Mahasiswa Bantah Aksi #GejayanMemanggil Ditunggangi Kekuatan Politik Tertentu
Merdeka.com - Aksi demonstrasi #GejayanMemanggil yang diikuti ribuan massa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta berakhir dengan tertib dan damai. Aksi yang dimulai sejak pukul 13.00 WIB ini diakhiri dengan pembacaan sikap bersama pada pukul 17.00 WIB.
Aksi #GejayanMemanggil yang berakhir damai ini mematahkan prediksi yang ramai di media sosial yaitu aksi akan berakhir dengan ricuh. Berdasarkan pengamatan di lapangan sejak aksi dimulai hingga diakhiri tak terjadi kericuhan sama sekali.
Koordinator Umum (Kordum) Aliansi Rakyat Bergerak, Rico Tude menuturkan sehari sebelum aksi #GejayanMemanggil, beredar isu di media sosial bahwa aksi mahasiswa ini ditunggangi oleh kelompok tertentu.
-
Siapa yang menolak dinasti politik? Abu Bakar pun turut menolak secara tegas konsep dinasti politik. Hal ini terlihat dari ungkapan Abu Bakar menjelang wafatnya.
-
Siapa yang dukung perjuangan kemerdekaan Indonesia? Sebelum kemerdekaan Indonesia, Palestina telah memberikan dukungan terbuka bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, memberikan dukungan pada tahun 1944.
-
Siapa yang menjadi oposisi? Oposisi sendiri adalah lawan kata dari koalisi dalam politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah oposisi merupakan partai penentang di dewan perwakilan dan sebagainya yang menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik golongan yang berkuasa.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Bagaimana Pemberontakan 8888 berakhir? Pada hari itu, junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Saw Maung mendirikan Dewan Restorasi Hukum dan Ketertiban Negara (SLORC), menandai kembalinya pemerintahan militer yang lebih keras.
Aksi #GejayanMemanggil yang berakhir dengan tertib dan damai ini dinilai Rico sebagai sebuah bukti bahwa apa yang disuarakan saat aksi adalah murni aspirasi dari mahasiswa dan masyarakat.
"Kami menyatakan bahwa gerakan hari ini tidak ada sangkut-pautnya dengan kekuatan-kekuatan politik yang kami anggap itu politik lama, sisa-sisa Orde Baru. Baik itu di kubu kampret maupun di kubu cebong. Ini murni suara mahasiswa dan masyarakat umum melihat kondisi saat ini," tegas Rico.
Rico menerangkan aksi #GejayanMemanggil tidak ditunggangi oleh barisan sakit hati dari kelompok manapun. Bahkan saat menjadi trending topic di Twitter, tagar #GejayanMemanggil justru diserukan oleh akun-akun yang tidak terlibat politik elektoral selama ini.
"Akun-akun yang selama ini men-share #GejayanMemanggil itu akun-akun yang selama ini tidak pernah terlibat dalam pro-kontra politik elektoral kemarin. Artinya, ada suatu energi baru, ada kekuatan baru yang hari ini menggugat rezim," tegas Rico.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diskusi Konsolidasi Pro Demokrasi ini digelar untuk menolak Politik Dinasti, Pelanggaran HAM serta bangkitnya Neo Orba.
Baca SelengkapnyaDalam orasinya, mereka juga menolak pelanggaran HAM yang hingga saat ini masih banyak kasus yang belum terselesaikan.
Baca SelengkapnyaAliansi Mahasiswa Jabodetabek dan Blok Pelajar Politik Merdeka melakukan aksi turun ke jalan untuk menolak intervensi hasil pemilu terhadap MK
Baca SelengkapnyaMahasiswa merusak baliho dan spanduk kampanye itu karena kecewa caleg hanya menebar janji palsu setiap 5 tahun sekali, tepatnya menjelang pemilu.
Baca SelengkapnyaSebelumnya diberitakan, aksi pengusiran paksa pengungsi Rohingya dilakukan mahasiswa dari berbagai kampus di Banda Aceh.
Baca SelengkapnyaAksi bertajuk 'Mimbar Bebas Selamatkan Demokrasi' ini digelar untuk menentang praktik politik dinasti di tanah air.
Baca SelengkapnyaPenggunaan topeng Guy Fawkes menjadi simbol perlawanan mereka terhadap kekuasaan yang dianggap telah menindas kebebasan demokrasi.
Baca SelengkapnyaMaklumat Bersama Aktivis 98 dikeluarkan menjelang peringatan 26 tahun reformasi.
Baca SelengkapnyaMereka menggaungkan demokrasi berjalan dengan aman, damai dan jujur.
Baca SelengkapnyaSaat akan mengakhiri pemerintahannya, Presiden bisa mengambil sikap yang tidak menodai prinsip-prinsip utama.
Baca SelengkapnyaMahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jaga Demokrasi menolak Politik Dinasti dan Pelanggaran HAM di halaman Kampus Institut Senin Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaMereka meneriakkan yel-yel meminta Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk mundur dari jabatannya dan segera pulang ke kampung halaman Solo.
Baca Selengkapnya