Madinah juga punya mal, mulai paling murah sampai paling mahal
Merdeka.com - Pusat perbelanjaan atau mal memang selalu ada di mana saja, tak peduli di tempat konflik atau pun tempat-tempat yang asyik, termasuk juga di Tanah Suci, Madinah. Di Kota Nabi ini, juga bermunculan beberapa mal, mulai yang menjual barang-barang yang mewah, hingga barang-barang murah.
Merdeka.com sempat mampir ke beberapa mal tersebut. Maklum, dua dari 3 mal yang saya kunjungi letaknya tak jauh dari tempat kami menginap, Wisma Haji Madinah.
Mal pertama yang saya kunjungi Top Ten Mal, terletak persis di depan kantor Misi Haji Indonesia Madinah. Antara Mal dan wisma, cuma dipisahkan oleh tanah kosong luas. Jalan kaki cuma 50 meter saja.
-
Apa yang dijual di pasar murah? 'Untuk beras kami jual dengan harga Rp8.500 atau Rp42.500 per lima kilogram. Jadi harganya terjangkau oleh masyarakat. Apalagi kalau harga beras di pasaran mencapai Rp10-12 ribu. Selain beras, kami juga bawa minyak, gula, dan tepung terigu,' kata Ardiansyah Kristianto, PJS Asisten Manajer Bulog Surakarta, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Rabu (9/8).
-
Bagaimana cara mendapatkan harga lebih murah? Motor listrik Polytron menggunakan skema sewa baterai buat semua konsumennya. Sistem tersebut membuat harga motor bisa lebih murah dan konsumen tak perlu memikirkan soal kesehatan baterai yang menurun, bisa ditukar dengan yang baru.
-
Kenapa biaya haji plus lebih mahal? Semua peningkatan dalam fasilitas dan layanan premium ini menjadi alasan mengapa tarif haji plus jauh lebih tinggi dibandingkan dengan program haji reguler.
-
Negara apa yang paling murah? Posisi pertama untuk negara dengan biaya termurah adalah Pakistan.
-
Apa yang dijual? Dia merinci, luas tanah lokasi berdirinya masjid 300 meter persegi.'Sementara tanah kosong yang di belakang masjid kurang lebih luasnya juga 300 meter persegi. Jadi kurang lebih dua sertifikat itu luas lahannya 600 meter,' ungkapnya.
-
Lazada menawarkan apa saja di promo Ramadan Sale? Lewat promo Lazada Ramadan Sale kamu bisa menikmati diskon hingga 50% serta voucher bonus hingga Rp1 juta.
Di mal ini, kebanyakan yang dijual adalah aneka jenis kemeja, sepatu, baik untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa. Uniknya, mal ini menjual semua barang fashion dan kebutuhan penting lainnya dengan harga sama, 10 riyal. Ini sesuai dengan nama mal, Top Ten, barang-barang top, dijual cuma dengan ten riyal. Di mal ini, barang-barang yang dijual hampir semua produk dari China. Mulai dari baju, tas, kaos-kaos bola, dan sebagainya. Barang-barang yang dijual di mal ini rata-rata bercorak terang. Mungkin orang Saudi memang sukanya warna-warna seperti ini.
Sayangnya mal ini agak jorok. Toilet mal berlantai dua yang tidak terlalu besar ini airnya sampai tergenang ke luar toilet/kamar kecil.
Mal kedua, Mazaia Mall, masih satu jalan dengan Mall Top Ten. Jalan kaki sekitar 100 meter saja. Bedanya dengan Top Ten Mall, barang-barang yang dijual di mal ini lebih branded dan mahal. Penataannya pun lebih bagus. Pelayanannya juga lebih ramah.
Saat saya dan beberapa teman masuk mall ini, sekuriti yang menjaga pintu masuk mall malah minta difoto, saat tahu kami ke sini bawa kamera. Entah kenapa orang-orang Arab suka banget difoto. Tak jarang petugas-petugas pelayanan umum sering minta foto jika kita bawa kamera. Warga sipil Arab juga kerap melakukan hal yang sama. Tapi jangan sekali-kali iseng memotret orang di sini tanpa izin. Jika yang bersangkutan tidak berkenan, kita bisa dimarahi, atau bisa-bisa kita dilaporkan ke petugas keamanan.
mal di madinah ©2016 Merdeka.com/anwar khumaini
Tak jauh beda dengan Top Ten, Mazaia Mall sebagian besar menjual baju-baju dengan beraneka motif. Mungkin karena harganya relatif lebih mahal, mal ini cenderung lebih sepi dibanding Top Ten.
Saya sempat bertemu dengan beberapa pengunjung yang ternyata adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Salah seorang dari mereka, Aisyah, mengaku sering main ke mal ini lantaran dekat dengan tempat tinggalnya.
"Di sini lumayan murah," kata Aisyah sambil menggendong anaknya. "Tapi ini bukan mall terbesar di sini," imbuhnya.
Aisyah tampak jalan-jalan santai bersama dua orang perempuan yang juga WNI. Tak jauh beda dengan perempuan-perempuan Arab lainnya saat berada di luar rumah, Aisyah juga mengenakan kebaya warna hitam, dipadu dengan kerudung warna serupa. Bedanya, Aisyah tidak pakai cadar.
Sementara mal terakhir yang saya kunjungi, Al Noor Mall, adalah mal paling elit yang kami kunjungi di Madinah. Mal ini lokasinya memang lebih jauh dari Masjid Nabawi.
Harus menggunakan mobil pribadi atau taksi lantaran di sini jarang dijumpai angkutan umum. Biasanya angkutan umum cuma melayani rute-rute masjid atau tempat ziarah saja.
Beda dengan dua mal sebelumnya, mal ini selain luas dan modern, juga memiliki basement yang luas. Sementara dua mal sebelumnya tak memiliki basement, sehingga mobil pengunjung cuma diparkir di depan mal atau di tempat lapang di sekitar mal itu.
Sekilas masuk ke Al Noor mall, memang tak jauh beda dengan mal di Indonesia. Mal ini menjual barang-barang beragam yang branded dengan penataan yang lebih modern.
Bahkan di mal ini juga menjual pakaian dalam wanita yang terpasang vulgar di etalase-etalase toko. Carrefour juga ada di mal ini.
Kami mampir di lantai dua mall yang kata rekan kami mirip Plaza Senayan kalau di Indonesia tersebut. Di lantai dua kami memilih food court, yang ternyata sangat luas.
Selain diisi puluhan tenant yang menjual aneka makanan baik merek lokal maupun
franchise asing, di tempat food court ini juga terdapat aneka permainan anak-anak, semisal kereta gantung, serta permainan-permainan yang memacu adrenalin.
Harga di mal ini relatif lebih mahal dibanding dengan dua mal sebelumnya, tak jauh beda dengan mal-mal di Indonesia. Misalnya harga jus semangka, untuk ukuran grande dijual dengan harga 11 riyal. Padahal untuk jus kemasan di toko-toko harganya cuma 2 sampai 3 riyal saja.
Perlu diketahui, barang-barang yang dijual di Arab Saudi ternyata harganya lebih murah jika dibandingkan dengan di Indonesia. Baik itu fashion, atau peralatan rumah tangga lainnya. Cuma, untuk barang-barang elektronik di sini harganya sedikit lebih mahal dibandingkan dengan di Indonesia.
Sebagian besar pengunjung di mal ini adalah perempuan, dan bercadar. Jadi jangan harap bisa lihat perempuan-perempuan seksi di mal ini seperti di mal-mal Indonesia pada umumnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penampakan pasar tradisional di Spanyol ini mirip dengan di Indonesia, menjual berbagai macam perabotan dengan harga yang sangat murah.
Baca SelengkapnyaBegini cara membeli air zam zam murah dan mudah di Mekkah. Harganya jauh berbeda dengan di Indonesia yang cukup mahal.
Baca SelengkapnyaProduk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaSingapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaDi salah satu restoran Inggris, harga satu porsi tempe bisa mencapai USD20 atau sekitar Rp307.000.
Baca SelengkapnyaTidak ada pusat perbelanjaan di negara manapun semodis di Indonesia. Terutama wilayah DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaSambil berbincang dengan pedagang mengenai harga batik dan ukurannya. Zulhas dengan senang hati membeli baju batik yang berharga Rp125.000.
Baca SelengkapnyaWarga menyerbu Pasar Tanah Abang untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Di sana mereka bisa memilih dan mencari ragam busana lebaran.
Baca SelengkapnyaKetika harga mi ayam di banyak tempat sudah tembus belasan ribu, Rusdi masih setia di harga Rp3 ribu per porsinya.
Baca SelengkapnyaPasar tekstil di Jakarta, seperti Pasar Cipulir dan Pasar Tanah Abang, mulai diserbu para reseller.
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaHarga tiket pesawat tujuan Singapura Malaysia dan Thailand lebih ramah di kantong dibandingkan tujuan wisata domestik.
Baca Selengkapnya