Mahasiswa Amikom yang tewas usai Diksar Mapala bercita-cita jadi tentara
Merdeka.com - Dwi Aprilianda (18) mahasiswa semester 1 Jurusan D3 Teknik Informatika Universitas Amikom Yogyakarta meninggal dunia saat mengikuti kegiatan mahasiswa pecinta alam (Mapala). Dwi meninggal ketika berkegiatan di Jembatan Babarsari, Depok, Sleman, Rabu (31/1) lalu.
Ayah Dwi, Sabilan Riyanto mengaku sudah mengikhlaskan kepergian putra keduanya ini. Sabilan menyampaikan meninggalnya Dwi saat ikut kegiatan Mapala merupakan jalan takdir yang musti dilalui.
"Awalnya kaget dan tak percaya. Tetapi akhirnya ikhlas," ujar Sabilan saat ditemui di rumah duka yang berada di Jalan Flamboyan, Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Kamis (1/2) malam.
-
Siapa yang merasakan kehilangan Bapak? Kepergianmu membuatku kehilangan bagian terpenting dari hidupku.
-
Siapa yang pengen ke makam ayahnya? Inilah yang dilakukan oleh pemilik akun TikTok @asep.ngangak yang membayar janji kepada ibu dan adiknya. Asep sempat berjanji akan membawa orang tercintanya itu mengunjungi makam ayahnya yang meninggal sejak tahun 2018.
-
Kenapa ayah Ira Wibowo dimakamkan di TMP Kalibata? Veteran Wibowo Wirjodiprodjo adalah seorang pejuang kemerdekaan RI, dihormati sebagai veteran dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
-
Kapan ayah Ira Wibowo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa saja kata-kata yang tepat untuk teman yang kehilangan ayah? Ada banyak sekali ucapan turut berduka cita, pastikan kamu memberikan kata-kata untuk teman yang ayahnya meninggal yang tidak menyinggung tetapi memberi semangat agar bangkit kembali. Meski perlu waktu lama tapi percayalah manusia akan pelan-pelan menerima takdir yang sudah digariskan Tuhan.
-
Siapa yang meninggal? Seperti dilaporkan, komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, akibat penyakit Anemia Aplastik yang dideritanya.
Sabilan menerangkan semasa hidupnya, Dwi tidak memiliki riwayat sakit. Kalau pun sakit, hanyalah flu atau pusing kepala saja. Di mata Sabilan, Dwi merupakan seorang anak yang memiliki fisik yang kuat.
"Anak saya memang suka naik gunung. Sejak SMP hingga SMA, anak saya beberapa kali naik gunung. Cita-citanya itu ingin menjadi tentara sehingga dia memang suka kegiatan-kegiatan fisik untuk latihan. Saya pun mendukung dan tidak pernah khawatir," kenang Sabilan.
Sabilan menyampaikan kabar duka pertama kali diketahuinya dari sang istri. Dia mengetahui Dwi masuk rumah sakit usai mendapat kabar dari istrinya.
"Saya waktu itu mau jemput anak saya yang ketiga (adik Dwi). Terus saya ditelepon istri. Disuruh ke RS Hermina. Anak saya masuk rumah sakit katanya. Sakit angin duduk gitu bilangnya," cerita Sabilan.
Usai mendapat telepon tersebut, Sabilan pun segera ke RS Hermina untuk melihat kondisi Dwi. Sayang saat tiba di RS Hermina, Sabilan hanya menemui jenazah Dwi dan tak sempat berkomunikasi dengannya.
"Saya datang jam 4 sore. Anak saya saat itu sudah dinyatakan meninggal dunia. Saya enggak sempat ketemu anak saya sebelum meninggal," urai Sabilan.
Sabilan menuturkan saat melihat jenazah Dwi terbujur kaku dirinya sempat mengecek kondisi tubuh anaknya. Saat dicek, Sabilan tak menemukan ada bekas luka di tubuh Dwi.
"Saya sudah ikhlas. Tadi pihak kampus juga ada yang ke sini. Barang milik anak saya sudah dikembalikan. Di antaranya tas dan perlengkapan lainnya. Yang belum kembali dompet dan matrasnya saja," tukas Sabilan.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mayjen Kunto Arief dibuat terharu mendengar cerita dari ayah mendiang Serda TNI Rizal, tentara AD yang gugur tertembak KKB.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan TNI AD ini berhasil membuat anak asuhnya mewujudkan cita-cita sebagai prajurit tentara. Ini merupakan janjinya kepada mendiang sahabatnya.
Baca SelengkapnyaKasad Jenderal Dudung Abdurachman beri kesempatan pemuda asal Banten lompat pendidikan ke Bintara TNI setelah sebelumnya mendaftar sebagai Tamtama.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita peraih Adhi Makayasa Akmil 2024 yang sempat bingung ingin menjadi TNI.
Baca SelengkapnyaSang putri berjuang keras sejak kecil demi meneruskan pengabdian sang ayah ke ibu pertiwi.
Baca SelengkapnyaSang ayah yang bercita-cita menjadi bagian dari TNI sukses dicapainya. Bahkan, keduanya sama-sama menjadi perwira TNI.
Baca SelengkapnyaBagas Wicaksono Rahadi Setiawan, si sulung, adalah sosok yang tangguh dan penuh semangat.
Baca SelengkapnyaMomen Bintara Polri tak didampingi orang tua saat pelantikan menuai perhatian dari Kapolda Kaltara.
Baca SelengkapnyaMeskipun berasal dari latar belakang keluarga berekonomi sederhana, Raffi berhasil mewujudkan salah satu mimpinya bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah haru pensiunan TNI AD mengasuh anak sahabatnya yang sudah meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaCasis Polda Jabar dijemput perwira polisi AKBP Manang usai mendengar kabar ayahnya meninggal. Begini cerita selengkapnya.
Baca SelengkapnyaSosok Ravi Atqiya curi perhatian lantaran lolos tanpa tes masuk bintara. Sosoknya sudah aktif berbagai kegiatan sejak sekolah.
Baca Selengkapnya