan kewirausahaan yang embedded, mahasiswa mampu melihat peluang usaha sewaktu melakukan program kerja magang sehingga mampu memberikan solusi pada perusahaan tempat magang sekaligus menjadi peluang usaha bagi dirinya. Mereka diharapkan lebih memahami permasalahan riil yang ada pada industri, mampu memberikan solusi dan ide kreatif, serta mampu mewujudkan ide tersebut sebagai bentuk usaha di masa depan," tambah Rifelly.
Selain dari penguatan ekosistem kewirausahaan di kampus vokasi, para mahasiswa juga dapat meningkatkan skill wirausaha dengan cara mengasah pola pikir secara kritis dan kreatif, selalu melihat peluang, dan terus memperbaharui pengetahuan yang up to date dengan mengikuti berbagai pelatihan kewirausahaan.
Rifelly juga menjelaskan, membangun jejaring yang luas juga sangat penting untuk merintis usaha.
Dalam rangka memperkuat kampus vokasi dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada para mahasiswa, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek kini tengah membuka Program Penguatan Ekosistem Kewirausahaan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV). (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.
Baca SelengkapnyaPendidikan vokasi bisa menjawab tantangan ekonomi digital di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaDinamika pasar tenaga kerja berkembang lebih cepat dibandingkan dengan dinamika kapasitas input tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaPersoalan lapangan pekerjaan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Baca SelengkapnyaSandiaga membagikan ilmunya tentang kriteria yang diperlukan untuk menjadi pengusaha muda.
Baca Selengkapnya40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Baca SelengkapnyaGibran meminta milenial lulusan S2 untuk menjadi pengusaha. Ketimbang kesulitan mencari pekerjaan
Baca SelengkapnyaPuteri menyebut terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda.
Baca SelengkapnyaProgram Prakerja meningkatkan kebekerjaan, kewirausahaan, pendapatan, inklusi keuangan.
Baca Selengkapnya